Destiny 6

destiny2

Destiny

by cloverqua | main cast Im Yoona – Kris Wu

other cast Huang Zhi Tao – Choi Sooyoung – Kim Joonmyun – Jung Krystal – Kim Jongin

genre Family – Friendship – Romance | rating PG 15 | length Chaptered

disclaimer This fanfiction is purely my own. Cast belong’s God. I just borrowed the names of characters and places. Don’t plagiat this FF! Please keep RCL!

Happy reading | Hope you like it

2014©cloverqua

.

Chap 1 | Chap 2 | Chap 3 | Chap 4 | Chap 5

.

 

Yoona menjatuhkan tubuhnya di atas sofa ruang kerja Kris. Konferensi pers baru saja selesai. Atas permintaan Kris, kini ia ditemani Suho untuk beristirahat. Wajahnya terlihat lelah, dengan butir-butir keringat yang mulai muncul di keningnya. Sesekali ia mengibaskan kedua tangan ke arah wajah. Melihat hal itu, Suho segera menyodorkan minuman untuknya. Ia tahu jika Yoona kelelahan usai melakukan konferensi pers.

“Minumlah,” ucap Suho sambil menyodorkan sebotol air putih dingin.

Wajah Yoona sumringah. Diraihnya botol tersebut dan segera meneguknya. “Ah, segarnya. Terima kasih.”

Suho tersenyum kecil, lalu mengambil posisi duduk di depan Yoona. “Kau pasti sangat lelah.”

“Kau benar, Suho-ssi. Tidak kusangka banyak wartawan yang memberikan pertanyaan saat konferensi pers tadi,” sahut Yoona.

“Tentu saja. Sebagai pewaris utama Hotel Grand, banyak orang yang begitu tertarik dengan kehidupan pribadi Kris, khususnya masalah percintaan. Begitu scandal kalian muncul ke publik, jelas ini akan menjadi berita yang paling diburu para wartawan media,” ucap Suho. “Oh iya, kau tidak perlu bersikap formal padaku. Cukup panggil aku Suho.”

Pria itu tersenyum ke arah Yoona. Membuat wanita yang baru saja meneguk minumannya turut tersenyum. Ia mengangguk setuju sambil berkata, “Baiklah, Suho.”

“Karena sekarang kau sudah berstatus sebagai kekasih Kris, jika membutuhkan bantuan, katakan saja padaku. Mulai hari ini, aku pun tidak hanya bertanggung jawab atas Kris, tapi juga dirimu,” lanjut Suho.

“Terima kasih atas perhatianmu, Suho. Kau sungguh pria yang sangat baik,” puji Yoona. “Berbeda sekali dengan Kris.”

Suho terkekeh. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Yoona seraya berbisik, “Aku memang berbeda dengannya. Dia itu terlalu kekanakan dan keras kepala. Kau tahu? Kris selalu kalah jika beradu argumen denganku.”

Yoona menatap takjub. “Benarkah?”

“Benar. Beradu argumen adalah keahlianku. Itulah alasan Kris menjadikanku sebagai sekertaris pribadinya,” jawab Suho.

“Sepertinya hubungan kalian dekat sekali. Kalian sudah berteman lama?” tanya Yoona tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

Ne, kami sudah berteman sejak duduk di bangku SMA,” jawab Suho.

Yoona kembali meneguk minumannya seraya menganggukkan kepala. “Pantas. Kalian terlihat begitu kompak.”

Mendengar pujian dari Yoona, Suho justru tersenyum penuh arti. Ia kembali teringat dengan acting Kris dan Yoona selama konferensi pers.

“Menurutku, kau dan Kris juga terlihat sangat kompak. Padahal kalian belum lama mengenal,” ucap Suho terkekeh.

Hampir saja Yoona tersedak mendengar ucapan Suho. Wanita itu menatap kaget ke arah Suho. Pria itu tertawa kecil di depannya.

“Aku hanya mengikuti apa yang dilakukannya,” elak Yoona seraya berdeham pelan.

“Tapi, acting yang kalian lakukan benar-benar terlihat natural. Seolah memperlihatkan apa yang kalian katakan selama konferensi pers adalah murni dari hati kalian,” lanjut Suho.

Yoona hanya tersenyum ke arah Suho. “Aish, rupanya kau memang pandai beradu argumen. Berhentilah menggodaku. Sudah kubilang aku hanya mengikuti apa yang dilakukan Kris.”

Tawa Suho meledak melihat wajah Yoona yang tersipu malu. Sementara Yoona masih memasang wajah kesalnya dengan bibir yang mengerucut.

KLEK! Terdengar suara pintu yang menyela pembicaraan mereka. Rupanya Kris sudah datang dan langsung berjalan masuk menghampiri Yoona dan Suho. Melihat kedekatan yang begitu mudah terjalin antara dua orang tersebut, sesaat wajah Kris terlihat cemburu.

“Apa yang sedang kalian bicarakan?” tanya Kris penasaran.

Yoona memilih diam sambil meneguk minumannya. Sementara Suho hanya tersenyum.

“Tidak ada. Kami hanya berkenalan,” jawab Suho terkekeh. Kris langsung memicingkan matanya ke arah Suho. Ia tahu Suho berbohong dan Kris sangat yakin jika mereka tengah membicarakannya.

“Aku akan mengantarmu pulang. Masalah mobilmu, biar nanti orang suruhanku yang akan mengantarkannya ke rumahmu,” ucap Kris.

“Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri,” tolak Yoona merasa tidak enak.

Kris mendesah. “Di luar masih banyak wartawan. Jika mereka melihatmu pulang seorang diri, apa kata mereka?”

Kekaguman Yoona atas perhatian yang diperlihatkan Kris lansung sirna. Jadi, keinginan untuk mengantarnya pulang hanya sebuah alasan saja? Untuk pencitraan?

“Eh, seharusnya kita membicarakan masalah kesepakatan sandiwara ini. Juga tentang tawaran kerjasama yang kalian berikan padaku,” ucap Yoona teringat hal penting.

Kris terdiam sejenak, lalu hanya menghela nafas pelan. Ia menarik tangan Yoona, “Besok saja. Hari ini beristirahatlah.”

Yoona tidak bertanya lagi dan membiarkan pria itu menggandengnya. Sebelum keluar, Yoona menyempatkan diri untuk berpamitan dengan Suho. Lalu fokus kembali dengan Kris yang terus menariknya keluar dari ruangannya. Hal itu membuat Yoona sedikit kesal lantaran Kris tidak bisa bersikap lembut. Pertengkaran keduanya kembali terjadi dan sukses membuat Suho tersenyum geli dari kejauhan.

.

.

.

“Berikutnya!”

Suara keras terdengar dari gedung tempat pelatihan wushu, Huang’s Martial Art. Ada yang berbeda. Jika sebelumnya suasana latihan terasa santai, kali ini justru terasa sangat menegangkan. Bisa dilihat dari ekspresi wajah Tao yang tampak emosi saat memberikan pelatihan pada muridnya.

Seosaengnim, maaf jika menyela. Bolehkah kami beristirahat sebentar? Sudah hampir 3 jam kami berlatih dan belum istirahat sama sekali,” ujar salah satu muridnya dan dibalas anggukan seluruh murid. Mereka terlihat kelelahan dengan keringat mengucur dan nafas terengah-engah.

Tao mengatur nafasnya dan memandangi seluruh murid yang sudah terduduk lemas di lantai. Pria itu melempar tongkatnya. Ia bukan bermaksud untuk memberi jam istirahat, namun justru mengakhiri latihan.

“Hari ini sampai di sini saja. Kita lanjutkan lain waktu,” ujar Tao sambil berlalu meninggalkan aula utama.

Kepergian Tao disambut suka cita oleh seluruh murid. Sebagian dari mereka langsung merebahkan diri. Beberapa ada juga yang langsung meneguk minuman yang sudah mereka bawa.

“Kukira aku akan mati. Syukurlah akhirnya selesai juga,” ujar salah satu murid di sela waktu istirahat mereka. “

“Kalian sadar tidak? Hari ini sikap seosaengnim benar-benar aneh. Aku tidak pernah melihat wajahnya yang begitu menakutkan. Seperti memendam emosi yang bisa meledak kapan saja,” sambung murid lainnya dan dibenarkan oleh seluruh murid.

Kai yang tengah meneguk minumannya juga mengakui pendapat teman-temannya.

“Kai-ah, apa kau sependapat dengan kami?” tanya salah satu murid pada Kai.

Kai mengangguk, “Ne, aku sependapat dengan kalian.”

“Kalau begitu, cobalah bicara dengannya. Bukankah kau cukup dekat dengannya?”

Kai melirik ke arah yang dilalui Tao keluar dari aula utama. Pemuda itu mengangguk dan segera bangkit berdiri untuk menyusulnya.

Di saat seperti ini, Kai tahu dimana Tao berada. Pria itu pasti tengah membasuh wajahnya di bagian belakang gedung. Kai mempercepat langkah kakinya. Sesekali ia mengusap wajahnya dengan handuk yang melingkar di leher. Bibirnya melengkung setelah berhasil menemukan Tao.

Hyung,” di luar jam pelatihan wushu, Kai tidak memanggilnya dengan panggilan ‘guru’. Lebih ke panggilan bersifat akrab seperti layaknya kakak beradik.

Tao menoleh dan segera mematikan kran air yang menyala, “Ada apa?”

Kai terdiam sejenak. Ia berpikir untuk mencari tahu apa penyebab kondisi Tao yang terlihat emosi hari ini.

“Apa kau sedang ada masalah?” tanya Kai polos.

Raut wajah Tao berubah seketika saat mendengar pertanyaan Kai. Hal itu membuat Kai merasa bersalah.

“Maaf, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu, hyung,” sesal Kai.

Tao menghela nafas panjang lalu mencoba tersenyum pada Kai, “Tak apa. Kurasa aku yang salah karena tidak bisa mengendalikan diri.”

Kai mengernyitkan dahi. Matanya menatap iris mata Tao, “Jadi benar kau sedang ada masalah?”

“Bukan masalah yang serius. Aku hanya sedang kecewa pada seseorang,” jawab Tao.

Kai mengusap keningnya sambil bepikir serius, “Apa—orang yang kau maksud itu Yoona-noona?” tanyanya. Kai pernah mendengar dari Tao jika wanita itu adalah saudara angkatnya. Tapi dari sudut pandangnya, Kai meyakini jika pria itu menaruh perhatian khusus pada Yoona. Terlihat saat Tao memperkenalkan Yoona pada Kai sebelumnya.

Anggukan pelan Tao membuat Kai membulatkan matanya. Pasti karena konferensi pers yang dilakukan wanita itu dengan kakak sepupunya.

“Masalah konferensi pers itu?” tanya Kai lagi.

Ne,” jawab Tao ringan. “Bukankah mereka baru saja mengenal? Kenapa tiba-tiba langsung mengumumkan ke semua orang jika mereka sedang berpacaran? Ini sungguh aneh.”

Kai meringis lalu berdeham pelan, “Hyung, aku ingin memberitahumu sesuatu.”

Tao menoleh dengan dahi mengkerut, “Apa?”

Kai mengawasi sekeliling, lalu membisikkan sesuatu di telinga Tao, “Sebenarnya—mereka itu hanya bepura-pura.”

“Ha?” Tao setengah berteriak karena kaget.

“Hubungan mereka itu hanya sandiwara,” lanjut Kai.

Tao tercengang, “Dari mana kau tahu?”

Kai meringis lebar, “Krystal yang memberitahuku.”

*flashback*

“Kenapa kau diam, Kai?”

Kai yang tengah menikmati makan siangnya di cafetaria sekolah, tampak kaget dengan kedatangan Krystal. Gadis itu sudah duduk di depannya sambil membawa nampan makanan. Kai kembali menikmati makanannya. Sesekali ia mengamati wajah Krystal.

“Hei, apa kau tidak merasa aneh?” tanya Kai tiba-tiba.

Krystal menaikkan salah satu alisnya, “Aneh?”

“Ini soal Kris-hyung dan Yoona-noona. Bukankah mereka baru saja mengenal? Kenapa tiba-tiba mengumumkan pada semua orang jika sedang menjalin hubungan?” tanya Kai lagi.

Krystal justru tertawa menanggapi pertanyaan sepupunya. Reaksinya itu sukses membuat Kai kebingungan.

“Kenapa kau tertawa, Krys?”

Krystal tersedak dan segera meneguk minumannya. Namun tawa gadis itu masih menghiasi wajahnya. Ia lalu mendekat ke arah Kai, memberi isyarat agar pemuda itu mendekatkan wajahnya.

“Sebenarnya—mereka itu hanya bersandiwara, Kai,” bisik Krystal.

Mwo?” Kerutan di dahi Kai semakin terlihat. “Kau tahu dari mana?”

Krystal mendekatkan jari telunjuknya di mulut, “Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka semalam. Oppa meminta Yoona-eonni untuk berpura-pura menjadi kekasihnya.”

“Untuk apa?” tanya Kai lagi. Krystal hanya mengedikkan bahunya sambil kembali menyantap makanannya.

*end flashback*

Raut wajah Tao berubah cerah usai mendengar penjelasan dari Kai. Tak ada lagi wajah emosi atau marah seperti sebelumnya.

“Kau yakin jika mereka hanya bersandiwara?” tanya Tao lagi.

Kai mengangguk, “Kurasa akan lebih baik jika kau tanyakan langsung pada Yoona-noona.”

Tao tersenyum dan mengangguk, “Baiklah, aku akan pulang dan bertanya padanya. Terima kasih sudah memberitahuku, Kai.”

Kai memandangi tangan Tao yang menepuk pundaknya pelan sebelum pria itu pergi. Wajah pemuda itu masih bingung, tapi terus memperhatikan gelagat Tao dari kejauhan.

“Aku yakin jika dia menyukai Yoona-noona,” gumam Kai seraya tersenyum menyeringai.

.

.

.

Mobil Kris berhenti di depan rumah Yoona. Supir Kang segera membukakan pintu untuk Yoona. Wanita itu keluar dari mobil dan tersenyum pada Supir Kang.

“Terima kasih, Supir Kang,” ucap Yoona senang dan dibalas anggukan pria paruh baya tersebut.

Tanpa disadari Yoona, Kris sudah keluar dari mobil dan berjalan mendekatinya. Sikapnya tersebut membuat Yoona menoleh kaget.

“Kau mau apa?” tanya Yoona sambil mengkerutkan dahi.

“Tentu saja menemui kedua orang tuamu,” jawab Kris ringan. Mata Yoona membulat mendengar jawaban dari Kris.

“Tidak perlu,” tolak Yoona. “Lagipula—mereka bukan orang tua kandungku.”

“Bukan orang tua kandungmu?” tanya Kris terkejut. “Maksudmu, orang tua angkat?”

Yoona mengangguk, “Ne, mereka orang tua angkatku. Aku terpisah dari orang tua kandungku sejak aku berusia 8 tahun.”

Kris terlihat memijat dahinya pelan dan hanya tersenyum penuh arti. Membuat wanita di sebelahnya kian bingung menatapnya.

“Tak apa. Aku tetap harus menemui mereka,” ujar Kris. “Bukankah aku harus mengenalkan diri sebagai kekasihmu?”

Mwo?

“Kau nanti juga harus kuperkenalkan dengan kedua orang tuaku,” lanjut Kris. “Ingat, kita sekarang sudah berstatus sebagai pasangan kekasih.”

Yoona menghela nafas sambil mengusap dadanya, “Baiklah, terserah kau saja.”

Bukannya segera berjalan masuk, Kris justru menahan Yoona sejenak dengan mendekatkan wajahnya pada Yoona.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Yoona bingung saat tubuhnya sudah bersender pada mobil. Sementara Kris terus mendekatkan wajahnya.

“Tahan sebentar, ada paparazzi yang mengikuti kita,” jawab Kris berbisik. Jawabannya itu membuat mata Yoona mengikuti arah yang ditunjuknya.

Yoona tidak bisa bergerak dan hanya mengikuti kemauan Kris. Sedari tadi ia menahan semua rasa gugupnya yang muncul. Wajah Kris yang begitu dekat membuat wajah Yoona memerah. Terlebih saat ia merasakan nafas Kris di dekatnya. Kris benar-benar sangat tampan, pikirnya.

“Yoona?”

Yoona dan Kris terkesiap. Keduanya segera kembali ke posisi semula dan melihat ke arah sumber suara. Mereka mendapati Tuan dan Nyonya Huang sudah berdiri di depan pintu rumah.

Yoona berlari mendekati orang tua angkatnya dan langsung memeluk mereka.

“Kau baik-baik saja?” tanya Tuan Huang cemas.

Ne, aku baik-baik saja,” jawab Yoona lalu melirik ke arah Kris yang berjalan mendekat di belakangnya. Raut wajah Tuan dan Nyonya Huang langsung berubah canggung saat pria itu tersenyum pada mereka.

“Maaf, jika kedatanganku mengejutkan kalian,” ujar Kris seraya membungkuk sopan. Tuan dan Nyonya Huang saling memandang. Sementara Yoona menatap tak percaya pada sikap Kris yang kembali menunjukkan sisi lain.

“Namaku Kris Wu,” ucapnya memperkenalkan diri. “Aku adalah kekasih Yoona.”

Kata-kata yang meluncur bebas dari mulut Kris sukses membuat hati Yoona berdebar-debar. Meski hanya sandiwara, tetap saja Yoona tidak bisa menutupi perasaannya yang seperti terbang melayang mendengar ucapan Kris.

Kris kembali membungkuk bahkan sampai 90 derajat ke arah Tuan dan Nyonya Huang. Sikapnya itu lagi-lagi membuat mereka kaget sekaligus kagum.

“Sebenarnya sudah lama aku ingin mengunjungi kalian. Tapi, aku baru bisa melakukannya sekarang. Maafkan aku, ahjussi, ahjumma,” lanjut Kris. “Kuharap kalian bersedia merestui hubungan kami.”

Yoona memijat keningnya. Ia menilai ucapan Kris sangat berlebihan. Bagaimana jika orang tua angkatnya curiga? Yoona saja tak pernah bercerita jika dekat dengan seorang pria. Tahu-tahu sudah mengakui mempunyai kekasih. Pasti Tuan dan Nyonya Huang akan sangat kaget atau bahkan menolaknya.

“Kris-ssi, senang bertemu denganmu,” balas Tuan Huang. “Sebenarnya aku masih kaget karena tiba-tiba kalian mengadakan konferensi pers. Terlebih Yoona tak pernah bercerita pada kami jika sedang dekat dengan seorang pria.”

“Tapi, setelah melihat sikapmu hari ini, kami sangat senang jika kau menjalin hubungan dengan Yoona. Memang sudah saatnya bagi Yoona untuk memikirkan kehidupan percintaannya. Aku sangat mendukung hubungan kalian. Apalagi kau pria yang sangat sopan,” sahut Nyonya Huang. “Kau setuju kan, suamiku?”

Tuan Huang mengangguk, “Ne, tidak kusangka meskipun berstatus sebagai pewaris utama Hotel Grand, dia sangat sopan dan rendah hati.”

Yoona menoleh kaget ke arah Tuan dan Nyonya Huang. Orang tua angkatnya itu tampak terbuka menerima Kris. Sementara Kris langsung mengedipkan matanya pada Yoona sambil memasang senyum smirk-nya. Yoona menutupi wajahnya. Ia kesal dengan sikap Kris yang seolah memasang topeng di hadapan kedua orang tua angkatnya.

.

.

.

Sooyoung duduk termenung sambil bersender di ranjangnya. Ia sedang sibuk mengamati foto-foto dalam sebuah album yang dipegangnya. Sesekali wajah Sooyoung terlihat senang. Tapi terkadang juga terlihat sedih.

Rupanya konferensi pers yang dilakukan Kris dan Yoona membuat hati Sooyoung sedih. Hal ini wajar, mengingat Sooyoung sudah lama menyukai Kris. Sejak kecil, mereka sudah berteman baik. Namun, Sooyoung baru menyadari perasaannya saat mereka berusia 7 tahun. Memang termasuk dini, tapi Sooyoung tak bisa menahan perasaan itu.

Sooyoung memandangi foto-foto yang memuat kebersamannya dengan Kris. Hatinya sangat sedih mengingat kembali moment yang pernah mereka lalui. Sooyoung selalu berharap jika hubungan mereka bisa berlanjut lebih dari sekedar pertemanan.

Namun, apa yang diharapkan tidaklah semulus yang ia kira. Kini Sooyoung harus menerima kenyataan bahwa Kris telah memilih wanita lain. Terlepas sudah berapa lama hubungan Kris dan Yoona, bagi Sooyoung sudah menghancurkan hatinya.

“Sudah kuduga kau pasti ada di sini . . .”

Sooyoung terkesiap dan langsung menghapus air matanya, saat mendapati sang ayah sudah masuk ke kamar. Sooyoung menutup album foto tersebut dan bangkit menghampiri ayahnya.

“Persiapan pembukaan galerimu sudah selesai?” tanya Presdir Choi dan dibalas anggukan Sooyoung.

“Besok malam akan resmi dibuka, appa,” jawab Sooyoung sambil merapikan rambutnya.

Presdir Choi tidak melihat ke arah Sooyoung, melainkan ke arah album foto yang baru saja dilihat putrinya. Ia langsung tahu jika Sooyoung tengah bersedih karena konferensi pers Kris dan Yoona.

“Berhentilah menangis. Appa berjanji akan membereskan semuanya,” ujar Presdir Choi.

Sooyoung mengerutkan dahi. Ia menatap curiga pada Presdir Choi, “Apa yang akan appa lakukan?”

Presdir Choi tersenyum menyeringai, “Tentu saja memisahkan Kris dengan wanita bernama Yoona itu. Aku tidak percaya dengan apa yang mereka katakan selama konferensi pers. Rasanya tidak mungkin Kris diam-diam menjalin hubungan dengan wanita itu.”

Sooyoung memijat keningnya sambil menghela nafas, “Hentikan, appa. jangan melakukan apapun untuk menyulitkannya. Biarkan Kris memilih wanita yang ingin dipacarinya atau bahkan menjadi pendamping hidupnya.”

“Tidak bisa,” suara Presdir Choi meninggi. “Aku tidak akan pernah tinggal diam melihat Kris memilih wanita lain daripada kau. Bagaimana pun juga, kau harus menikah dengan Kris. Camkan itu.”

Mata Sooyoung terpaku pada Presdir Choi yang sudah berjalan keluar meninggalkan kamarnya. Wanita itu tidak bisa berkomentar banyak menanggapi sikap sang ayah. Ia akui, ia memang ingin menikah dengan Kris. Hidup bahagia bersama pria yang dicintainya. Tapi, dia tidak mau menggunakan cara-cara licik hanya untuk mendapatkan cintanya. Bukankah itu sama saja melukai perasaan orang yang dicintainya?

Usai mendatangi Sooyoung, Presdir Choi berjalan menuju ruang kerja yang ada di kediamannya. Pria paruh baya itu langsung duduk di kursi kerja sambil memukul keras mejanya.

“Sial!” teriaknya marah. Matanya melirik ke arah Sekertaris Han yang berdiri di depannya.

“Kau sudah mulai menyelidiki wanita itu?”

Sekertaris Han mengangguk, “Sudah, Presdir. Saya sudah menyebar beberapa orang untuk mengumpulkan informasi tentang Nona Yoona.”

“Bagus,” Presdir Choi tersenyum menyeringai. “Begitu kalian mendapatkannya, segera laporkan padaku.”

“Baik, Presdir,” balas Sekertaris Han.

.

.

.

Yoona melahap semua makanan yang disajikan untuknya. Wanita itu terlihat sangat lapar begitu tiba di rumah. Tuan dan Nyonya Huang hanya saling memandang dengan raut bingung mereka.

“Ah, enak sekali,” ujar Yoona setelah menghabiskan makanan buatan Nyonya Huang.

“Ada apa denganmu?” tanya Tuan Huang bingung. “Kau terlihat kelaparan sekali. Apa selama tinggal di sana kau kurang makan?”

Yoona hanya meringis sambil menggaruk-garuk kepalanya, “Tidak ahjussi. Di sana, aku sama sekali tidak kekurangan makan. Orang-orang itu melayaniku dengan sangat baik. Makan malam, kamar tidur, semua pelayanan itu sangat mewah. Aku hanya merasa canggung sehingga merasa tidak leluasa.”

Nyonya Huang tersenyum geli melihat ekpsresi wajah Yoona, “Kami benar-benar kaget sekali dengan scandal yang melibatkanmu dengan Kris. Kapan kalian pertama kali bertemu? Aku tidak tahu jika selama ini kau dekat dengan seorang pria.”

Yoona berdeham sejenak sambil meringis, “Adik Kris—Krystal Wu, dia mendatangiku agar aku menjadi guru melukisnya. Karena aku sering berkomunikasi bahkan mendatangi rumah Krystal, aku jadi sering bertemu dengan Kris. Saat itulah kami berkenalan dan akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan.”

“Benarkah?” Tuan Huang tampak kaget dan hanya tersenyum lebar. “Sungguh, aku tidak menyangka kau menyembunyikannya dari kami.”

“Maafkan aku,” ucap Yoona merasa bersalah. Sebenarnya bukan karena menyembunyikan hubungannya dengan Kris. Melainkan merasa bersalah karena sudah membohongi orang tua angkatnya tentang hubungan sandiwara itu.

DRAP! DRAP! Terdengar langkah kaki yang menyeruak masuk di ruang makan. Yoona langsung menoleh ke arah pintu dan tersenyum saat melihat Tao sudah pulang.

“Tao-ya!” Yoona berteriak senang dan langsung berlari menghampirinya.

Reaksi mengejutkan justru diperlihatkan Tao. Pria itu langsung memeluk Yoona tanpa ragu. Yoona bahkan sampai merasa sesak akibat pelukannya yang begitu erat.

“Tao, sakit! Kau memelukku terlalu kuat!” seru Yoona sambil memukul pundak Tao dan terbatuk-batuk.

Tao segera melepas pelukannya dari Yoona. Pria itu tersenyum lebar sambil mengacak-acak rambut Yoona.

“Aku hanya pergi satu hari. Tapi, reaksimu seperti aku sudah pergi bertahun-tahun saja,” ujar Yoona sambil merapikan rambutnya. Tao hanya meringis lalu menoleh ke arah orang tuanya. Mereka tampak mengawasi gerak-gerik Tao. Hal itu membuat Tao mencoba bersikap seperti biasa.

“Aku ingin bicara denganmu,” ajak Tao sambil menarik Yoona keluar dari ruang makan.

Tuan dan Nyonya Huang masih mengawasi putra mereka. Wajah Nyonya Huang gelisah. Ia benar-benar khawatir jika Tao akan mengakui perasaan cintanya pada Yoona.

“Suamiku, bagaimana jika Tao mengakui perasaannya pada Yoona?” tanyanya cemas. Tuan Huang hanya tersenyum tipis sambil mengusap pundak istrinya.

“Aku yakin, Tao memang akan mengakui perasaannya pada Yoona. Tapi tidak untuk saat ini. Jadi tenang dan percayalah pada Tao jika dia tidak akan bertindak gegabah,” balas Tuan Huang. Nyonya Huang kembali menghela nafas dan hanya mengangguk pelan.

Sementara itu, Tao mengajak Yoona ke taman belakang rumah, tempat keduanya selalu menghabiskan waktu bersama.

“Apa yang ingin kau bicarakan denganku?” tanya Yoona penasaran.

Tao membalikkan tubuhnya dan menatap Yoona dengan senyum khasnya. Hal itu membuat kerutan di dahi Yoona semakin kentara.

“Tao?”

“Kau dan Kris hanya berpura-pura kan?” tanya Tao tiba-tiba dan berhasil membuat Yoona membelalakkan matanya.

“Aku tahu kalian hanya bersandi—” kalimat Tao langsung terpotong saat tangan Yoona membekap mulutnya.

“Ssst, hentikan!” bisik Yoona sambil melirik ke dalam rumah. Tao tidak menggubris reaksi kaget Yoona dan hanya menyengir.

“Kau tahu dari mana jika aku hanya bersandiwara dengan Kris?” tanya Yoona curiga.

Tao tersenyum, “Kai. Dia tahu dari Krystal. Adik Kris itu tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian semalam.”

Yoona menutup wajahnya yang memerah. Sesekali ia menggaruk-garuk kepalanya karena pusing memikirkan sandiwara yang dilakukannya dengan Kris. Ia pikir, hanya Suho yang tahu tentang hal itu. Ternyata salah. Krystal, Kai bahkan Tao sudah mengetahuinya. Mau tidak mau Yoona harus segera membicarakan kesepakatan serta syarat dalam sandiwara itu.

“Jangan beritahu siapapun, ne?” pinta Yoona memohon.

Tao mendengus, “Untuk apa kau bersandiwara dengan Kris? Kenapa kau mau mengikuti permainan gila itu?”

Yoona tidak menjawab dan hanya memijat keningnya.

“Jangan-jangan, kau memang tertarik dengan pria itu?” tanya Tao lagi.

Yoona menoleh kaget dan menggeleng cepat, “Tidak sama sekali. Kau jangan salah paham. Aku hanya ingin membantunya saja.”

“Membantu dalam hal apa?” tanya Tao kian penasaran.

Yoona menggeleng lagi, “Maaf, Tao. aku belum bisa bercerita banyak padamu.”

Tao memutar bola matanya dan hanya mendengus kesal pada Yoona. “Cih, sekarang kau sudah main rahasia denganku.”

“Kau marah?” tanya Yoona justru menggoda ekpsresi wajah Tao. Kedua tangannya mencubit gemas pipi Tao sampai pria itu mengerang kesakitan.

“Sakit!” teriak Tao kesal. Lalu memutar tubuhnya dan membelakangi Yoona. Hal itu membuat Yoona semakin geli melihat sikap Tao. Berkali-kali ia membujuk Tao namun pria itu semakin memalingkan wajahnya dari Yoona. Wanita itu terus membujuknya sampai Tao mau menoleh. Tao yang memang selalu gagal menahan diri dengan sikap jahil yang dilakukan Yoona, akhirnya menyerah.

Tao menarik tangan Yoona agar tubuh wanita itu mendekat. Tao langsung membalas apa yang dilakukan Yoona ketika mencubit pipinya. Yoona segera melarikan diri begitu menyadari Tao bersiap ingin membalasnya. Yang terjadi akhirnya justru keduanya saling berkejaran. Siapapun yang melihatnya, mereka justru lebih mirip sepasang kekasih dibanding saudara. Terlihat dari sikap Tao yang beberapa kali memeluk Yoona.

.

.

.

Suasana makan malam di kediaman keluarga Wu terasa hangat. Tidak hanya Krystal yang merasakannya. Tapi, Kai yang tengah mengunjungi rumah sepupunya tersebut juga turut merasakan hal yang sama. Dua orang remaja itu hanya saling menatap satu sama lain. Raut wajah mereka terlihat bingung. Sebuah pemandangan langka yang terjadi di depan mereka berhasil membuat dahi mereka berkerut.

Kris, sedari tadi tidak berhenti tersenyum saat menikmati makan malam. Padahal tidak ada yang mengajaknya bicara atau bahkan memberikannya sebuah lelucon. Namun pria itu tersenyum terus bahkan sesekali tertawa sendiri.

“Apa yang terjadi dengan kakakmu?” tanya Kai setengah berbisik pada Krystal. Gadis di sebelahnya itu hanya mengangkat bahu sambil menggelengkan kepala.

“Aku tidak pernah melihatnya seperti ini,” jawab Krystal. “Sepertinya, sejak konferensi pers yang dilakukannya tadi pagi, Kris-oppa terlihat aneh. Sudah beberapa kali aku memergokinya tertawa sendiri di kamarnya. Menakutkan.”

Kai tertawa geli melihat ekspresi wajah Krystal. Pemuda itu mengamati Kris dan kembali tersenyum sambil melanjutkan makan malamnya.

“Tuan Muda, ada telepon untuk Anda,” ucap Kepala Pelayan Lee begitu masuk ke ruang makan.

“Dari siapa?”

“Nyonya, Tuan Muda,” jawab Kepala Pelayan Lee. Kris hanya mengerutkan dahinya saat mengetahui ibunya menelepon. Sementara Krystal tampak antusias dan mengalihkan pandangannya dari makanan miliknya.

Kris menaruh sejenak peralatan makan dan menerima telepon yang diberikan Kepala Pelayan Lee.

Yeoboseyo . . .”

Apa maksudnya dengan konferensi pers yang kau lakukan?

Kris langsung menjauhkan teleponnya dari telinga saat mendengar suara keras sang ibu. Sesekali pria itu mengusap-usap telinganya sambil memandangi teleponnya dengan tatapan kesal. Perlahan ia dekatkan lagi untuk mendengar suara ibunya yang mengomel.

Kau dengar tidak? Eomma sedang berbicara denganmu, Kris!

Ne, aku mendengarnya. Eomma tidak perlu bicara sekeras itu,” ujar Kris kesal.

Ini karena salahmu yang tidak memberitahu kami jika sudah memiliki kekasih. Setelah kami kembali ke Seoul, kau harus memperkenalkannya pada kami. Arraseo?

Ne, arraseo,” balas Kris sambil memainkan sendok makannya.

Kau sedang bersama Krystal? Berikan teleponnya pada adikmu. Eomma ingin bicara dengannya.

Kris memutar bola matanya dengan kesal sambil menyodorkan telepon itu pada Krystal. Sang adik langsung terlihat senang dan antusias menerimanya.

Eomma!” Krystal berteriak senang sambil melirik ke arah Kai. Sepupunya itu hanya tersenyum sambil terus menghabiskan makan malamnya.

Ne, aku baik-baik saja,” jawab Krystal pada ibunya.

Sementara Kris masih mengawasi Krystal yang tengah berbicara dengan ibu mereka. Ia khawatir jika adik perempuannya itu akan mengatakan hal yang tidak-tidak pada sang ibu.

“Kekasih Kris-oppa? Ne, dia memang guru melukisku,” ujar Krystal saat berbicara dengan Nyonya Wu via telepon. Kris masih mengawasi sambil menghabiskan makan malamnya.

“Aku senang jika dia yang menjadi kekasih oppa. Yoona-eonni orang yang sangat baik dan perhatian padaku. Aku seperti mempunyai kakak perempuan. Setidaknya dia jauh lebih baik dari oppa,” lanjut Krystal dan ia hanya meringis saat mendapat tatapan tajam dari kakaknya. Kai yang duduk di sebelah Krystal terus berusaha menahan tawa.

Eomma tahu tidak, dia itu satu-satunya wanita yang berani melawan atau membalas Kris-oppa. Lain dari kebanyakan wanita yang selalu takluk pada oppa. Dia selalu berhasil membuat oppa kehabisan kata-kata. Sungguh, aku belum pernah melihat oppa begitu mudah dikalahkan oleh wanita, eomma,” jelas Krystal lagi.

“KRYSTAL!” Kris tak bisa lagi menahan emosinya saat mendengar pengakuan Krystal yang disampaikan pada ibu mereka. Apalagi Krystal dengan berani menjulurkan lidah ke arahnya.

Ne, eomma akan menyukainya jika bertemu dengannya nanti. Aku jamin,” ucap Krystal sambil mengedipkan mata pada Kris. Lalu terkekeh pelan saat melihat Kai sudah menutup mulutnya sambil menahan tawa.

Kris melampiaskan amarahnya pada makanan yang masih tersisa. Pria itu dengan brutal segera menghabiskan makanannya lalu bergegas keluar meninggalkan ruang makan. Tak pelak reaksinya itu membuat tawa Kai meledak. Sementara Krystal masih asyik mengobrol dengan ibunya. Kepala Pelayan Lee hanya tersenyum geli melihat tingkah mereka di ruang makan.

.

.

.

.

.

.

Yoona berjalan memasuki gedung Hotel Grand. Di tangannya memegang sebuah amplop besar, yang isinya tidak lain tawaran kerjasama dengan hotel tersebut. Yoona bermaksud membicarakannya dengan Suho dan Kris.

Banyak pasang mata memperhatikan ke arahnya. Yoona berusaha bersikap tenang, walau sebenarnya ia merasa risih. Beberapa di antara pengunjung hotel tampak berbisik sambil memandangi Yoona. Sementara para karyawan hotel justru bersikap ramah padanya. Yoona membalasi senyuman yang mereka tujukan padanya.

“Yoona?”

Yoona menoleh saat mendengar suara yang memanggilnya. Wanita itu tersenyum sumringah ketika melihat Suho berjalan menghampirinya.

“Syukurlah aku bertemu langsung denganmu,” ujar Yoona senang.

“Ada apa kau datang ke sini?” tanya Suho penasaran. “Ingin menemui Kris?”

Yoona mengangguk, “Dan bertemu denganmu juga. Aku ingin membicarakan masalah tawaran kerjasama yang kalian ajukan padaku.”

“Baiklah, aku akan mengantarmu ke ruangannya,” ajak Suho sambil menyapa para karyawan yang bertugas di meja resepsionis. Mereka tampak memberi salam pada Yoona dengan sangat ramah. Wanita itu terlihat canggung dan membalas mereka dengan tersenyum.

Suho dan Yoona bergegas memasuki lift untuk naik ke lantai tempat ruang Kris berada. Lagi-lagi banyak orang yang memperhatikan ke arah Yoona dan sukses membuat wanita itu kembali merasa risih.

“Suho, sejak aku masuk ke sini, banyak orang yang memperhatikanku. Rasanya benar-benar canggung dan aneh,” keluh Yoona.

Suho tersenyum, “Itu wajar. Kau sekarang sudah berstatus sebagai kekasih Kris. Banyak orang yang akan menaruh perhatian padamu. Mereka akan mulai mencari tahu siapa dirimu. Mulai dari latar belakang keluarga, karir, kepribadian dan sebagainya.”

“Maksudmu, aku mulai menjadi orang terkenal?”

“Kurang lebih seperti itu,” jawab Suho dengan tawa. Yoona hanya menghela nafas pelan sambil mengusap keningnya.

“Kau tenang saja. Secara penampilan, kau itu terlihat sangat cantik. Aku yakin mereka akan terpesona padamu dan memaklumi alasan Kris memilihmu untuk menjadi kekasihnya,” lanjut Suho.

Yoona tersipu mendengar pujian Suho, “Kau mulai lagi. Berhenti menggodaku.”

Suho kembali tertawa saat melihat reaksi Yoona. Sementara Yoona hanya tersenyum menanggapinya.

Terlalu asyik mengobrol, mereka tidak sadar jika sudah sampai di depan ruang Kris. Beberapa karyawan yang berada di dekat ruang Kris langsung memberi salam pada Yoona. Wanita itu kembali tersenyum dan segera masuk ke ruang Kris mengikuti Suho yang sudah masuk lebih dulu. Mereka mendapati Kris tengah sibuk berkutat dengan berbagai berkas.

“Kau tidak ingin menyambut kekasihmu yang baru datang,” suara Suho berhasil mengalihkan perhatian Kris. Pria itu hanya menyipitkan matanya ke arah Yoona yang berdiri di belakang Suho.

“Ada apa?” tanyanya dingin. Seolah kembali seperti Kris yang sangat menyebalkan bagi Yoona.

“Hei, kau tidak bisa bersikap seperti itu, Kris. Dia ini kekasihmu, ingat itu,” tegur Suho sambil menyengir. Kris memutar bola matanya malas ke arah Yoona. Ia bangkit dari kursi yang didudukinya dan menyuruh Yoona duduk di sofa ruang kerjanya.

“Aku datang untuk membahas tawaran kerjasama yang kalian ajukan padaku,” ujar Yoona menjawab pertanyaan Kris sebelumnya.

Kris sedikit terkejut sambil berdeham, “Lalu? Apa keputusanmu?”

Yoona mengangguk, “Setelah kupertimbangkan, aku bersedia menerima tawaran kerjasama itu.”

CTAK! Suho menjentikkan jarinya dan berteriak senang. Reaksinya itu sukses membuatnya mendapat tatapan tajam dari Kris. Suho langsung diam dan hanya meringis lebar pada Kris.

“Baiklah, kami akan segera menyiapkan kontrak kerjasamanya,” jawab Kris. Sesekali ia melirik ke arah jam tangannya. “Kebetulan sekali kau datang di saat jam makan siang. Ayo ikut aku.”

Yoona mengernyit mendengar ajakan mendadak dari Kris, “Ke mana?”

“Ke mana lagi? Tentu saja makan siang di restoran hotel ini,” jawab Kris cuek. “Suho, beritahu kepada pihak restoran untuk menyajikan makanan terbaik mereka. Katakan pada mereka aku akan makan siang bersama—”

Yoona menatap bingung ke arah Kris yang tersenyum menyeringai padanya.

“Kekasihku,” lanjut Kris dan sukses membuat mata Yoona membulat. Suho menahan tawanya dan mengangguki perintah Kris.

“Baik, akan kusampaikan pada pihak restoran,” ucapnya sambil berjalan keluar meninggalkan ruang kerja Kris.

“Kau sengaja mengajakku makan siang untuk pamer kepada seluruh orang?” tanya Yoona sudah tahu niat terselubung dari ajakan Kris.

“Benar. Tepat sekali, Nona Huang,” jawab Kris. Ia bangkit berdiri dan mendekati Yoona. Tangannya menarik tangan Yoona agar wanita itu berdiri dari sofa. Tapi, rupanya Yoona menolak dan enggan meninggalkan sofa.

“Tidak mau. Aku merasa risih dengan tatapan semua orang, Kris,” tolak Yoona. Kris tidak menyerah dan berusaha menarik Yoona agar mau berdiri.

“Kau harus terbiasa dengan hal itu,” ucap Kris. “Ayo, berdiri!”

“Tidak mau,” rengek Yoona. Kris mendengus kesal dan kembali menarik tangan Yoona.

“Berdiri!”

“Tidak mau!” tolak Yoona.

Kris yang mulai kehabisan kesabaran langsung menarik Yoona dengan kuat. Akhirnya wanita itu berhasil tertarik ke arahnya. Namun karena terlalu kuat, Yoona justru menabrak tubuh Kris hingga keduanya jatuh tersungkur di lantai. Baik Kris maupun Yoona, mereka sama-sama mengerang kesakitan.

Mata keduanya masih terpejam. Kris membuka matanya perlahan, mencoba melihat kondisi Yoona yang jatuh menimpanya. Sesaat, Kris merasakan ada yang aneh pada bibirnya. Sama seperti Yoona, wanita itu perlahan mulai membuka matanya. Keduanya sontak terkejut saat menyadari bibir mereka bersentuhan. Ya, insiden kecil itu telah membuat keduanya tidak sengaja berciuman. Wajah mereka sama-sama memerah, persis seperti kepiting rebus.

“Kris?”

Yoona dan Kris terkesiap saat mendengar suara seseorang. Keduanya sama-sama membelalakkan mata. Mereka terkejut mendapati sosok wanita sudah berdiri terpaku di dekat pintu ruang kerja Kris.

“Sooyoung?”

.

.

.

Hotel Lofty

“Laporkan hasil penyelidikanmu . . .”

Sekertaris Han mengangguk saat mendengar titah dari Presdir Choi. Ia mengambil beberapa lembar foto dari balik jasnya. Presdir Choi langsung melihat foto-foto yang sudah diletakkan di atas meja.

“Nona Huang Yoona tinggal di kediaman keluarga Huang Zhi Lei, mantan atlet wushu. Mereka keturunan China tapi memilih tinggal di Korea Selatan, untuk mendirikan pelatihan wushu di sini. Huang Zhi Lei memiliki satu orang putra. Namanya Huang Zhi Tao. Dia juga merupakan atlet wushu dan membantu mengajar di pelatihan wushu milik ayahnya,” jelas Sekertaris Han. Sementara Presdir Choi masih mengamati foto-foto yang dipegangnya.

“Menurut informasi dari tetangga mereka, Nona Yoona bukan putri kandung mereka,” lanjut Sekertaris Han dan sukses mengejutkan Presdir Choi.

“Bukan putri kandung mereka?” tanya Presdir Choi. “Maksudmu, dia diangkat anak oleh keluarga Huang Zhi Lei?”

Sekertaris Han mengangguk, “Ne. Nona Yoona diasuh oleh keluarga itu sejak usia 8 tahun.”

Presdir Choi tampak berpikir keras sambil terus mengamati foto-foto di tangannya.

“Nona Yoona berkarir dalam bidang melukis, sama seperti Nona Sooyoung. Dia sudah memiliki galeri sendiri yang lokasinya tak jauh dari Hotel Grand. Selain itu, Nona Yoona juga merupakan guru melukis dari adik Tuan Muda Kris, Nona Krystal,” lanjut Sekertaris Han.

Presdir Choi mengangguk-anggukan kepalanya sambil bergumam pelan. Jari-jemarinya mengetuk meja. Wajahnya terlihat serius.

“Presdir?”

“Jika dia diangkat anak oleh keluarga Huang, lalu siapa orang tua kandungnya?” gumam Presdir Choi. Sekertaris Han hanya menunduk dalam di depannya.

“Selidiki lagi latar belakangnya. Cari tahu, bagaimana dia bisa diasuh oleh keluarga itu,” titah Presdir Choi.

“Baik, Presdir,” jawab Sekertaris Han.

.

.

.

Incheon International Airport

Para wartawan terlihat berkumpul di dekat pintu kedatangan. Mereka tengah bersiap memburu berita kembalinya pengusaha hotel ternama di Jepang, Hotel Royal, yang dikelola di bawah naungan Im Corp. Pemiliknya adalah Presdir Im Yunho. Tujuannya kembali ke tanah kelahirannya untuk membuka cabang hotel di Korea Selatan. Mengingat penggarapan hotel tersebut sudah memasuki tahap akhir, Presdir Im Yunho memutuskan untuk tinggal sementara waktu di Seoul, dengan didampingi sang istri.

Sinar kamera langsung muncul dari berbagai sudut, saat pria paruh baya itu keluar dari pintu kedatangan bandara.

Beberapa wartawan mencoba untuk bertanya padanya. Namun pria itu hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya. Ia menggandeng sang istri dengan sangat mesra. Mereka mendapatkan pengawalan ketat saat hendak menuju ke mobil pribadinya. Ia masih enggan untuk menanggapi wawancara dari para wartawan.

“Tidak kusangka akan banyak wartawan yang akan menunggu di bandara, suamiku,” ujar sang istri sambil tersenyum pada Presdir Im. Keduanya sudah masuk ke dalam mobil yang mulai melaju meninggalkan bandara.

Presdir Im hanya mengangguk dan melepas kacamata hitamnya, “Kau benar istriku. Aku sama sekali tidak menduga antusias mereka begitu besar dengan kembalinya kita ke Korea Selatan.”

“Mungkin, karena mereka tidak sabar ingin segera melihat pembukaan secara resmi Hotel Royal di Seoul. Hotel kita sudah mencapai kesuksesannya di Jepang. Pasti banyak yang tertarik setelah kau memutuskan untuk membangunnya di sini,” lanjut Nyonya Im seraya tersenyum. Kemudian ia mengambil sebuah koran berita yang sudah disediakan dalam mobil. Ia terlihat serius membaca sebuah berita yang menjadi topik utama.

“Ada berita yang menarik?” tanya Presdir Im penasaran dan dibalas anggukan istrinya.

“Bukankah dia putra Wu Yi Lan?” tanya Nyonya Im sambil menunjuk ke arah sampul yang memuat foto pewaris hotel Grand bersama sang kekasih.

Presdir Im mengangguk, “Benar. Dia telah tumbuh dewasa dan siap menjadi penerus Hotel Grand. Tidak kusangka dia sudah memiliki kekasih bahkan mengumumkannya pada publik.”

“Terakhir kali kita bertemu dengannya saat dia berusia 8 tahun. Dia terlihat sangat tampan,” puji Nyonya Im. “Lihatlah wanita yang menjadi kekasihnya. Dia sangat cantik. Mereka berdua terlihat sangat serasi.”

“Jika diperhatikan baik-baik, kekasih Kris itu wajahnya mirip sekali denganmu, istriku,” lanjut Presdir Im.

Nyonya Im tersipu, “Benarkah?”

“Bahkan—sekilas juga mirip dengan putri kita,” ujar Presdir Im dan berhasil membuat wajah sang istri kembali murung.

“Kau benar, suamiku. Dia mirip sekali dengan putri kita yang hilang,” balas Nyonya Im. “Bahkan namanya pun hampir sama, hanya berbeda marga.”

Keduanya kembali terdiam dengan wajah sedih mereka.

“Suamiku, sudah hampir 15 tahun kita belum menemukan putri kita. Apakah dia masih hidup?” tanya Nyonya Im sedih.

Presdir Im menggenggam tangan istrinya dengan erat sambil memeluknya. “Tenanglah, istriku. Sampai sekarang aku masih yakin jika putri kita masih hidup. Dia pasti telah tumbuh menjadi wanita dewasa dan berparas cantik sama sepertimu. Aku percaya, kita akan segera menemukan keberadaan putri tersayang kita—Im Yoona.”

.

.

.

.

.

­-To Be Continued-

Hai, maaf banget atas keterlambatannya (lama banget), aku baru bisa publish sekarang *bow*. Sempat bingung juga mau nulis gimana habis nyelesain FF Beautiful Ghost, hehe. Untung sebagian udah dipikirin alurnya. Tinggal menulisnya aja dalam versi lengkap. 😀

Maaf kalau ceritanya kurang memuaskan (alur, typo dan sebagainya). Beneran deh, lagi ruwet imajinasinya (>///<)

Terima kasih sudah membaca ❤ 😉

P.S : Aku malah kepikiran buat FF chaptered baru lagi dengan cast utama Chanyeol-Yoona-Sehun. Udah kebayang alur ceritanya. Tapi, karena masih ada FF Destiny + Sense of Love, kayaknya aku pending dulu aja deh XD

-cloverqua-

 

86 thoughts on “Destiny 6

  1. Pingback: Destiny 10 | YoongEXO

  2. Pingback: Destiny 9 | YoongEXO

Leave a reply to izza Cancel reply