Hidden Scene [16a]

hidden-scene1

HiddenScene

fanfiction by aressa.

starring

GG’s Yoona and EXO’s Sehun along with ex-GG’s Jessica

and

former member of EXO’s, Kris

.

.

.

.

Wanita itu datang dengan digeret oleh managernya. Yang membuat Yifan kaget adalah keadaan Yoona. Dia masih cantik seperti biasanya, tapi ia tampak berantakan. Matanya sembab dan tatapannya kosong.

Yifan tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Yoona. Beribu pertanyaan berdengung dikepalanya.  Ada apa dengannya? Apa sesuatu telah terjadi? Kenapa Yoona terlihat seperti itu? Apa jangan jangan ia sudah mengetahui tujuan mereka berkumpul sekarang?

“Maafkan keterlambatan Yoona, sajangnim. Ada telepon mendadak dari ibunya” Young Bae akhirnya menjawab tatapan Yifan dan Ketua Shin. Yoona tersenyum tipis dan membungkuk.

Yifan tahu bahwa ibu kandung wanita itu baru saja mengalami kecelakaan. Jessica sih bilang ibu kandung Yoona tidak terluka parah. Jadi, Yifan merasa bingung dengan perkataan Young Bae. Apa hubungan wajah muram Yoona dengan panggilan dari ibunya?

Ah, wajar bukan jika seorang anak mengkhawatirkan ibunya sampai menangis?

“Yoona-ssi, apa kau tahu alasan kita berada disini?”

Wanita itu mendongak dan ia seakan baru sadar ada Yifan sedari tadi. Sejenak, mereka bertatapan dan sumpah, Yifan melihat tatapan memohon wanita itu padanya. Kenapa? Apa yang terjadi dengannya? Yifan memberikan Yoona tatapan bertanya dan wanita itu malah membuang pandangannya, “Kolaborasi dengan EXO? I have no idea”

Ketua Shin menarik foto foto yang berada di tangan Yifan dan melemparnya tepat ke hadapan Yoona. Membuat Yifan marah saat wanita itu menutup mata kaget. Ia ingin berkomentar tapi kemudian tatapan pedas Young Woon menghentikannya.

Yifan diam. Memperhatikan jemari Yoona saat dia mengambil salah satu fotonya. Ia memperhatikan saat mata Yoona melebar karena terkejut. Itu fotonya dengan Yoona. Saat ia dengan bodohnya mencium wanita itu. Kemudian ekspresi wanita itu berubah menjadi datar.

“Ada hubungan apa kau dengan Kris, Yoona-ssi?” tanya Ketua Shin.

“Sudah kubilang kami tidak memi—“

“Lalu apa maksud ciuman itu!?”

Yifan bungkam. Dia tidak mungkin kan bilang kalau ia terpesona dengan Yoona dan dengan bodohnya mencium perempuan itu? Yifan mengacak rambutnya frustasi. Kenapa akhirnya bisa sesial ini?

“Apa itu penting sekarang?” Yifan menoleh dan cukup terkejut saat Yoona sudah meremas foto itu menjadi bola, “Toh, kau tidak akan mempercayai satupun yang kami ucapkan” ujarnya dingin.

Tangan Yifan meraih jemari Yoona. Mencoba menghentikan apapun yang akan diucapkan wanita itu. Ketua Shin sudah terlihat marah dan ia sangat tidak ingin wanita ini kenapa kenapa. Apalagi pandangan tajam lelaki berjas itu pada Yoona cukup untuk membuat ia takut. Tapi kemudian Yoona menepis tangannya dengan kasar.

“Katakan apa maumu? Tidak perlu berbasa basi. Kau membuatku muak”

“Jaga bicaramu Im Yoona!”

Sebuah tamparan mendarat di pipi Yoona. Membuat Young Bae langsung bereaksi menahan tangan pria itu. Sedangkan Yifan masih terlalu terkejut untuk menyadari situasinya. Dan saat kemarahan itu kembali menghantamnya, Young Woon menariknya sampai jatuh terduduk kembali, “Diam, Kris!” geramnya.

Yifan memperhatikan amarah membakar Yoona. Untuk sedetik, tatapan Yoona itu seperti siap untuk membunuh lelaki dihadapannya. Ketua Shin sudah duduk dan tampak sedang mengontrol emosinya. Sedangkan Young Bae berbisik pada Yoona dengan raut wajah serius. Yifan memperhatikan bagaimana Yoona mendengus dan akhirnya bangkit lalu membungkuk.

“Aku minta maaf atas ketidaksopananku, Ketua Shin” meskipun itu adalah sebuah permintaan maaf yang harusnya terdengar tulus, Yifan malah merasa Yoona mengucapkannya sambil lalu. Membuatnya sadar kalau wanita itu tak akan memaafkan Ketua Shin dengan mudah.

Ketua Shin yang pemarah akhirnya berhasil menetralkan emosinya, “Aku akan mengumumkan hubungan kalian ke media”  dia kemudian menarik salah satu foto dan mengetuk ngetuknya, “Apa kalian tahu sudah berapa banyak uang yang kami keluarkan untuk menahan foto ini tidak tersebar berminggu minggu yang lalu?”

Mendengarnya membuat Yifan muak juga. Apalagi melihat ekspresi Yoona yang mendadak sedih, “Yang benar saja!”

“Tak bisakah kau tutup mulut saja, Kris!?” Young Woon mengguncang lengannya. Membuat Yifan memutar matarnya.

“Kenapa sekarang?”

“Hmm” Ketua Shin menyeringai, “Coba kita lihat. EXO akan comeback beberapa hari lagi. Belum lagi drama yang kalian bintangi akan keluar dalam waktu dekat ini”

“Ah, ini juga bisa menutupi berita tentang Yuri dan Jongin. Kalian tahu SHinee akan segera meluncurkan album Jepang mereka dan berita ini membuat image Minho menjadi buruk” seringainya semakin lebar hingga rasanya Kris ingin meninju wajah sok itu, “Kalian bisa mengontrol reaksi public hanya dengan satu berita, hebat bukan? What a perfect time with perfect news”

Ketua Shin kemudian beralih pada Yoona yang entah sejak kapan sudah menunduk, “Bagaimana, apa kalian setuju?”

Mendengar nada mengejek itu membuat Yifan marah. Ia kesal hingga rasanya ingin mencabik cabik wajah dihadapannya. Ia tahu bahwa berurusan dengan pria ini tidak akan berhasil baik.

Ibu, aku ingin pulang. Aku lelah dengan ini semua. Aku merindukan ibu

Yifan tiba tiba memikirkan ibunya dan ia merasa sedih. Ia baru sadar kalau ia memberikan banyak hal untuk sampai tahap ini. Itu membuatnya muak, mengingat ia sendiri lah yang memilih pilihan ini.

“Memangnya kau akan peduli dengan keputusan kami?” ucap wanita itu dingin, “Bahkan jika kami menangis darah dihadapanmu, beritanya akan tetap keluar kan?”

Yoona benar. Pertemuan ini hanyalah formalitas belaka. Mereka bisa saja mengeluarkan berita itu tanpa memberitahu mereka.

Yifan tersenyum sinis, “Terimakasih atas kebaikan kalian memberitahu kami terlebih dahulu”

Ketua Shin tahu bahwa kalimat Yifan penuh dengan sarkasme. But he wont care anyway, “Senang mendengarnya” ia kemudian mengeluarkan sebuah kertas dari amplop coklat, “Ini kontrak kalian”

Yifan mengernyit. Kontrak apalagi?, “What for?”

“Hitam diatas putih bahwa kalian setuju dengan ini. Berpura pura menjadi sepasang kekasih—well aku tidak peduli jika kalian saling jatuh cinta pada akhirnya. Tidak lama, hanya satu tahun dan setelah itu akan ada break up news tentang kalian”

Yifan tertohok dengan kalimat ketua Shin. Aku tidak peduli jika kalian saling jatuh cinta pada akhirnya. Apa pria ini tidak punya hati? Sungguh, apa yang ibunya idamkan saat mengandung ketua Shin?

Yifan melirik Yoona yang masih diam. Ia bersender dan bersedekap, menatap ketua Shin tajam. Keningnya berkerut dan tak lama ia mendengus, “Kalau aku tak mau menandatanganinya?”

“Well, kau harus menandatanganinya”

Yoona melempar gumpalan foto yang sudah menjadi bola kertas itu sembarangan, “Aku tidak mau. Hanya ada satu kontrak yang aku tandatangani dengan kalian dan akan selalu begitu”

Kali ini Ketua Shin tidak marah meskipun wajahnya menunjukan ia siap menyemprot wanita itu kembali, “Aku sudah menduga kau akan berkata seperti itu, Yoona. Bagaimana denganmu, Kris?”

Yifan tersenyum mengejek. Taka da gunanya Tarik urat dengan agensi ini, buang buang tenaga. Ia dengan cepat belajar dari Yoona selama diruangan itu, “Aku tidak akan menandatangani apapun. Itu syaratku, atau aku tidak akan melakukannya”

“Siapa kau berani mengajukan syarat seperti itu?” geram Ketua Shin marah, “Kau hanyalah anak jagung, Kris. Aku membiarkan Yoona mengingat betapa besarnya kontribusi yang ia berikan. Tapi kau tidak berhak mengancamku”

“Aku tid—“

“Kalau begitu jadikan itu syaratku. Mengingat kontribusi yang aku berikan di perusahaan ini” Yoona memotong perkataannya. Mereka berdua bertatapan sejenak dan mendadak ia merasa bersemangat, “Tidak ada diantara kami yang menandatangani apapun.”

Im Yoona sangat keren

Ketua Shin memijit keningnya pelan dan menghembuskan nafas pendek, “Fine! Tidak ada kontrak. Tidak ada tanda tangan. Tapi jangan lupa. Satu tahun kalian harus berpura pura menjadi sepasang kekasih yang bahagia”

“Tidak biasanya kau menginginkan skandal yang seperti itu” untuk pertama kalinya Young Bae bersuara langsung. Ketua Shin tersenyum nakal, “Mereka harus percaya bahwa pasangan ini nyata kan?”

“Dan artinya membuat masalah besar untuk Yoona” Young Bae menggeram. Dia menatap lelaki itu dengan pandangan kesal, “Sajangnim, anda adalah orang yang sama yang menyuruh saya menjauhkan Yoona dari member EXO”

Pandangan pria itu mengeras, “Aku tak peduli. Lakukan sesuai perintahku” ia kemudian menatap Yoona yang tidak mengucapkan apapun, “Aku akan menambah bodyguard untukmu. Kau akan aman dari sasaeng fans”

Mendadak Yoona tertawa sinis, “Benarkah?” ia kemudian mengambil tas jinjingnya. “Aku rasa sudah cukup sampai sini. Aku permisi”

Yifan buru buru bangkit mengejar Yoona. Tapi suara Ketua Shin kembali menghentikan mereka, “Untuk menipu musuhmu, pertama tama kalian harus menipu kawan kalian dulukan?”

Yoona berbalik dan melemparkan pandangan terdingin yang pernah Yifan lihat selama ia mengenal Yoona, “Kau ingin aku menyembunyikan ini dari memberku? Yang benar saja”

“Tidak ada kontrak. Tidak ada tanda tangan. Tidak ada bukti, kan? It’s your choose” pria itu bangkit. Menunjukan kontrak di amplop coklat itu.

Yifan sebenarnya ingin menandatangani kontrak itu saja dibandingkan harus menyembunyikan kebusukan agensi dari membernya. Tapi kemudian ia melihat tatapan memperingati Yoona, jadi ia menutup mulutnya.

Wanita ini pasti punya alasan kenapa ia tidak ingin menandatangi kontrak ini. Dan Yifan ingin mendukung keputusan Yoona.

“Baiklah! Tidak ada tanda tangan. Tidak ada bukti” ulang Yoona dengan nada tegas. Wanita itu tampaknya sudah sangat tak ingin berada diruangan itu.

“Jika ada member kalian yang bertanya. Jawablah bahwa kalian memang berkencan. Aku mengharapkan kerjasamanya, Yoona-ssi, Kris-ssi”

Yifan mendesah. Sama muaknya dengan Yoona berada di ruangan itu, “Ada lagi?” sudut matanya menangkap sosok Yoona yang sudah hilang dibalik pintu.

“Tidak ada” ia menyeringai, “Tenang saja, aku sudah mengurus semuanya” katanya sebelum Yifan membanting pintu.

//

“Yoona, tunggu!” Perempuan itu nyaris terjerembap saat Kris menarik tangannya.

Yoona menatap Kris datar, “Ada apa?”

Dibalik tatapan datar yang dia berikan,Kris tahu itu hanyalah kamuflasenya. Yoona sakit dan ia yakin perempuan itu sama sekali tak menyukai keputusan sepihak itu. Dan Kris membenci itu. Sungguh, ia tak ingin perempuan ini terluka! Ia tak suka melihat wajah muramnya.

“Kau…”Kris menatap perempuan itu khawatir, “Baik baik saja?”

“Aku tak apa” Yoona memaksakan senyumnya meskipun hatinya sangat tidak ingin. Dia imgin cepat cepat pergi dari hadapan lelaki ini.

Seperti bukan Yoona

Kris tahu Yoona berbohong. Tanpa sadar ia menyentuh pipi Yoona, mengusap bekas tamparan itu lembut. Membuat Yoona berjengit kaget. Tapi Kris tidak menurunkan tangannya. Suka atau tidak, mulai sekarang ia harus terbiasa dengan sentuhan Kris.

Untuk beberapa detik mereka tetap seperti itu. Kris tenggelam dalam ekspresi Yoona. Wanita ini tidak baik baik saja. Pipinya pucat dan tatapannya kosong. Iris caramel yang membuatnya hatuh cinta itu dibayangi oleh kesedihan. Saat ini, Yooma tampak seperti mawar di kebun ibunya. Cantik namum rapuh. Membuat Kris ingin menggengamnya. Ingin memeluknya erat.

And he did.

Yoona diam dalam pelukan Kris. Sementara lelaki itu menenggelamkan wajahnya di puncak kepala Yoona. Yoona membiarkan lelaki itu memeluknya hingga Kris sendiri lah yang melepaskannya. Hanya untuk melihat iris itu tertutup. Sedetik kemudian, orbs itu terbuka. Dan sekonyong konyong rasa sakit itu terasa nyata.

“Maafkan aku, Yoona” lirih Kris pelan.

Sungguh, ia ingin pergi dari tempat ini sekarang,”Tidak perlu meminta maaf. Kau tidak melakukan kesalahan apapun”

“Tapi seandainya aku tak mencium–”

“Dan aku sudah memaafkanmu tentang itu, Kris” selanya cepat. Lelaki dihadapannya tetap menatapnya sendu. Jadi sekali lagi ia memaksakan senyum meskipun ia tahu itu pasti mengerikan, “Lagipula, aku sudah terbiasa dengan hal ini”

Aku mengorbankan banyak hal untuk sampai di puncak karirku, Kris. Dunia ini kejam, hidup memang kejam.

“Sudahlah, jalani saja dulu” suara Young Bae memecah keheningan mereka. Manager Yoona itu menepuk bahu Kris sekilas, “Dia akan baik baik saja”

Kris ingin sekali mempercayai perkataan Young Bae. Kalau Yoona akan baik baik saja. Tapi hatinya entah mengapa tidak bisa meyakini hal itu. Belum lagi ekspresi wanita itu yang tampaknya tidak menyetujui kalimat Young Bae.

“Ah, Sehun-ssi!” Kris memperhatikan bagaimana orbs itu tertutup. Memperhatikan nafasnya yang pendek pendek. Memperhatikan bagaiamana matanya menatap lelaki dibelakangnya dengan tatapan tak terbaca. Dan kemudian saat helaian halus rambutnya menutupi wajah yang menunduk itu.

“Apa yang kau lakukan disini? Dan oh, yaampun! Kau basah kuyup”

Sehun tidak menjawab pertanyaan itu. Lelaki itu tampak tidak sehat. Ia tidak baik baik saja, “Ada beberapa hal–” ia terdiam sebentar, “Maksudku ada beberapa berkas yang harus kuambil”

“Diluar hujan der–”

“Ayo pergi, Oppa” perempuan itu menyela. Saat dia berbalik untuk membungkuk kepada Kris, sekilas ia bisa melihat mata wanita itu berkaca kaca. Lalu kemudian ia berlalu begitu saja.

“Hey Im Yoona! Tunggu, hey! Diluar hujan deras!” Young Bae menepuk lengan Kris dan ia melemparkan senyum ramah pada Sehun, “I’m off boys”

Kris masih memandangi punggung Yoona. Masih memikirkan ekspresi sedihnya.

“Aku duluan, hyung” ia tak sadar dengan keadaan sekitarnya. Kepalanya dipenuhi oleh bayang kesedihan perempuan itu.

Seandainya aku bisa merengkuh kesedihan dalam matamu, Yoona.

//

“Maafkan aku, Yoongie”

Yoona mendesah dan menggambar hati di jendela mobilnya yang berembun, “Kenapa semua orang meminta maaf padaku?”

“Karena kau adalah korban sesungguhnya dari permainan ini” Young Bae menghela nafas panjang. Yoona berbalik dan sekilas melemparkan pandangan bertanya padanya sebelum kembali mencoret coret jendela, “Kalian tidak berciuman. Tapi Kris yang menciummu kan? He has special feeling for you, right?”

Yoona menggambar retakan dihatinya. Ia menatapnya sejenak dan berpikir bagaimana bentuk hatinya saat ini, “He said he is kinda high that time”

Young Bae mendengus, “Aku tidak bodoh dan kau pun tidak” ia kemudian melihat gambar hati yang patah itu dan tersenyum sedih, “Bukankah aku sudah memperingatimu untuk tidak terlalu dekat dengan member EXO?”

Ya dan aku menanggung akibatnya sekarang.

Yoona memejamkan matanya. Menahan dorongan untuk tidak menangis di hadapan Young Bae. Dia tidak ingin managernya mengecapnya cengeng hanya karena ia terpaksa harus berpura pura menjadi pacar Kris. Dan sebenarnya, bukan itu alasannya ingin menangis sekarang.

“Oppa” Yoona menatap managernya itu ragu, “Bisakah aku sendirian malam ini?” Yoona butuh waktu. Untuk melepas semua rasa di dadanya. Dia ingin sendiri.

Managernya itu berhenti tepat di lampu merah dan berbalik. Ia menggenggan tangannya, “Apa kau akan baik baik saja? Ini pasti akan berat untukmu mengingat reaksi fans”

“Kau sendiri yang bilang, oppa. Aku akan baik baik saja”

Sejenak Young Bae menangkap lapisan tipis kebohongan di mata Yoona. Tapi kemudian ia mengangguk, “Aku akan turun di stasiun. Setelah itu kau bisa pergi menenangkan diri”

“Terimakasih, oppa”

Setelah menurunkan Young Bae di stasiun, Yoona menjalankan mobilnya menuju apartemennya. Sebenarnya ia tak ingin, namun ia tak punya tujuan lain. Ia tidak bisa memesan kamar hotel, mengingat perkataan Young Bae tadi bahwa mungkin saja mereka akan merilis beritanya malam ini. Ia juga tak mungkin ke apartemen Sehun dengan peluang lelaki itu disana. Ia juga tak bisa ke rumah keluarganya atau rumah ibunya dengan keadaan kacau seperti ini.

Tapi Yoona juga tak ingin berada di tempat yang penuh kenangan bersama lelaki itu.

Yoona mendadak berhenti di pinggir jalan. Ia menjantuhkan dirinya sendiri di setir mobil dan menumpahkan emosinya disana.

Beberapa hari yang lalu, aroma lelaki itu memenuhi mobil yang sama. Ia tertawa. Ia menjahili Yoona. Ia memeluknya. Ia menciumnya. Ia menyentuhnya.

Oh tuhan, itu tidak terjadi beberapa dekade yang lalu! Baru kemarin ia merasakan Sehun memangkun Yoona dalam tidurnya! Rasanya sangat nyata hingga ia merasa ketakutan.

Yoona ingin pergi. Ia ingin lepas dari kenangan itu. Ia ingin pergi ketempat bayang Oh Sehun tidak merusak otaknya. Tidak menghancurkan hatinya.

Kemana ia harus pergi? Kemana ia pergi saat semua tempat mengingatkan terhadap sosoknya? Yoona ingin sendiri, tapi ia juga ingin seseorang memeluknya. Itu perasaan yang aneh, tapi Yoona sudah benar benar lelah menangis sendirian. Dia butuh seseorang. Dia ingin seseorang mengatakan padanya bahwa semua akan baik baik saja.

Datanglah ke apartemenku kapanpun kau membutuhkan teman, Yoona-ssi.

Oh! Yoona kembali melajukan mobilnya. Seingatnya, apartemen wanita itu berada tidak jauh dari tempatnya sekarang

//

Malam itu hujan sudah berubah menjadi  rintikan namun angin masih mendesau kencang diluar. Akhir akhir ini cuaca Seoul sangat tidak bersahabat, tetapi suasana dorm EXO selalu ramai seperti biasanya. Luhan sedang sibuk menyisir rambut Monggu. Kemudian Tao yang bermain dengan Candy. Chanyeol yang dengan rakus menghabiskan popcorn yang ada.

“Aku pulang”

Kris melangkah lunglai ke dalam dorm. Pikirannya sedang mengembara entah kemana. Tubuhnya lelah sekali. Candy, anjing Tao menggonggong ria ke arahnya. Kris hanya menangkat anjing itu sebentar, kemudian masuk ke dalam kamarnya. Merebahkan diri di kasur.

“Ada apa? Kau terlihat banyak pikiran” Minseok yang sedang main computer akhirnya sadar juga. Si tiang itu terlihat buruk sekali.

Tapi Kris sedang tidak ingin bercerita ke siapapun. Dia terlalu lelah untuk membuka mulutnya. Sejujurnya, Kris masih sangat terkejut. Dia masih belum bisa menerima kenyataannya.

Dia memang menginginkan Yoona, tapi bukan seperti ini caranya.

Dari gerak geriknya saja, Kris tahu Yoona sangat tidak menyetujui hal ini. Dia bahkan tidak mengerti kenapa dia merasa sedih. Seharusnya dia bahagia. Ini seolah impiannya tercapai. Dia bisa memiliki wanita itu meski itu adalah sebuah kebohongan. Ia bisa memperbaiki kesalahannya dan berusaha membuat Yoona jatuh cinta. Tapi Kris merasa ini tidak benar. Bagaimana bisa ia bahagia saat tatapan wanita itu begitu menyakitkan?

“Tidak apa apa”

Minseok berjalan mendekatinya, “Kau bisa bercerita padaku, Kris.  Aku pasti akan membantu–jika kau butuh, tentu saja.”

Kris ingin mempercayai Minseok. Apalagi mengingat member tertua itu salah satu orang yang tidak pernah ikut mengomeli Kris. Tapi dia benar benar sedang tidak mood. Toh, nanti juga Minseok tahu. Ya, biarkan semuanya berjalan tanpa kecurigaan.

Kris masih butuh waktu. Butuh waktu untuk memahami Yoona. Saat wanita itu berusaha tersenyum, dia terlihat kesakitan. Cahaya di matanya hilang dan Kris tidak tahu mengapa. Tapi dia tahu, tidurnya tidak akan tenang sebelum tahu alasannya

“Akan kuceritakan nanti, hyung” Kris menggumam dan membuka kaosnya, “Aku mau mandi dulu”

Kris menyegarkan dirinya dibawah guyuran air panas. Tubuhnya merileks dan pikirannya sedikit tenang. Ketika air membasahi tubuhnya, Kris ingin memikirkan semua yang terjadi hari ini dibawah shower, tapi Kris justru berakhir frustasi sendiri.

Karena Kris yakin Yoona sakit. Yoona terluka. Dan itu bukan karena scandalnya dengan Kris. Instingnya mengatakan kalau ada hal lain yang menggangunya.

Wanita itu tampak sangat terguncang. Hal yang agak aneh untuk ukuran Yoona yang sudah kenyang dengan asam manis dunia entartainment. Bahkan dia hanya menatap Sehun sekilas tadi. Padahal biasanya, Yoona akan menyapa Sehun dan tertawa tawa.

Oh!

Kris baru mengingatnya. Adiknya itu juga terlihat cukup aneh tadi. Sehun basah kuyup. Hujan cukup deras, Kris pikir dia sehabis dari atap—Sehun memang sering kesana. Tapi yang membuat Kris sadar adalah, Sehun seperti seseorang yang direnggut nyawanya. Pandangan pria itu kosong dan tidak seceria biasanya.

Memikirkan itu membuat Kris buru buru mematikan showernya. Dia mungkin pusing dengan urusannya, tapi biar bagaimanapun juga Sehun adalah keluarganya. Dan firasatnya benar benar mengatakan bahwa Sehun sedang tidak baik baik saja.

“Lu, apa Sehun sudah pulang?”

Luhan mengangguk. Tapi ekspresinya berubah, “Dia dikamar. Kyungsoo sedang mengomelinya. Kau tahu dia pulang dengan basah kuyup?”

“Dan Kyung masih mengomelinya?”

Luhan menggeleng, “Wajahnya pucat sekali dan dia benar benar terlihat tidak baik” kali ini pria berwajah China itu menatapnya serius, “Tadi kau dari kantor kan? Tadi ia bilang ada urusan di kantor–ia tampak bersemangat sebelumnya. Apa kau tahu apa yang terjadi padanya?”

Luhan memandangnya penasaran. Kris menghela nafasnya, “Well, itulah alasan aku mencarinya”

“Ada apa dengannya?” Luhan mulai kesal.  Sehun adalah member yang paling dekat dengannya. Jelas saja melihat Sehun pulang dengan keadaan seperti itu, membuat Luhan yakin ada yang salah dengan anak itu. Dan kalau dipikir pikir, sepertinya agensinya kembali berulah.

“Aku tidak tahu. Tapi yang jelas dia sudah seperti itu saat aku bertemu dengannya”

Luhan mengerutkan kening. Tapi akhirnya memilih untuk diam. Jika ingin, Sehun akan menceritakannya. Dia selalu begitu. Lagipula, Kris dan Sehun pulang dengan keadaan aneh. Mereka berdua tampak punya banyak pikiran. Dan Luhan tidak bisa menebak apa itu.

Sesuatu telah terjadi.

“Aku mau mengecek Sehun” Luhan mengangguk dan meninggalkan Kris. Membiarkan leadernya itu mengintip keadaan Sehun dari balik pintu. Ia sekali lagi memandangi punggung Kris. Menyadari kalau duijangnya itu terlihat sama lelahnya dengan Sehun.

Diam diam Luhan menghembuskan nafas lelah. Sesuatu memang terjadi. Sesuatu yang berhubungan dengan Oh Sehun dan Wu Yi Fan.

//

Sehun menatap rembulan dari balik kamarnya sendu. Gorden putih berkibar kibar mengirim angin dingin ke sekujur tubuhnya. Kyungsoo sudah berhenti mengomel. Dan sekarang sedang membuatkan Sehun makan malam.

“Sehunnie”

Sehun tersenyum miring. Membiarkan Kris duduk disampingnya. Pria itu meletakan tangannya di kening Sehun, “Agak panas. Tadi kau pasti kehujanan”

“Hmm”

“Tadi kau dari atap? Apa sih yang kau temukan disana? Lagipula apa yang kau lakukan di atap saat hujan?Bodoh, Kau bisa sakit” omel Kris.

Aku sudah sakit hyung. Sangat sakit

Sehun sedang tidak ingin bicara. Rasanya hatinya mati rasa. Dia masih belum bisa melepas bayangan itu dari pikirannya. Oh hell, siapa yang bisa menghapus memori seperti itu?

Matanya terpejam, membiarkan kenangan indah dengan Yoona memasuki pikirannya. Senyumnya, tawanya, sikap manjanya. Sehun merindukan semua itu. Sehun rindu waktu dimana mereka saling menghangatkan diri. Sehun rindu saat Yoona membuatkannya makan malam. Sehun rindu waktu sarapan mereka.

Sehun merindukan segala hal tentang Im Yoona. Seolah wanita itu sudah merasuk dalam dirinya. Merusak Sehun.

Ya, merusak Sehun.

“Kau ada masalah, iya kan?”

Sehun membuka matanya. Kris menatapnya khawatir. Dan mendadak Sehun merasa marah. Dia ingin berteriak dihadapan Kris sekarang. Tapi kewarasan belum sepenuhnya meninggalkannya. Ditepisnya tangan Kris dari pundaknya, “Bukan urusanmu” ucapnya dingin dan memilih keluar dari kamar.

Kris menghela nafas. Dia sudah cukup lelah dengan masalahnya. Dan kini Sehun mengabaikannya. Bukan masalah besar, sebenarnya. Kris sudah terbiasa diabaikan oleh member EXO. Tapi Kris sedang butuh Sehun sekarang. Dia butuh laki laki itu untuk menghiburnya.

Mungkin besok, Yifan. Sehun mungkin sedang stress tentang sesuatu. Tahan dirimu sebentar

Pria itu melangkah keluar. Ingin mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Sebelum membuka pintu, dia melirik sebagian besar membernya yang berada di depan TV. Menonton berita. Sehun ada diantara mereka. Mengunyah miso soup buatan Kyungsoo.

Kris merasa sendirian. Dia tersenyum kecut. Hidupnya sangat menyedihkan. Ditengah kebisingan, dia justru merasa sepi. Dengan membernya berada di ruang keluarga. Sedang dia sendirian menanggung masalahnya. Biasanya kalau ia sedang stress, ia akan mengajak Sehun atau Chanyeol bercanda. Tapi sepertinya Sehun sedang tidak ingin diganggu sekarang. Jadi Kris membuka pintu kamarnya dan sebelum pintu tertutup, teriakan membernya mengaggetkan Kris.

“APA!!!???”

“TIDAK MUNGKIN!”

“IM YOONA!!??”

“TIDAK MUNGKIN YOONA NOONA—“

Mendengar nama Yoona disebut. Kris menjadi siaga. Dia kemudian berlari keruang depan dengan panic. Suara Baekhyun melengking tidak percaya dan itu cukup membuat Kris ketakutan. Ia yakin Yoona sedang dalam kondisi tidak baik dan itu membuatnya sangat khawatir.

“ADA APA!?”

Dihadapan Kris, sebelas pasang mata menatapnya tidak percaya. Dan bahkan sebelum Kris sempat bereaksi, headline berita itu menghantamnya.

“EXO’s Kris dating with SNSD’s Yoona?”

Mata Kris membulat. Berita itu menayangkan foto foto Yoona dan Kris yang diam diam bertemu. Kris membelak tidak percaya. Itu memang dirinya dengan Yoona. Saat dia mencium wanita itu dimobil. Saat makan malam pertama mereka. Kris terkejut karena tidak menyangka mereka akan mendapatkannya.

“Tenang saja. Aku sudah mengurus semuanya”

Perkataan ketua Shin tadi membuat Kris merinding. Oh tuhan, tidak bisakah mereka membiarkan Kris beristirahat? Kris tidak percaya perusahaan benar benar serius. Tapi hell, secepat itu? Mereka bahkan baru diberitahu satu jam yang lalu!

 “Jika ada member kalian yang bertanya. Jawablah bahwa kalian memang berkencan. Aku mengharapkan kerjasamanya, Yoona-ssi, Kris-ssi”

“Wu Yi Fan jelaskan apa maksudnya ini?”

Kris menghela nafas lelah. Memutuskan menuruti permintaan perusahaan, “Apa yang perlu kujelaskan?”

“Demituhan Kris, jangan bercanda. Permainan macam apa yang sedang kau mainkan!?”

“Aku tidak memainkan apapun, Joonmyun! Kalian lihat beritanya, kalian buatlah kesimpulan sendiri” Kris melipat tangannya di dada. Berusaha terlihat tenang seperti biasa. Mengamati reaksi membernya satu persatu.

“Hyung, kau…..benar benar mengencaninya?” tanya Tao tidak yakin. Pasalnya, akhir akhir ini gege-nya itu memang terlihat dekat dengan visual SNSD tersebut. Well, Tao cukup dekat dengan Kris untuk mengetahui hal yang satu itu.

“Menurutmu?”

Membernya geleng geleng tidak percaya. Bukan artinya mereka tidak setuju. Hanya saja, Kris tidak pernah terlihat dekat dengan wanita manapun selain Jessica. Dan ayolah, ini adalah Im Yoona. Seseorang dengan ribuan lelaki yang menginginkan hatinya. Tentu saja mereka kaget.

“Kalau begitu, apa boleh buat? Selamat” gumam Minseok dan seketika dorm mereka dipenuhi ledekan terhadap Kris. Biar bagaimanapun, Kris adalah member EXO yang beruntung mendapatkan hati seorang Im Yoona.

Tapi diantara mereka. Ada beberapa orang yang lebih memilih diam.

“Sejak kapan?” Kris tidak tahu sejak kapan suara Jongin bisa sedingin itu. Ketika diperhatikan, ternyata Jongin tidak sedang menatap Kris. Pandangannya lurus. Kearah Sehun yang masih mengunyah makan malamnya dengan tenang.

“Apa?”

“Sejak kapan kalian berhubungan?”

Kris gelagapan. Ini diluar dugaannya. Apa yang harus dikatakannya? Ugh, dia mencoba mengingat kapan dia mencium wanita itu “Sekitar 1 bulan yang lalu”

“Aishhh, masih seumur jagung” ledek Chen, “Kau seharusnya menjaga Yoona Noona. Dengan munculnya berita ini, dia berada dalam bahaya besar. Fans tidak akan berhenti sampai kalian mengumumkan hubungan kalian berakhir”

Kris mengangguk. Tapi perusahaan sudah menjamin keselamatan Yoona–mereka akan menambah bodyguard untuknya. Jadi Kris tidak khawatir–sedikit tidak khawatir. Caci maki mungkin akan menyakiti Yoona, tapi dia akan baik baik saja atau begitulah menurut Young Bae. Lagipula ia ingin percaya bahwa Yoona sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Dia kemudian mendudukan diri diantara para member. Nyaman dengan suasana hangat yang meredakan kegelisahannya.

“Sehun, kau belum menghabiskannya!” seruan Kyungsoo membuat semua perhatian tertuju pada Sehun. Pria itu sudah berjalan menuju kamarnya.

“Sehun-ah, habiskan makananmu. Jangan sampai kau jatuh sakit” ucap Kris. Dia masih ingat suhu tubuh Sehun sedikit naik tadi.

Tapi Sehun tetap melangkah, “Oh Sehun” geram Jongin. Sehun berhenti. Napasnya pendek pendek. Dan entah kenapa suasana menjadi tegang. Kris berdiri. Dan Sehun masih membelakanginya.

“Sehun-ah, dengarkan hyung” ucapnya sekali lagi. Kadangkala, Sehun bisa menjadi keras kepala. Jadi member harus benar benar mengucapkannya secara lembut, “Habiskan makananmu. Setidaknya hargailah Kyungsoo yang membuatnya”

“Aku kenyang, hyung” Sehun membalikan tubuhnya. Matanya menatap Kris kosong, “Kris hyung, congrats” gumamnya pelan.

Dan Sehun meninggalkan ruangan itu. Meninggalkan dua pasang mata yang menatapnya prihatin.

//

Sehun memakai bajunya dengan cepat. Dia melakukan semuanya dengan gemetar. Vivi bergelung di kaki kasurnya. Setelah menimang sejenak, pria itu mengambil tali Vivi dan memasangkannya. Kemudian dia meraih kunci mobilnya.

“Mau kemana Sehun!?”

Sehun berhenti, menatap Suho sinis, “Bukan urusanmu” dan melanjutkan langkahnya. Tapi dia kalah cepat. Suho sudah memegang lengannya, menahan Sehun.

“Kau sedang demam. Jangan kemana mana. Itu perintah”

Sehun menyentak lengannya, “Aku bukan seseorang yang bisa kau perintah, Suho hyung,” dia memutar matanya “Dan aku hanya berjalan jalan sebentar. Aku mau menemui temanku.”

Dan tanpa banyak bicara Sehun membuka pintu apartemen EXO, menyambut udara dingin Seoul.

//

Luhan bersender di pintu dengan kelelahan. Ia baru saja mencoba mengejar Sehun. Pasalnya pria itu keluar dengan kondisi tubuh yang tidak sehat ditengah cuaca yang menggila. Dua hari lagi comeback stage mereka dan hal terakhir yang Luhan harapkan adalah Sehun jatuh sakit.

“Bagaimana?” Ia menatap Kyungsoo yang mungil bersedekap. Luhan menggeleng dan membuat Kyungsoo mendesah keras. Kekhawatiran tercetak jelas di wajahnya, “Dia bawa mobil, Kyung. Tenang saja”

Adiknya yang bermata besar itu menunduk memainkan sepatu sepatu yang berserakan di dekat pintu. Luhan menghela nafasnya. Ia tahu Kyungsoo sangat sayang dengan Sehun. Dia pasti khawatir sekali. Jadi ia menghela nafas panjang dan menepuk nepuk bahu Kyungsoo,”Sehun akan baik baik saja. Cobalah percaya padanya. Bukankah ia memang selalu pergi seenaknya?”

Luhan berjalan pelan ke kamar Kyungsoo, Sehun, dan Jongin. Ia ingin tahu apakah Sehun membawa ponselnya atau tidak. Ketika ia membuka pintu, ia melihat Jongin duduk membelalanginya, menelpon seseorang.

“Hey, Jo–”

“Aku tidak tahu, noona”

Luhan mengerutkan keningnya. Punggung Jongin tampak lelah, lelaki itu mengacak rambutnya frustasi, “Sehun bertemu dengannya. Aku yakin. Siapa lagi yang mampu membuat anak tak sabaran itu mau mendedikasikan seluruh harinya?”

Lelaki itu memutuskan menyembunyikan diri di tiang gantungan baju saat mendengar dancer itu menyinggung nama Sehun. Dan ia penasaran tentang ‘noona’ yang dipanggilnya tadi. Tidak mungkin ia menelpon kakak perempuannya dan mengadu tentang Sehun kan?

“Tidak ada yang aneh, noona. Ia malah terlihat sangat bersemangat awalnya. Dan kemudian pulang dengan keadaan tidak baik baik saja. Ini pasti bukan karena berita itu.”

“…”

Jongin mendesah, “Apa kau berhasil menghubungi Yoona?” Kenapa Jongin menanyai wanita itu? Perasaannya mendadak tak enak. Berita yang Jongin maksud pasti beritanya dengan Kris tadi. Perasaan gelisah yang daritadi menyelimutinya mendadak membesar jadi kepanikan.

“…”

“Yoona tidak pulang. Sehun kembali dengan keadaan tidak baik. Kemudian berita tentang Kris dan Yoona keluar. Kemudian hyung bersikap seolah ia benar benar memacari Yoona. Apa lagi ini!?” Jongin mengacak rambutnya frustasi, “Apa aku sudah gila memikirkan opsi bahwa Yoona selingkuh dari maknae bodoh itu?”

Luhan nyaris berteriak kaget. Selingkuh? Apa apaan! Dia tahu kalau Yoona dan Kris pasti hanya mengikuti perintah agensi. Hey, bagaimana mungkin pria yang bahkan bertanya padanya bagaimana ‘berteman’ dengan wanita itu mendadak menjadi pacarnya? Meskipun ada yang aneh dengan foto yang menampilkan ciuman mereka, Luhan tahu kalau semua ucapan Kris adalah kebohongan. Oh, dia sudah sangat hapal dengan tabiat agensinya.

Tapi Sehun dan Yoona!? Serius? Luhan kaget setengah mati. Dia tahu kalau Sehun sepenuhnya berhasil melupakan Nami dan dia bahkan sadar kalau Sehun sedang dekat dengan wanita. Tapi Im Yoona!? Bagaimana bisa Sehun–member terdekatnya– berkencan dengan kenalan wanita terdekatnya? Bagaimana bisa mereka berkencan tepat dibawah hidungnya sendiri!?

Luhan baru saja ingin melabrak Jongin saat perkataan laki laki itu selanjutnya memghentikannya sepenuhnya, “Yuri noona, aku tidak tahu apa ini membantu atau tidak. Tadi pagi Sehun bilang ia benar benar memukul mundur Jessica saat membermu itu menyatakan perasaannya. Sehun keliatan jengkel sekali”

Jessica menyatakan perasaannya pada Sehun? Tapi selama ini Luhan berpikir kalau Jessica menyukai Kris! Makanya dia lebih banyak diam saat Suho memarahi Kris karena ia tahu sebenarnya leadernya itu hanya cemburu dengan Kris.

Dan hubungan macam apa yang Yuri dan Jongin punya!? Kenapa Jongin membicarakan hal itu dengan Yuri? Tunggu, apa ini alasan kedekatan Yuri dan Jongin yang terkesan sangat tiba tiba?

Luhan merasa kepalanya pening sekali. Ternyata dia terlalu sibuk dengan pemikirannya sendiri hingga tak menyadari apa yang terjadi di sekitarnya. Semua firasat buruk yang beberapa minggu terakhir ini terus menghantuinya ternyata menemukan jawabannya.

Sehun dan Yoona juga Kris. There’s something more than Luhan expected on them. Ia memijat pangkal hidungnya pelan. Jongin dan Yuri juga, entah bagaimana ikut terlibat. Dan mungkin juga Jessica.

Lelaki berdarah China itu baru saja memutuskan menghentikan acara mencuri dengarnya saat lagi lagi Jongin mengejutkannya, “Noona, apakah kau berpikir kalau kita harus menghentikan permainan menggelikan ini? Karena sungguh, aku mulai muak dengan semua ini”

“…”

Kali ini Jongin terlihat tertawa kecil, “Aku mengerti. Maaf juga karena sepertinya rumor kita tak akan hilang semudah itu kan? Bertahanlah Kwon Yuri-ssi, demi Yoona.” dan Luhan tidak mendengar apa apa lagi, karena setelah itu ia keluar dengan perasaan tak tertebak.

Saatnya berhenti bermain main. Ada banyak hal yang harus ia bongkar rupanya.

//

Sehun tenggelam dalam pikirannya begitu dalam. Hingga dia mengabaikan suhu yang semakin turun.

Ini salahnya. Dia begitu bodoh. Begitu egois.

Pria bermarga Oh itu masih mengingatnya dengan jelas ekspresi Yoona beberapa jam yang lalu. Kalimat yang keluar dari bibir tipisnya yang merobeknya, berita itu, tatapan itu. Dia mengingatnya dengan jelas.

“Ibu, apa yang harus kulakukan?” lirihnya.

Untuk kesekian kalinya, Sehun menyentuh dadanya yang berdenyut nyeri. Kemudian air sejernih Kristal itu terjatuh. Seolah mengerti duka yang selalu dirasakan hati sang pemilik. Seadainya, rasa sakit bisa membunuh. Sehun rasa dia sudah mati sejak dulu.

Pertahanannya kemudian roboh. Dia terjatuh ketanah dengan rumput kering. Tubuhnya bergetar. Bukan karena dia kedinginan. Lebih karena dia tidak sanggup dengan pikirannya.

Air mata mulai bergulir dari matanya. Sehun tidak mencoba untuk menghentikan tangisnya. Dia menggenggam tanah dengan begitu kuat. Hingga tangannya merasa sakit.

“ARGHHHHHHHHH”

Sehun menjerit. Tidak tahan dengan semua hal. Tangisannya semakin keras. Dia terlihat menyedihkan tapi dia tidak peduli. Sehun menjambak rambutnya sendiri. Berharap itu dapat mengurangi rasa sakitnya. Tapi nihil. Kini pikirannya benar benar hampa. Dia hanya memikirkan satu orang. Hanya dia dan dia.

Dia mencoba berdiri. Tapi akhirnya dia gagal. Dia tidak bisa berhenti menangis. Sehun tidak bisa menyelematkan dirinya sendiri. Dia hancur. Dia remuk. Dia berharap dia mati sekarang. Sehingga rasa sakit itu tidak menjalar ditubuhnya. Tidak membuatnya mati rasa.

Tangan Sehun menyentuh dadanya. Memukulnya berkali kali. Berharap semuanya berakhir. Berharap rasa sakitnya memudar. Ia berteriak hingga tenggorokannya terasa sakit.

Dan sekali lagi Sehun jatuh dalam tangisan. Suaranya terdengar pilu. Tubuhnya gemetar. Wajahnya pucat dan berantakan. Seumur umur, Sehun belum pernah terlihat semenyedihkan itu.

Sehun menggigit bibirnya. Mencoba menahan desakan perasaan yang memenuhi dadanya. Tapi pada akhirnya ia mengumpat takdir yang begitu kejam padanya. Kalau saja ia diberikan kesempatan kedua, ia tak akan membiarkan dirinya sendiri menjadi egois. Ia tak akan membiarkan dirinya tak berbuat apa apa saat Yoona sakit karenanya.

Tapi nyatanya, tidak ada yang namanya mesin waktu di dunia ini. Dan itu membuatnya marah. Marah oleh dirinya sendiri.

Penyesalan selalu datang terlambat, nak. Pikirkan setiap tindakan matang matang.

Karena sudah lama sekali sejak Oh Se Hoon mengetahui perasaan Wu Yi Fan terhadap Im Yoon Ah.

//

Sakit sekali. Ini lebih menyakitkan dari yang Yoona bayangkan. Rasanya seperti hatinya dirobek menjadi dua secara bersamaan. Yoona ingin berteriak. Dia ingin mengatakan pada angin yang mendesau kalau ia baru saja kehilangan cintanya.

Yoona ingin menangis seharian. Dia ingin melupakan ekspresi Sehun dari ingatannya. Ingin menghapus suara lemah lelaki itu di kepalanya. Ia hancur saat pertanyaan Sehun menghantamnya.

Is this what you really want, Yoon Ah?

Tidak. Ini bukan yang Yoona mau. Dia tidak ingin berpisah dengan Sehun. Ia butuh Sehun. Dan ia baru saja menyadarinya setelah rasa sakit itu menyerangnya bertubi tubi. Ini lebih menyakitkan dibanding patah hatinya saat bersama Donghae dulu. Ini jauh lebih menyakitkan.

Dalam tangisannya Yoona tertawa hambar. Apa yang telah Oh Sehun lakukan padanya hingga ia tampak menyedihkan seperti ini?

Kenapa Yoona begitu bodoh? Kenapa ia tidak membuka mulutnya dan mengatakan yang sebenarnya pada Sehun? Kenapa ia memendam semuanya sendirian? Bukankah cinta seharusnya tentang keterbukaan?

Tapi kemudian pertanyaan itu diam tanpa jawaban. Mungkinkah karena ia takut dengam reaksi Sehun? Mungkinkah sebenarnya ia memamg menginginkan ini, terlepas dari emosi yang membutakan keputusannya?

Sekali lagi Yoona tidak tahu. Saat ini ia hanya ingin menangis menumpahkan sakit hatinya.

“Apa aku telpon Sehun saja ya? Ugh, bocah itu!” suara gumaman itu memecah perhatian Yoona. Ia menoleh dan mendapati Park Nami memainkan kakinya.

Yoona teringat saat ia memencet bel apertemen ini seperti orang gila. Mengingat bagaimana ia menubruk wanita ini dan menangis dengan keras dipundaknya. Mengingat bagaimana Nami menelan semua pertanyaannya dan membiarkan Yoona memeluknya sampai air matanya habis.

Yoona merasa bersalah. Ini sudah nyaris tengah malam dan dia malah membuat Nami terjaga karena masalahnya. Yoona menghela nafas panjang. Dari semua orang, kenapa harus mantan kekasih Sehun sih?

“Park Nami,” panggilnya pelan. Dia menoleh dan mendapati Yoona tersenyum murung padanya, “Jangan beritahu Sehun. Our stories comes to an end, just like yours”

Nami mendengus. Ia kemudian melipat kakinya dan menarik tangan Yoona dalam genggaman lembut, “So what Im Yoon Ah? Tidakkah kini kau menyesal menuruti emosimu untuk memutuskan Sehun dan terpaksa harus berpura pura mencintai Kris? He deserves to know why you broke up with him in the first place!”

Yoona hanya diam saja dan meremas ujung bajunya kuat. Sejak ia datang dalam keadaan menyedihkan, ini pertama kalinya Nami berkomentar tentang masalahnya. Yoona meneguhkan hatinya. Bukankah ini alasannya datang?

“Eonnie, aku berani bertaruh kalau Sehun sedang menyendiri sekarang. Dia mungkin menangis–kau tahu ia sebenarnya sangat cengeng. Well, wanitanya baru saja memutuskannya dan disaat yang sama ia harus mendengar kalau kau diberitakan dengan hyungnya sendiri. Kalian bahkan berciuman. Bisa kau bayangkan bagaimana perasaannya sekarang?”

Memikirkan itu membuat Yoona sakit. Memikirkan lelaki itu terluka karena keputusannya membuatnya ingin menangis. Disudut hatinya, ia mengumpat. Bahkan setelah Sehun menyakitinya, ia masih peduli. Ia masih khawatir.

Tanpa sadar air matanya menetes. Kenapa bisa semenyakitkan ini cinta yang mereka miliki?, “Nami apa yang harus kulakukan? Memberitahunya tidak merubah apapun sekarang. Lagipula, aku serius tentang kondisi ibuku”

Nami terdiam. Ia meneliti wajah Yoona dan akhirnya mengeluarkan helaan nafas panjang, “Aku belum resmi menjadi seorang psikolog tapi aku akan mencoba sebisaku,” ia kemudian menghapus air mata yang menuruni pipinya tadi, “Eonnie, kau sebenarnya takut dia akan benar benar meninggalkanmu saat ia tahu alasannya kan? Jika iya, diluar dugaan, kau sangat naif”

Sekali lagi ia tidak menjawab. Nami memamg cerdas. Dia bahkan bisa mengetahuinya dalam satu kali pertemuan. Dia akan menjadi psikolog handal nanti, pikirnya tanpa sadar. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. Dia tidak salah datang kesini. Mendengar seseorang mengungkapkan pikiran yang seperti benang kusut terasa menyenangkan–dan menenangkan.

“Wanita kebanyakan cenderung merasa lebih baik saat tahu mereka lah yang memutuskan pacar mereka. Lukanya akan lebih cepat sembuh saat kau tahu kau adalah pelaku dan bukan korban.” ia tertawa kecil. Nami mengingat bagaimana hancurnya ia saat Sehun lah yang memutuskan hubungan mereka. Butuh waktu lama baginya untuk benar benar move on. Meskipun Nami mendukung penuh keputusan Sehun, rasa sakit itu ada dan bertahan untuk waktu yang lama.

Wanita yang cantik bak model itu membelai rambut Yoona lembut, “Tapi, aku sepenuhnya mengerti dengan tindakanmu, eonnie. Meskipun aku tidak bilang itu sepenuhnya benar. Kau tetap harus memberitahu alasannya. Itu tidak adil baginya, eonnie. Dewasalah dan hadapi ketakutanmu”

“Eonnie, cobalah untuk mengerti Sehun. Dia kehilanganku demi karirnya. Dan tidak hanya aku, dia juga menyaksikan orang orang terdekatnya melakukan hal yang sama. Belum lagi dia tahu kondisimu saat agensi memisahkan kau dan Donghae. Wajar jika ia ketakutan. Aku tidak sedang membelanya atau apa. Take it as opinion from the third parties.”

Setelah itu diisi oleh hening yang cukup lama. Nami masih menggenggam tangannya sedangkan Yoona menatap aquarium. Ia memikirkan kalimat kalimat wanita itu. Benar, Yoona tidak bisa datang pada Sehun dan mengatakan fansnya membuat Yoona terluka, membahayakan keselamatan ibunya bahkan meneror Yuri. Yoona tidak bisa membawa itu kehadapan Sehun dan menyaksikan lelaki itu menghancurkan kariernya untuk Yoona. Yoona tidak bisa membiarkan Sehun memiliki kesempatan untuk meninggalkannya.

Seperti kata Nami, dia merasa lebih baik.

Fans fans gila itu telah menyakiti orang orang kesayangannya dan dia tak akan membiarkan Sehun meninggalkannya demi mereka. Harga dirinya terluka. Dia tak ingin tersakiti saat mengetahui Sehun memilih mereka dibanding dirinya. No, she cant afford that one.

Lalu skandalnya dengan Kris. Dia benci kenyataan kalau setelah dia harus berpura pura tidak mencintai Sehun, kini dia harus menunjukan kalau dia mencintai pria lain. Yoona benci harus sekali lagi, tak mampu melawan kehendak agensinya.

Kenapa tidak dengan Sehun saja? Apa selama ini wartawan wartawan bodoh itu tidak berhasil menangkap kencan diam diam mereka? Mengapa mereka justru menangkap moment kebersamaannya dengan pria lain dibanding dengan lelaki yang sudah dua tahun ini ia pacari? Dalam hatinya ia menertawakan paparazzi itu. Mereka bahkan kalah hebat dengan seorang fans yang tidak punya apa apa. Perbandingannya seperti seorang manager dengan staff. Mengejutkan.

It really fucked up. Seolah takdir enggan membiarkan Yoona memiliki kesempatan untuk berubah pikiran. But if it’s not, apakah ia mampu untuk kembali? Setelah lelaki itu membiarkan Yoona tersiksa atas hubungan mereka? Lupakan tentang fansnya, lelaki itu pun sama saja!

Yoona butuh waktu. Biarkan ia menenangkan hatinya. Sehun juga butuh waktu untuk merenungkan kesalahannya. Setelah itu mereka bisa bertemu dengan kepala dingin dan membicarakan semuanya. Menghapus segala rahasia yamg masih tersimpan diantara ciuman manis itu.

Bukankah itu yang orang dewasa lakukan?

“Lucu,” Yoona akhirnya tersenyum pada Nami, “Bagaimana entartainment membuat kita kehilangan pria yang sama.”

“Wow perkataanmu sarat dengan ironi, eonnie,” ia terkekeh dan kemudian menyeringai, “

“Kegagalan cinta macam apa ini?”

Dan untuk waktu yang lama keheningan malam itu diisi oleh tawa hambar dua wanita yang menyerahkan hatinya pada Oh Sehun.

//

Ini sudah hampir seminggu dan wanita itu tampak baik baik saja. Dia hanya tersenyum menenangkan saat member yang lain dengan kesal menanyai pertanyaan yang sama.

“Jangan bercanda. Kami tahu kau tidak punya hubungan apapun dengan Kris”

“Ini pasti ulah agensi kan?”

“Jujurlah pada kami, Yoona. Kita semua sudah tahu busuknya agensi”

Dan kemudian Yoona akan melempar tatapan memohon ke Jessica dan menghela nafasnya, “Kalian kan tahu kalau aku memang tidak terbuka untuk hal hal seperti ini”

“Benar! Dan itu membuatku kesal setengah mati. Kau adalah member, Yoona. Aren’t we supposed to be family?” Taeyeon yang marah marah sepanjang minggu terus terusan menanyai Yoona pertanyaan yang sama.

“Sebenarnya,” semua menoleh saat Jessica bersuara. Diantara yang lain, dialah yang paling tenang menghadapi pemberitaan panas tersebut. Ia tampak tidak peduli dan terlihat lebih sering menyendiri, “Mereka memang tiba tiba dekat. Selama ini Kris meminta bantuanku untuk ‘mendekatkan’ ia dengan Yoona”

“Aku tidak ingin agensi mengetahuinya, eonnie. Aku tak ingin mengulang hubunganku dengan Donghae,” kali ini ia memejamkan matanya dan mendesah, “Bukankah untuk menipu musuhmu kau perlu menipu temanmu terlebih dahulu?”

Dan Yoona meninggalkan mereka dengan tanda tanya besar. Ia terlihat tidak senang, meskipun begitu, member yang lain hanya bisa mengerti.

“Sudahlah. She’s a closed book for such a thing. We know that already. Beside, it makes sense considering what she’s been through” ujar Tiffany. Ia mengusap lengan Taeyeon yang masih tampak kesal.

“Yuri! Kau kan teman sekamarnya, apa berita itu benar?”

Sama seperti Yoona, Yuri memejamkan mata dan mendesah, “Akhir akhir ini dia memang terlihat dekat dengan Kris, Taeyeon eonnie.”

Pada akhirnya Taeyeon menyerah dan membiarkan Yuri kembali ke kamarnya. Hanya untuk menemukan Yoona sedang tertawa tawa di telepon. Ia mendongak saat menyadari Yuri menatapnya dalam diam.

“Siapa?” tanyanya tanpa suara.

Yoona menggeleng dan tampak mengucapkan selamat tidur pada seseorang. Ia kemudian menarik selimutnya. “Ayo tidur eonnie”

“Tadi siapa Yoong?” Katanya seraya masuk ke dalam selimut bersama Yoona. Ia mengambil ponselnya, bermaksud mengabari Minho.

“Kris”

Yuri menoleh dan mendapati Yoona sudah menutup matanya. Ini baru jam 10 malam dan sebenarnya agak jarang menemukan Yoona sudah bergelung dengan kasurnya. Namun pemberitaannya dengan Kris menimbulkan suatu kemarahan yang luar biasa dari fans EXO, meskipun banyak yang pula yang mendukung hubungan mereka. Itu berdampak dengan jadwalnya yang sepertinya menjadi lebih ringan.

Wanita itu sendiri menjadi lebih sulit untuk ditebak. Ia tidak menunjukan gelagat apapun bahwa agensi lah yang berulah. Ia bahkan terang terangan menelpon Kris. Membuat kadang Yuri berdecak bingung.

Tapi hanya pada saat saat seperti ini lah Yoona bisa tampak begitu lelah. Oleh karena itu, setiap wanita itu pulang, Yuri akan berpura pura tidur dan mengawasi ekspresi kosong teman sekamarnya itu.

“Yoona,” Yuri berbisik memanggil Yoona dalam keremangan cahaya lampu tidur, “Kau pasti punya alasan kan? Apapun alasan itu, percayalah, you can count on me. Aku selalu siap, kapanpun kau membutuhkan seseorang untuk bersandar”

Kemudian Yuri memejamkan matanya. Berniat menyusul Yoona ke alam mimpinya. Besok ada shoot iklan yang menunggu mereka. Namun, ditengah kesadarannya yang samar samar, Yuri merasakan Yoona merapikan selimutnya seraya bergumam pelan.

“Maafkan aku eonnie, sungguh maafkan aku. Dan terimakasih” adalah kalimat terakhir yang ia tangkap sebelum akhirnya alam mimpi menariknya jatuh.

//

Lelaki itu sakit.

Jongin tahu itu dengan jelas. Sehun memang bersikap seperti biasa. Dia tersenyum, bercanda. Dia tetap berlatih dan semenyebalkan biasanya. Dia tetap makan dan tidak membuat kecurigaan.

Dan Oh Sehun masih tertawa.

Tapi Jongin merasa Sehun kesakitan disetiap tawanya. Jongin merasa tawa yang biasanya secerah matahari itu dingin dan menyesakan. Seperti kau tertawa saat temanmu menceritakan hal yang tidak lucu. Kosong. Hambar. Bahkan Jongin sadar tawa dan senyum Sehun tidak mencapai matanya yang sipit. Meninggalkan lengkung sabit itu dalam kesedihan yang tak sepenuhnya dapat ia sembunyikan.

Selama seminggu ini, Jongin sibuk memperhatikan Sehun. Dia selalu siaga di samping Sehun. Bersikap seperti Kai yang biasa tapi selalu menggenggam Sehun. Jongin tidak akan membiarkan Sehun sendirian. Jongin tidak akan membiarkan Sehun terjatuh sendirian. Di masa comeback seperti ini, mental Sehun sangat dibutuhkan.

Dan jelas jelas Jongin tahu mentalnya sedang tidak baik baik saja.

Setidaknya, Jongin menepuk pundak Sehun disaat pria itu termenung. Setidaknya, Jongin tersenyum kepada Sehun ketika dia berwajah murung.

Setidaknya Sehun merasa kalau dia tidak sendirian. Kalau Jongin ada untuknya. Kalau Jongin akan menopangnya selagi ia jatuh. Meskipun Sehun tidak menyadarinya.

“Kai-ssi!”

Jongin tersentak kaget dan kembali ke kenyataan. Dia tertawa canggung dan menunduk memohon maaf. Jongin terlalu asik dengan pikirannya hingga dia lupa tempatnya. Ya, berada di tengah interview.

“Sepertinya uri Kai, sedang banyak masalah. Kau baik baik saja Kai-ssi?” presenter itu bertanya. Jongin tersenyum seperti biasanya dan melambai pada fans di depan mereka.

“Maaf. I was thinking something else”

“Apa itu?” tanya Baekhyun mencoba merubah suasana canggung, “Monggu?”

Fans tertawa dan member mulai menimpali perkataan Baekhyun. Menutupi kecanggungan Jongin. Suasana berlanjut dan Jongin masih terus melirik Sehun.

“Kai, kenapa kau terus melihat Sehun?” Tao bertanya dengan cemberut dan nadanya yang biasa. Sedangkan pria yang sedang dibicarakan melirik mereka bingung.

“Iya, daritadi aku lihat Kai melirik Sehun terus” presenter ikut ikutan menuduh Kai.

“Kaihun!” seru Chen mengundang tawa. Jongin tersenyum malu malu, sekali lagi melirik Sehun. Pria itu berekspresi seperti biasa. Lebih mudah menjadi dingin jika kau memang bersifat seperti itu.

“Yatuhan, jangan menatapnya seperti itu Kai!”

“Kau terlihat seperti sedang jatuh cinta padaku, Kim” sahut Sehun dengan kerlingan matanya.

Jongin tertawa, “Tidak, tidak” dia kemudian menatap Sehun penuh arti, “Aku hanya sedang berpikir betapa bodohnya Oh Sehun” kemudian dia tersenyum menatap fans, “Maksudnya baik, tapi hasilnya justru jelek. Bodoh kan?”

Untuk sejenak member EXO terdiam. Karena Jongin sedang tidak bercanda. Dia memang tersenyum lebar, tapi member EXO tidak menganggap itu sebagai lelucon.

“Kau benar” Sehun tersenyum lebar, mencegah Chen kembali menghidupkan suasana, “Aku….sangat bodoh kan?”, matanya menatap Jongin, seolah menantang lelaki itu mengatakan kebenarannya, “Tapi kau tetap menyukaiku kan? Kau, bocah hitam, sangat menyukaiku dan tak akan meninggalkanku ‘kan?” tanyanya dengan aegyonya yang manis.

“Dalam mimpimu, Oh Sehun!!!”

Dan semuanya tertawa. Seperti itu hanyalah percakapan biasa dua maknae yang saling mengejek satu sama lain. Tanpa menyadari, Kim Jongin tersenyum tulus terhadap pertanyaan terakhir lelaki itu.

I won’t, Sehun. I won’t.

//

Sekali lagi hujan membasahi tanah kelahirannya. Ia mendongak menatap langit yang tampak gelap meskipun ini belum memasuki waktu sore. Pria tinggi itu mendesah panjang saat menyadari lagi lagi yang ia lakukan saat ini hanyalah melarikan diri.

Menyelamatkan hatinya.

Sehun sudah tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Semuanya tampak tidak masuk akal. Sehun lost her. And she’s his world. Dia seperti terombang ambing diatas ayunan di belakang rumahnya dalam keadaan mabuk. Pusing. Bingung.

Ia meneguk Smirnoff nya. Biasanya, Sehun menghindari meminum premium vodka seperti itu. Ia mudah tinggi dan itu tidak baik. Tapi kali ini ia benar benar membutuhkannya.

Ditengah tegukan alkohol yang membara, Sehun tertawa. Lucu bagaimana Im Yoona berhasil mempermainkan dunia nya like its nothing. Lucu bagaimana kehilangannya seperti kehilangan jantungmu.

Terasa begitu hampa dan dingin.

“Yatuhan Oh Sehun!”

Ia mengalihkan pandangannya dari langit saat suara tinggi itu memasuki pendengarannya. Ia tersenyum hambar. She might be gone in his heart, but he always knew that she would always hold a soft spot in his life. “Nami-ya”

“Apa yang kau lakukan disitu!? Cepat masuk. Hujan deras, Sehun!” Nami buru buru menggeser pintu balkonnya dan menarik tangan Sehun masuk.

“Hei,” katanya saat Nami berhasil menarik nya masuk, “Ternyata kau belum mengganti password apartemenmu. I don’t know whether I should be happy or sad with that.”

Nami terdiam dan menampar pipi Sehun pelan, matanya menatap sosok yang pernah menguasai hatinya itu, “This is your’s. I simply didn’t want to change it without it’s owner permission”

Kali ini Sehun tertawa seraya membiarkan Nami merangkulnya ke sofa, “Aku membelikannya untukmu, Nami-ya.”

“Berani taruhan, kau bahkan tidak pernah menghadiahi Yoona apartemen kan? Dasar bodoh,” wanita itu kembali dengan handuk dan mengeringkan rambut Sehun terlepas ekspresi pria itu yang berubah, “meskipun aku ragu dia membutuhkannya. She’s also kind of chaebol huh?”

“Park Nami”

Dia menatap Sehun tajam dan memukul kepala pria itu keras, “Kau pikir sudah berapa lama kita saling kenal?” Dan tatapannya berubah ragu. Nami menggigit bibirnya merasakan kecurigaan di mata Sehun, “Aku tahu, Sehun” dia akhirnya memutuskan untuk tidak membicarakan kedatangan Yoona saat itu.

Setelah hening yang panjang, Sehun kembali meneguk Smirnoff nya, “Bagaimana pertunanganmu? Maaf aku tak bisa datang. Aku ada jadwal saat itu.” Sehun tidak sepenuhnya berbohong, dia memang ada jadwal. Tapi dia bisa saja datang jika ingin. Hanya saja dia tak suka melihat orang yang pernah ia cintai bersanding dengan pria lain. Itu seperti mengejek keputusannya dulu dan ia tak suka diingatkan ke masa itu.

Orbs cognac itu memperhatikan ekspresi mantannya itu berubah cerah. Seketika perasaannya menjadi aneh. Ia seperti seorang ayah yang akan melepas anak perempuannya menikah. Sehun khawatir dan tak sepenuhnya rela melepas Nami pada pria lain—dalam artian yang baik, tapi ia juga senang melihat wanita itu tampak begitu bahagia. I am happy for you, mimi. I really do.

Nami tersenyum lebar, “Kami akan menikah tahun depan. Pastikan kali ini kau datang, Sehun”

Dan senyum tipis itu tergantikan dengan wajah murung. Hatinya terluka mendengar opsi pernikahan yang begitu bahagia dan ia tak mencoba menutupinya. Mungkin dihadapan wanita ini ia tak perlu menyembunyikannya mengingat masa lalu yang mereka miliki.

“Bukankah kita masih terlalu muda untuk menikah?” bisiknya pelan.

“Kita? Hanya aku, kena—“ pengertian melintas di wajahnya, ia menyentuh lengan lelaki itu, “Sehun, kenapa kau disini?”

“Melarikan diri”

“Kenapa?”

Sehun berbalik menatapnya dan menyentuh lengannya, “Aku lari dari segalanya. Bukankah itu memuakan? In other lives, dont you dare to love me again, Nami-ya. I’m such a coward”

Dia masih seperti dulu, pikir Nami. Ekspresinya sendu dan ia seperti hendak menangis kapan saja. Membuat Nami mau tak mau menarik Sehun dalam pelukannya, “It’s okay, Sehun. It’s okay.”

“No its not,” Sehun menggigit bibirnya, berusaha menahan isakannya pecah di bahu wanita ini, “I lost her and right know, aku tak tahu apa yang harus kukatakan pada orangtua ku. They’re gonna set me up with girls i dont even know.”

Setelah itu emosinya menjadi liar dan ia menemukan dirinya menangis di pelukan Nami. Menumpahkan emosi yang tertahan mendengar perkataan ayahnya tadi pagi. Telepon yang berhasil membuatnya pergi begitu saja dari jadwalnya. Tak peduli manager yang memarahinya. He’s not feeling well.

Sudah hampir seminggu, sen. Kau masih mengingat perjanjian kita, kan?”

Rasanya tak terhankan. Mengingat satu satunya perempuan yang ingin ia bawa kini adalah alasan kenapa ia tampak menyedihkan. Perkataan ayahnya seolah menjadi pengingat kalau mimpinya kini sudah hancur.

Lelaki itu mengusap air matanya dan kembali meraih botol Smirnoff nya, “Sehun-ah”

“Kau tahu? Aku berencana melamarnya before she said that fucking words. Aku bahkan membelikannya sebuah cincin yang cantik. But then–” Sehun tidak sanggup menyelesaikan perkataannya. Ia tampak begitu terguncang. Sosok yang tak pernah Nami lihat. Bahkan saat ia mengatakan perusahaan ingin mereka berpisah pun ia tidak seperti.

Sehun tidak berusaha menyembunyikan kesakitannya. Setiap ekspresi yang melintas di matanya begitu nyata. Membuatnya sadar, kalau pria ini menyembunyikan banyak hal dan sudah lelah dengan itu. Ada kemarahan dan ia tak tahu kepada siapa amarah itu ditunjukan.

“Sehun-ah” Nami akhirnya angkat bicara, “Mind to tell me why? Alasan kau menyembunyikannya, pasti lebih dari karna kau tidak ingin kehilangannya kan?”

“I do not wish to lost her, mimi. She’s everything to m–”

“But then, kau tidak memperlakukannya seperti ia adalah dunia mu, Sehun.”

Dihadapannya, Oh Sehun mengusap wajahnya kasar, “Karena aku tidak ingin kehilangan lagi,” ia menggeram, “Kau tahu perasaanku tentang keluarga, mi. Bagiku, EXO adalah keluarga. Aku tidak ingin kehilangan mereka.”

Nami mengusap usap lengan Sehun pelan. Meskipun hubungan mereka sudah berakhir bertahun tahun lalu, ia masih mengingat bagaimana masa lalu Sehun. Amarah yang disimpannya bertahun tahun. Rasa sakit hatinya. Kesepiannya. He’s born with perfection and yet he hated that the most.

Ia mengerti mengapa Sehun sampai kapanpun akan tetap menyayanginya–dalam artian yang baik. Karena bagi Sehun, Nami adalah keluarga and vice versa. Dan ia tahu dengan pasti kalau EXO juga adalah keluarga. Kalau tidak, alasan apa yang membuat Sehun rela melepas kehidupan mewahnya dan memasuki dunia entartainment disaat masa depannya sudah terjamin? Dulu Sehun selalu mengatakan ia ingin membawa mimpi Nami untuk menjadi penyanyi disaat ia tak bisa menggapai mimpi itu. Tapi Nami tahu itu tidak sepenuhnya benar.

Sehun tidak hanya ingin bersinar untuk Nami, ia juga ingin bersinar dengan usahanya sendiri terlepas dari pengaruh keluarganya bersama orang orang yang sudah ia anggap keluarga. Orang yang ia sayangi. Berbagi susah dan senang bersama.

“Tapi aku juga tak sanggup kehilangan Yoona. Is that too much to ask?”

//

Jessica tidak mengindahkan perkataan manager dan tetap berada di dalam mobil pria itu. Ia tahu sebenarnya ini adalah waktu yang buruk untuk berduaan dengan member EXO mengingat mereka sedang comeback stage. Namun, suasana hatinya sedang buruk seminggu ini dan dia memutuskan tidak akan peduli dengan pemberitaan miring apapun kedepannya. He was her friend!

“Aku tak tahu, Kris. Dia tidak ingin membicarakannya.”

Kris mendesah keras, “Itulah kenapa aku khawatir, Jess. Dia tampak baik baik saja padahal aku tahu sesuatu ada yang salah. Eskpresinya malam itu, aku tak akan melupakannya.”

“Mungkin Young Bae oppa benar. Yoona sudah terbiasa dengan hak seperti ini. Aku pun begitu. Kami sudah berkarir jauh lebih lama dibanding kau, Kris. Berhenti bersikap berlebihan.”

Jika saja Kris tidak mengenal Jessica, ia akan tersinggung dengan nada meremehkan Jessica. Ia terdiam. Teman masa kecilnya itu juga punya minggu yang buruk. Mungkin sudah saatnya Kris berhenti merengek dan mulai memperhatikan masalah temannya itu.

“Hubunganmu dengan Sehun bagaimana? Ada kemajuan?”

Jessica tertawa sinis, “Apa kau sedang mengejekku sekarang?”

“Bukan itu maksudku, Jessi. Aku ingin tahu apa langkahmu selanjutnya.”

“Tidak ada,” kemudian ekspresi wanita itu berubah menjadi kesedihan yang mendalam, “Dia sudah menolakku, Kris. Dan aku sudah memutuskan untuk berhenti. Mungkin kami tidak ditakdirkan untuk bersama.”

“Jangan bicara takdir. Itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah kau mengerti dan ketahui,” ia menggenggan tangan Jessica. Merasa iba dengan kisah percintaan teman wanita terdekatnya itu. “Contohnya aku. Disaat aku merasa dunia seolah tidak memperbolehkanku mendapatkannya. Aku justru berakhir mendapatkannya dengan mudah. Yah, meskipun tidak benar. Setidaknya Yoona setuju untuk mencoba.”

Jessica menyentak tangan Kris dan memalingkan wajahnya menatap langit sore Seoul, “It was different. He has someone else in his heart.” gumamnya pelan.

“Kau mengatakan sesuatu?”

Wanita itu berbalik dan tersenyum kepada Kris, “Hamburger-mu menjadi dingin, Kris.” tunjuknya. Kris mendengus dan melanjutkan makannya meskipun ia penasaran dengan ucapan samar Jessica.

“Jessi,” Kris berhenti mengunyah dan menatap wanita yang sedang termenung itu, “Sampai sekarang aku masih tidak sepenuhnya paham dengan alasan Sehun. Dia tidak ingin kau di bully oleh EXO-L. Oke, itu memang terdengar sepertinya. Tapi bukankah ia terlalu kasar? Tidak terlalu masuk akal.”

Tentu saja. Alasan kenapa aku baru benar benar menyerah bukan karena Sehun khawatir. Itu hanya membuatku semakin mencintainya.

Jessica terdiam beberapa saat, “Mungkin, dia memang tidak ingin berhubungan dengan wanita yang 5 tahun diatasnya.”

“Konyol. Ia bahkan lebih menyukai perempuan yang lebih tua. Park Nami juga lebih tua darinya meskipun ia berada di tingkat yang sama dengan Sehun. Bahkan cinta pertamanya pun wanita yang lebih tua darinya. He’s fond of noona(s) you know.”

Right. Bahkan wanita yang saat ini ia cintai pun 4 tahun lebih tua darinya.

“Kenapa bisa seperti itu ya?” tanpa sadar Jessica menggumamkan pikirannya.

“Ibunya terpaut 6 tahun dari ayahnya. Mungkin itu alasan kenapa ia cenderung suka dengan wanita yang lebih tua. Boys unconsciously tend to seek a girl that resemble his mother the most.”

“Hmm.”

“Oleh karena itu Jessi,” Kris menepuk nepuk kepalanya, “Mungkin belum terlambat untuk merebut hatinya. Mungkin keputusanmu untuk menyerah adalah kesalahan.”

Dan melihatnya mencintai member yang (juga) paling kusayangi?

“Kris, sudahlah. Aku tidak ingin membicarakannya,” kemudian ia teringat sesuatu. Berita tentang Kris dan Yoona pasti berdampak pada Sehun!

“Hey, omong omong bagaimana kabar Sehun? Ia baik baik saja kan?”

Kris terkekeh dan menyedot sodanya, “Lihat dirimu, kau bahkan tak bisa menyembunyikan kekhawatiranmu. Kau masih peduli dengannya, Jessica Jung.”

Jessica melengos dan membuat Kris kali ini tertawa, “Ia baik baik saja, Jess. Yah mungkin dia menjadi lebih sibuk dari biasanya karena di masa comeback seperti ini ia malah mengambil tawaran drama. Kadang aku tak mengerti dengan jalan pikirannya.”

“Ia tidak terlihat aneh begitu?”

“Memangnya kenapa ia harus terlihat aneh?” Kris mengerutkan keningnya, “Dan tidak. Ia tidak terlihat aneh,” kemudian Kris merubah ekspresinya menjadi khawatir, “Tapi kadang aku menemukannya berwajah murung akhir akhir ini. Mungkin karena faktor padatnya jadwal kami dan jadwal pribadinya.”

Benar kata Kris, Jessica tidak bisa menghentikan dirinya sendiri untuk peduli dengan Sehun. Ia mengkhawatirkan kondisinya setelah berita tentang Kris dan Yoona keluar. Tentu saja ia tak akan baik baik saja kan? Bagaimana bisa?

“Kris, apa ada membermu yang mengetahui hubungan kau dan Yoona yang sebenarnya?”

“Sepertinya tidak. Memberku itu laki laki semua. Kau tahu kami bukan makhluk yang terlalu peka.” apakah Sehun tahu? Kalau ia tahu, apa itu akan meringankan sedikit bebannya? Saat ini ia pasti sedang sedih karena cintanya bertepuk sebelah tangan.

Diam diam Jessica memperhatikan ekspresi Kris dan mendadak ia penasaran. Bagaimana perasaan Kris jika ia tahu kalau Sehun menolaknya karena Yoona? Kalau adik yang paling ia sayangi itu mencintai wanita yang sama dengannya?

Dalam hati ia tertawa. Apa Kris juga akan bersikap seperti Jessica? Tidak tahu apa yang harus ia rasakan setiap kali memandang Sehun? Menghindari pria itu? Tidak menyukai perasaan benci yang tanpa sadar tumbuh di hatinya?

Tunggu, kalau ia mengatakannya tentang alasan utama kenapa Sehun menolaknya, akankah Kris tersakiti dengan itu? Tapi yang lebih utama, akankah Sehun tersakiti dengan reaksi Kris nantinya?

Dan kemudian satu pertanyaan mendadak muncul di pikirannya.

Tidakkah Yoona tersakiti dengan sikap tidak dewasanya?

//

“Aku pulang”

Kris mengalihkan perhatiannya dari laptopnya, “Ah, kau sudah pulang?” Luhan duduk tidak jauh darinya. Melihat kedatangan Sehun dia melambai dan kembali focus dengan dramanya.

Sehun mengangguk. Berjalan mendekati Kris. Tapi kemudian matanya menangkap sesuatu di layar laptop Kris.

Im Yoona ada disana. Menatapnya tanpa bicara.

Sehun terpaku. Rasa lelah menghantamnya berkali kali lipat. Sekarang Sehun rasanya ingin sekali tertidur di kasur empuk. Dia menghela nafas dan sekali lagi melirik Yoona di layar.

“Sehun-ah, ada apa? Kau baik baik saja?” Kris bertanya dan kemudian menyadari pandangan Sehun, “Ah, aku sedang skype” ucapnya canggung.

Sehun tersenyum hambar, “Hanya kelelahan” itu bohong, kepalanya sakit sekali. Dan ditambah hatinya kembali berdenyut ngilu. Hal terakhir yang ingin dia temui adalah Im Yoona dan segala kesakitan tentangnya.

“Sampaikan salamku padanya” senyumnya terasa kecut. Sehun berbalik, melangkah terseok seok ke kamar.

Kris bingung. Sehun hanya berjarak kurang dari semeter dari tempatnya duduk. Bahkan dari sudut matanya saja, Kris tahu Yoona memperhatikan. Kenapa Sehun tidak menyapa Yoona sendiri? Tapi Kris tidak ambil pusing. Mungkin Sehun sedang tidak mood bercanda dengan Yoona.

“Ah, sampai mana kita tadi?” katanya pada Yoona.

Wanita di layar itu menghela nafasnya. Dia menggigit bibirnya, sebenarnya usahanya untuk tidak menangis, “Kris, aku—“ Yoona kembali menghela nafasnya. Mencoba menghilangkan batu yang mengganjal pernapasannya, “Aku rasa aku harus pergi sekarang.”

Dengan berat hati Kris mengiyakan. Sebelum Yoona menghentikannya, dia berbicara tanpa keraguan, “Hey”

“Ya?”

“Aku mencintaimu, Yoona”

Dan kemudian Kris menutup layarnya laptopnya. Jantungnya bertalu talu dan wajahnya memanas. Dia menyender pada sofa dengan perasaan bergemuruh.

Karena dia terlalu takut untuk mengetahui jawabannya.

//

Sehun menempelkan keningnya di pintu. Dia belum pergi. Dia mendengarkan semua percakapan Kris dan Yoona.

Aku mencintaimu, Yoona.

Laki laki itu membenturkan kepalanya pelan. Tangannya di gagang pintu gemetar. Sehun ingin sekali berteriak, melepaskan pikirannya. Tapi itu bisa meninggalkan kecurigaan. Lagipula, badanya sedang tidak enak. Dia tidak bisa keluar lagi. Sehun sudah terlalu lelah.

“Astaga!” Sehun terjungkal ke depan saat Kyungsoo tiba tiba membuka pintu dari dalam. Sehun memegang bahu Kyungsoo erat, menahan lelaki yang lebih kecil itu terjatuh karena Sehun menubruknya.

“Sehun!” seru Kyungsoo kesal. Masalahnya, Sehun itu sangat tinggi dan besar. Kyungsoo tidak bisa membayangkan apa jadinya tubuhnya jika Sehun menubruknya ke lantai. Sehun nyengir tiga jari dan masuk ke kamar.

“Kenapa kau berdiri di depan pintu, bodoh” gerutu Kyungsoo. Sehun mengangkat bahu dan masuk ke kamar mandi tanpa melirik Kyungsoo lagi. Lelaki bermata lebar itu akhirnya keluar.

Didalam kamar mandi, Sehun membiarkan pancuran air hangat membasahi tubuhnya. Dia menyeder ke dinding. Air mengalir diatas kepalanya. Sehun bahkan tidak berniat membuka bajunya. Musik rock yang ia setel mengalir ke penjuru ruangan.

Setelah beberapa saat, Sehun akhirnya terjatuh di bawah shower. Tidak sanggup menopang tubuhnya sendiri. Dan untuk keberapa kalinya, Sehun menangis. Seperti yang selalu dilakukannya beberapa hari yang melelahkan ini.

Pria tidak seharusnya lemah. Tapi Sehun merasa dirinya mati. Dia mendefinisikan, bahwa sudah sepantasnya seseorang dengan keadaan sepertinya menangis.

Sehun terisak keras. Badannya gemetar. Dia membiarkan music menenggelamkan suara tangisannya. Sehun tidak sanggup untuk bertahan. Tak ada lagi alasan dia harus bertahan. Pagi hari menjadi semakin kejam baginya sejak Yoona mengakhiri semuanya.

Sehun memukul mukul dadanya sendiri. Berharap itu dapat mengurangi nyerinya. Sehun terlihat menyedihkan tapi dia tidak peduli.

Mengetahui bahwa seseorang yang kau sayangi mencintai wanita yang kau cintai, cukup menyakitkan kan?

Sehun harus hidup dengan kenyataan kalau Kris mencintai Yoona. Dia harus terbiasa dengan itu setiap harinya. Setiap hari selama 2 tahun terakhir.

Sehun selalu gelisah dalam tidurnya. Bermimpi bahwa Kris akan merebut Yoona darinya. Berpikir kalau ia sangat jahat karena membiarkan dirinya sendiri jatuh cinta semakin dalam kepada Yoona disaat dia mengetahui perasaan Kris. Tapi kemudian suara Yoona di pagi hari selalu membuatnya semangat. Membuatnya kembali bangkit.

Karena Yoona mencintainya. Im Yoona mencintai Oh Sehun. Bukan Wu Yi Fan. Itu sudah cukup untuknya.

Sehun tidak bisa berpikir jernih. Dia selalu ragu dengan kuputusannya. Saat itu dia dihadapkan oleh dua pilihan.

Dan Sehun tidak bisa memilih salah satunya.

Sehun berjalan setengah terpejam ke dapur. Dia bermimpi buruk dan kerongkongannya kering sekali. Sehun bukan seseorang yang penakut. Dia tidak percaya adanya hantu dan lain lain. Tapi Sehun paling benci jika ada yang mengaggetkannya. Dan bayangan di dapur itu sudah cukup menakutkan.

“Tidak akan”

Sehun mengerutkan kening. Dia mengenali suara Kris. Suara lelaki itu sendu dan basah. Sehun memutuskan untuk menghentikan langkahnya dan bersembunyi dibalik kulkas. Kris duduk di meja ditengah dapur. Lampu semuanya mati, dan hanya ditemani cahaya bulan yang menerobos gorden.

“Aku tidak bisa meninggalkan mereka bu”

Ah, itu pasti ibunya, pikir Sehun.

“EXO….berarti untukku”

Sehun menajamkan pendengarannya. Jantungnya tiba tiba berdegup dengan kencang. Firasatnya tidak enak. Sehun mengintip Kris, dari balik kegelapan, mata tajam Sehun menangkap ekspresi sedih lelaki itu.

“Aku ingin bu. Aku juga lelah, aku tidak bisa membayangkan bagaimana diriku 2 atau 3 tahun kedepan” Kris mendesah cukup keras untuk bisa di dengar Sehun, “Tapi EXO adalah keluargaku. Aku tidak bisa meninggalkan mereka”

“……”

“Tentu saja aku akan memilih ibu! Tapi selama ibu baik baik saja di Kanada, aku tidak akan keluar dari EXO!”

“……”

 “Bu, tolong dengar aku. Aku masih ingin bersama mereka. Untuk saat ini, aku tidak bisa meninggalkan mereka. Tapi bagaimana 2 tahun lagi? Kontrakku habis dalam jangka dua tahun, dan aku akan mempertimbangkan permintaan ibu”

Sehun menegang. Tubuhnya mulai gemetar. Rasa kantuknya hilang sudah. Dia tidak pernah tahu Wu Yi Fan pernah berpikir untuk meninggalkan grup. Sehun ingin memaki Kris karena telah berpikir seperti itu, tapi kakinya masih lemas.

Sehun mendengar Kris terkekeh, “Ibu, tenanglah. Aku tidak akan meninggalkanmu. Itu adalah hal terakhir yang akan kulakukan. Tapi bu, aku sudah terlanjur memilih ini. Jika aku memang harus pergi, aku ingin akulah yang memutuskannya, bukan ibu. Jadi pada akhirnya, aku tidak akan menyalahkan ibu”

Sekali lagi, Sehun mendengar Kris terkekeh, “Percaya padaku, oke?”

“Baiklah. Aku akan memberitahu ibu tentang keadaanku” kemudian Sehun merasa mendengar suara gugup Kris, “Aku…..ibu…..aku sedang jatuh cinta”

Sehun sekali lagi harus terkejut. Pikirannya mulai memberikan peringatan. Sehun menggeleng kuat kuat. Wanita itu adalah seorang dengan fans paling banyak bahkan di kalangan idol sekalipun. Sudah sepatutnya jika Wu Yi Fan menyimpan banyak sekali fotonya.

“Indeed, she’s very humble and beautiful” Kris terdengar malu.

Sehun masih menunggu dengan was was.

“Sebenarnya” laki laki mendengar Kris yang mengetuk ngetuk meja gugup, seolah olah ada sesuatu yang tidak ingin dikatakannya, “Sebenarnya dia adalah alasan kenapa aku menolak permintaan ibu”

Sehun luruh ke lantai tanpa suara. Dia tidak sanggup. Badannya terlalu tegang. Pikirannya berkicau panic.

“Malahan, dia adalah alasan aku bertahan di EXO,bu. Dialah alasan kenapa aku bertahan di dunia ini”

“Namanya? Ibu tidak akan percaya”

Lelaki sudah memeluk lututnya. Dia ketakutan setengah mati. Sehun butuh udara segar karena sepertinya udara di sekitarnya berubah sekeras batu. Dia menggapai gapai udara dengan kosong. Sehun memejamkan matanya dan dalam satu tarikan nafas bangkit berdiri. DIa harus segera pergi dari situ, sebelum akhirnya dia tidak terselamatkan lagi.

“Dia Yoona” Sehun mematung, “Im Yoon Ah. Ya, member Girls Generation yang berhasil membuatku merasa bahwa entertainment tidak selamanya kejam”

Dan Sehun tidak tahu sejak kapan dia sudah berlari keluar.

Dua pilihan yang mencekiknya. Setelah malam itu, Sehun tidak pernah bisa tidur dengan tenang. Tidak pernah. Tidurnya selalu dipenuhi mimpi buruk.

Bahwa Kris akan meninggalkannya. Akan meninggalkan fans. Meninggalkan EXO dengan semua kenangannya. Dan alasan kenapa Kris bertahan, hanyalah karena rasa cintanya kepada Yoona.

Kenyataan yang jauh lebih menyakitkan adalah. He’s in love with Im Yoona. He truly fall deep and deeper for her. It’s like a maze that he can’t escape from. She’s just like his own personal branded heroine.

Air yang terus terusan membasahi tubuhnya menggenang di lantai. Bajunya sudah basah semua dan tubuhnya mulai melemah. Dia mulai merasa kedinginan sekarang. Dengan tangan gemetar Sehun mengambil ponsel di saku jeansnya.

Wallpapernya adalah Im Yoona. Sehun diam diam mengambilnya saat wanita itu termenung menatap langit Seoul. Sehun mengerang pelan, membiarkan pancuran air shower membasahi Yoona.

Hubungannya dengan Im Yoona adalah sebuah kesalahan. Sehun tahu itu sejak dia memutuskan untuk nekat memiliki Im Yoona. Hubungan yang dia miliki tidaklah sebahagia yang selama ini ditunjukannya. Setiap detik dia bersama Yoona, Sehun selalu ingin melupakan bahwa dia harus melepas Yoona. Sehun harus melupakan bahwa dia mengambil resiko besar untuk bersamanya.

Karena Kris berarti untuknya. Kris berarti untuk EXO. Meskipun Joonmyeon selalu memarahi Kris, meskipun Sehun sering sebal dengan Kris, meskipun Sehun ingin sekali mencakar wajah Kris jika virus narsisnya keluar. Tapi Sehun tahu EXO tidak akan pernah menjadi EXO jika Kris meninggalkannya.

Itu sudah cukup untuk Sehun. Dia sudah memutuskan. Mungkin belum saatnya baginya untuk kembali memulai hubungan. Dia menjauh. Berusaha melepaskan Yoona. Membunuh perasaannya untuk wanita berparas sempurna itu.

Dan tebak? Dia gagal. Dia tidak bisa. Dia menjauhi Yoona. Tapi setiap detiknya semakin menyiksa Sehun. Waktu berjalan lambat untuknya. Seolah semakin ingin menyiksa Sehun di dalamnya. Semakin ingin membunuh lelaki itu perlahan.

Pada akhirnya Sehun menyerah. Sehun memutuskan untuk menjalani harinya seperti biasa. Tetap berhubungan dengan Yoona. Bercanda dan menggoda wanita itu. Sehun berpura pura kalau semua yang didengarnya malam itu hanyalah mimpi. Ia menghibur dirinya sendiri dengan kedekatan Kris dan Jessica. Ia terus terusan mensugestikan pikirannya untuk melupakan perasaan Kris terhadap Yoona. Melupakan percakapan yang ia dengar malam itu. Ia bahkan pergi ke seorang hypnoterapis untuk membantunya. Sehun hidup dalam bayang bayang yang menyedihkan. Dia terus menggenggam dirinya sendiri. Agar tidak hancur oleh dilemma yang mengerogotinya dari dalam.

Sehun menopang dagunya dengan tangannya. Tidak jauh darinya, sosok wanita dengan apron membelakanginya. Wanita itu terlihat sedang tidak dalam mood yang baik. Dia terus mengabaikan Sehun.

Dan dia tidak suka itu.

Tidak peduli bahwa tidak seharusnya perasaan itu ada. Tidak peduli bahwa Sehun bertekad menghapus perasaannya. Tidak peduli seberapa kuat Sehun berusaha menjauhinya.

Im Yoona akan selalu mengetuk hatinya.

“Jika kau menyuruhku diam, lebih baik kau tinggalkan pekerjaanmu dan tidurlah. Aku tidak suka saat kau memperlakukanku seolah aku serangga”

“Bukankah kau lapar? Sudahlah, kau pasti tidak bisa tidur saat kau kelaparan” wanita itu menoleh dan tersenyum lembut pada Sehun, “Lagipula, jika kau sakit, siapa yang repot? Kau pasti akan merengek kesana kemari padaku”

Sehun menggigit bibirnya mendengar perkataan Yoona. Wanita itu selalu bersikap seperti ibunya. Dia selalu mengingatkan Sehun untuk makan dengan benar dan meminum vitaminnya. Yoona selalu mengingatkannya untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya dan beristirahat yang cukup.Yoona tampak persis seperti ibunya dan jujur saja, Sehun sangat takut dengan itu. Dia takut bahwa hanya dirinya yang merasakan perasaan itu. Dia takut bahwa Yoona tidak menganggap seluruh kedekatan mereka ada.

Tapi Sehun lebih takut lagi dengan perasaannya. Sehun takut kalau selama ini dia hanya melakukan sesuatu sia sia. Dia takut dengan dirinya yang menyerah untuk menjauhi perempuan itu.

Bagaimana jika Yoona tidak pernah menganggap Sehun laki laki? Bagaimana jika Yoona hanya menganggap Sehun sebagai adiknya? Lalu untuk apa Sehun mencoba membunuh perasaannya? Untuk apa dia bersusah payah menghapus Yoona dari pikirannya jika Yoona saja tidak menyukainya sebagaimana yang selama ini Sehun harapkan?

Bukankah akan lebih mudah jika Sehun tahu Yoona tidak menyukainya? Bukankah itu akan membuka jalannya semakin mudah. Karena jika memang benar, Sehun akan mengatakannya pada Yoona.

Kalau Wu Yi Fan mencintainya dan Sehun butuh kerjasama Yoona untuk tetap membuat EXO tetap menjadi 12.

Mendadak Sehun merasa butuh kejelasan sekarang juga. Dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan membiarkan hatinya menunggu dengan menyedihkan, “Berhentilah Yoona”

“Apa?” Yoona menoleh sedikit, “Dan jangan panggil aku seperti itu”.

Sehun mengambil nafasnya dalam dalam dan bangkit. Tangannya melingkar di pinggang wanita itu dan dia mengistirahatkan kepalanya di bahu kecilnya. Yoona tegang. Sehun bisa merasakannya tubuh wanita itu terlihat tak nyaman dengan sentuhannya. Entah kenapa dia menyukainya. Jantungnya sendiri sudah bertalu talu merasakan suhu Yoona dikulitnya.

“S-s-sehun-ahh”

“Berhentilah bersikap seperti ibuku”

“Bukankah itu bagus? Kau bisa merasakan kasih sayang dua ibu sekaligus”

“Itu sama sekali tidak bagus” Sehun mengeratkan pelukannya dan bibirnya tanpa sadar terangkat merasakan detak jantung wanita itu yang menggila ,”Karna aku tidak bisa jatuh cinta pada ibuku sendiri, bukankah begitu?”

Payah sekali. Itu adalah kalimat cinta terpayah yang pernah Sehun ucapkan pada seorang wanita. Tapi itu memang benar. Yoona terkadang mirip sekali dengan ibunya. Terkadang, jika Sehun merindukan ibunya, dia akan meminta Yoona memanjakannya. Dia akan memeluk Yoona erat erat, mengajaknya berdansa dan membuatkannya cokelat hangat dan meminta penilaiannya terhadap penampilan Sehun. Seperti yang sering Sehun lakukan bersama ibunya, bedanya, dia tidak merasakan jantung yang berdansa didadanya. 

Hening beberapa saat. Sehun masih menikmati debaran yang dia rasakan di leher wanita itu dan Yoona masih mematung, mencerna kalimat Sehun. Namun kemudian, tangannya yang mendadak dingin menyentuh tangan pria yang melingkar dipinggangnya, “Kau benar. Aku tidak bisa jatuh cinta pada anakku sendiri kan?”

Sehun membalikan tubuh Yoona. Menatap iris caramelnya yang menatap Sehun malu malu. Sebuah bola dunia seperti menghantam kepalanya. Tubuh Sehun menegang oleh perasaan yang mengalir deras. Sehun tidak bisa berpikir. Kebahagiaannya membutakannya.

Persetan dengan Wu Yi Fan, wanita ini memilhku. Bukan Yifan!, pikir Sehun saat itu dan meraup bibir Yoona dalam ciuman manis.

Malam itu. Malam dimana akhirnya Sehun menyatakan cintanya adalah malam yang paling Sehun kutuk. Dia tidak seharusnya mengatakannya. Sehun seharusnya hanya berteman dengan Yoona. Tapi hatinya tidak bisa dibohongi. Setiap detik yang dia lalui bersama wanita itu, menumbuhkan keinginan yang semakin besar dan besar. Keinginan untuk memiliki Yoona. Jadi, Sehun kalap. Dia menyatakan pada Yoona dan hebatnya, Yoona menerimanya.

Ketika Sehun menatap Yoona, dia sedih. Dia menemukan dirinya terkukung oleh perasaan bersalah yang besar. Ia merasa bodoh karena membiarkan hatinya bertindak semaunya. Dia tak begitu menikmati perasaan bahagia yang dia rasakan ketika Yoona menatapnya dengan lembut. Dia kesal dengan jantungnya yang berdetak keras saat Yoona menyentuhnya.

Tapi mata jernih itu menatapnya dengan pandangan yang merasuk dalam hatinya. Mengirimkan berbagai perasaan, menutup semua yang pernah ada. Perasaannya menjadi tak tergambarkan saat menyadari perempuan itu ada dalam dekapannya. Memainkan jemarinya. Hangat dan penuh cinta. Mereka hanya duduk diam di sofa tanpa suara dan itu sudah berhasil membuat Sehun merona.

Bagi Sehun, setiap detik yang dia habiskan dengan wanita itu bagaikan heaven in the hell. Dia memang bahagia. Sangat sangat bahagia. Wanita itu sudah menjadi bunga tidurnya sejak lama dan kini Sehun memilikinya. Tapi alam bawah sadarnya yang nakal, selalu menyadarkan Sehun tentang malam itu. Disetiap kebahagiaan yang dirasakan Sehun, terselip ketakutan darinya. Ketakutan jika Kris akan meninggalkannya. Takut jika apa yang terjadi jika mereka tahu tentang hubungannya dengan Yoona. Ia takut akan banyak hal.

Agensi pasti akan menghentikan hubungannya dengan Yoona. Sehun jelas sangat membenci perusahaan setelah apa yang telah mereka perbuat padanya. Dan rasa itu semakin membesar setelah tahu apa saja yang telah mereka perbuat pada Yoona.

Dan Kris pasti akan sakit. Dengan sikap agensi kepadanya, itu sudah cukup memberi Kris alasan untuk pergi. Dan terlebih, Kris tidak bisa beradaptasi dengan baik. Sekarang alasannya sudah lebih dari cukup. Dan kemudian, mengetahui wanita yang dia cintai ternyata mencintai member yang paling dekat dengannya? Jika Sehun menjadi Kris, dia tidak akan butuh waktu lama untuk memutuskan.

Dan begitulah. Sehun memutuskan menyembunyikan semuanya. Menutup rapat kisah cintanya hanya untuk mereka berdua. Dia tidak membiarkan siapapun mengetahuinya. Bahkan sahabat terdekat Yoona sekalipun. Karena Sehun percaya jika satu satunya cara agar agensi tidak mengetahuinya adalah dengan tidak membiarkan siapapun tahu. Sehun belajar dari pengalamannya, meskipun Heechul saat itu mabuk, tetap saja itu tak termaafkan.

Biarlah dia menanggung semuanya sendirian. Biarlah Sehun yang harus bertahan. Biarlah hubungan ini menyakitinya. Wu Yi Fan akan selamanya menjadi mimpi buruknya. Biarlah dia harus memakai topengnya. Biarlah hatinya sakit melihat betapa Yifan sangat memuja Yoona. Setiap waktu.

Sehun tidak bisa memilih. Ia belum siap untuk memilih Yoona atau membernya? Mereka semua berarti untuknya. Mereka semua adalah orang yang bersamanya dimasa sendirinya.

Membernya adalah keluarga Sehun. Disaat ayah dan ibunya terlalu sibuk untuk Sehun. Disaat dia muak diperlakukan sebagai Tuan muda, hatinya menemukan mereka. Mereka yang menyayangi Sehun. Mereka yang memperlakukan Sehun sebagai adik kesayangan mereka. Meskipun pertengkaran itu ada, Sehun sadar kalau membernya berperan besar. Bukan artinya ayah dan ibunya tidak memperhatikan Sehun. Hanya saja mereka terlalu sibuk untuk mendengar ceritanya di sekolah. Mereka memberikan Sehun segalanya, tapi dia merasa sepi. Sehun lebih sering sendirian dalam rumah megahnya. Rumahnya berada di komplek perumahan mewan membuat Sehun lebih sering bermain dengan mainan mainan mahalnya dibandingkan dengan teman teman sebayanya. Itu kejam, bagaimana kekayaan bisa merenggut banyak hal darimu. Termasuk hatimu, meninggalkan ruang kosong di hidupmu. Dan hanya membernya yang berhasil mengisi kekosongan itu. Berhasil membuat Sehun kembali seperti anak kecil seusianya.

Dan Yoona adalah hidupnya.

Dia memang bukan yang pertama untuk Sehun. But the moment he realize he’s falling for her, Sehun knows that she’s the last. Yoona adalah seseorang yang menyemangatinya. Seorang yang kasihnya selembut kasih sayang ibunya. Seorang yang membuat Sehun bahagia disetiap waktunya. Seorang wanita dengan senyumnya yang menusuk hati Sehun.

Cinta adalah luka yang telah sembuh.

Yoona menutup lukanya. Mengisi hatinya, mencerahkan hari harinya. Yoona mengajarinya banyak hal. Yoona merubah Sehun dalam banyak hal. Perempuan itu mungkin tidak menyadarinya, tapi Sehun berubah karenanya.

Begini, Sehun dan Yoona berasal dari keluarga pengusaha. Keduanya memiliki cerita masa kecil yang sama. Kesepian. Tapi dibalik senyumnya, Yoona menyimpan duka yang tidak sebanding dengan Sehun.

“Perceraian, Sehun, akan selamanya menjadi luka bagi setiap anak. Mimpi buruk yang tidak akan pernah hilang” saat itu Yoona tersenyum sedih, membuat Sehun mendadak merasa iba.

“Maaf. Aku tidak bermaksud mengatakannya” ucap Sehun menyesal. Seharusnya dia tidak mengungkit tentang orangtua Yoona. Keluarga adalah topic sensitive diantara keduanya.

“Tidak apa” perempuan disampingnya tersenyum. Meskipun begitu, Sehun melihat luka yang tidak akan pernah menutup dimatanya, “Karena keinginan semua anak di dunia hanyalah satu, Sehun. Yaitu melihat ayah dan ibunya akur dan bahagia. Sesuatu yang tidak akan pernah bisa kudapatkan”

Dan tanpa sadar air mata menuruni pipi Yoona. Tanpa pikir panjang Sehun memeluk Yoona, membiarkan wanita itu menumpahkan emosinya dalam dekapan kuat Sehun. Dan pada saat itu, Sehun memutuskan bahwa dia harus kuat. Bahwa  hidupnya bukanlah yang paling menyedihkan.

Sesibuk apapun ayahnya, tetap saja pria itulah yang membuat Sehun hidup dalam kemewahan dan penghormatan. Saat kecil, Ayahnya yang mengajari Sehun bermain sepak bola, basket, renang. Meskipun kemudian permainan kecil mereka menghilang ditelan waktu. Ayahnya yang suka membelikan Sehun mainan di waktu senggangnya dan mengajaknya ke luar negeri mengunjungi banyak tempat indah.

Sesibuk apapun ibunya, wanita itu tetaplah yang menghapus airmatanya saat kakaknya menjahilinya. Ibunya yang membuatkan bekal makan siang Sehun. Ibunya yang mengobati Sehun saat dia terjatuh dari sepeda. Ibunya yang mengajari kelembutan. Ibunya yang mengajarinya keindahan hidup. Ibunya, adalah cinta pertamanya.

Sesibuk apapun kakaknya dengan tugas sekolahnya. Sejun yang memeluk Sehun saat ketakutan dengan petir saat orangtua mereka tidak ada dirumah. Jika ayahnya mengajari Sehun untuk menjadi kuat karena dia lelaki, Sejun memintanya untuk menangis untuk melepaskan perasaannya. Sesibuk apapun keluarganya, mereka tetap menyayangi Sehun. Dan Sehun tidak bisa membayangkan bagaimana dia bisa hidup jauh dari ibu yang telah melahirkan Sehun kedunia.

Saat ia menatap mata Yoona kala itu, ia merasa selama ini telah menjadi orang yang sangat bodoh dengan berpikir bahwa hidupnya lah yang paling menyedihkan. Berpikir kalau hanya ia yang tumbuh di keluarga yang tidak memiliki banyak waktu di akhir pekan. Ia merasa sangat egois, bersikap seenaknya dan tidak memikirkan perasaan orang lain yang ia acuhkan. Membenci ayahnya yang menentang keputusan Sehun untuk terjun ke dunia entartainment, mengacuhkan ibunya yang mendukung keputusan ayahnya. Berhenti peduli dengan kakaknya dan banyak lainnya. Ia menyalahkan keluarganya atas kehangatan yang tidak sepenuhnya ia dapatkan di masa kecilnya.

Dan begitulah Yoona merubah Sehun. Dia merubahnya dalam banyak hal. Yoona tidak akan pernah tahu seberapa dalam wanita itu memasuki hidupnya. Tidak tahu betapa Sehun merubah semua ketidakpeduliannya. Merubah sudut pandangnya. Yoona memperbaiki hubungan Sehun dengan keluarganya. Ia mengajari Sehun menjadi pria yang tetap bahagia bahkan ketika ia berada di titik terbawah. Ia mengajarkan Sehun untuk bersosialisasi, mengajarkan Sehun untuk menjadi kuat.

Maka Sehun memutuskan untuk menjalani keduanya. Memiliki Yoona namun masih mempertahankan membernya. Membiasakan dirinya dengan perasaan Kris.

Sekuat yang dia bisa.

///

Hello im back!

If the previous post is the heartbreaking one, then this will be the explanation for my jerk (read : mas bule ganteng) action towards his lover . All the mysteries start to be revealed means that the end is coming up in any second yeayy . My harry potter feels said, I open at the end.

Btw, congrats yang udah berhasil nebak Kris-Yoona ya. Ketauan korban SM banget ya kalian WKWKWK.

And who loved the plot  twist? HAHAHA.

Untuk beberapa scene itu udah aku tulis dari lama banget jadi mungkin kalian bisa ngerasain perbedaan gaya bahasanya. Maapin w yang gak konsisten ini ya :(. Dan scene terakhir terakhir kayaknya ditulis pas bulan bulan si tiang cabut deh jadi agak nyampur sama perasaan pribadi hmm. So that ‘EXO tak akan pernah menjadi EXO tanpa Kris’ itu yahh,…curhatan cewe yang naksir korea gara gara careless carelees anonymous itu 😦 Ah kan baper jadinya gua.

Oh dan tentang plot twistnya, ada yang pernah kepikiran sejauh itu? All this time, did i succeed fooling you guys wkwk? Aku pengen banget liat reaksi kalian setelah, ‘Sehun jahat banget ih’ ‘Yaampun ko Sehun ngeselin sih’ berseliweran. Kayaknya gua emang ga berbakat nistain mas bule ya 😦 terlalu ganteng sih, sampe ketar ketir hati yang mau masuk ptn ini 😦

Sorry for the boring chapter dicerita yang udah kaya sinetron ini–which is kinda true anyway. Aku terbuka untuk semua kritik dan saran, so drop your comment guys.

p.s : Aku lagi berusaha keras nyempetin waktu buat nulis chapter chapter anti-klimaks ini and im gonna protect the last chapter for good lol.

with love,

aressa

95 thoughts on “Hidden Scene [16a]

  1. Ahhh ga rela yoonhun pisahh. Ga nyangka alasan terbesar sehun buat sembunyiin hubungannya gara2 kris. Nyesek liat yoonhun pisah apalagi ditambah sama hubungan yoonkris yg dipublikasi agensi

  2. Ahhh ga rela yoonhun pisahh. Ga nyangka alasan terbesar sehun buat sembunyiin hubungannya gara2 kris. Nyesek liat yoonhun pisah apalagi ditambah sama hubungan yoonkris yg dipublikasi sm

  3. Ga rela kalo yoona sama kris, kenapa juga agensi harus ikut2 kris sama jessica masuk dihubungan sehun sama yoona aja uda runyem ehh agensinya ikut2 hadehh…

  4. Aku nyesek baca chapter ini, gk rrla bgt, scandal yoona datingnya sama kris, gmana sehun jdnya 😭 please seyoon happy ending. Di kedupan nyata belum terealisasikan, di ff dijdkan couple dong, gk rela ada krisyoon, must seyoon! Please sehun nya perjuangin yoonaaaa, kalau gk aku mewek lagiiii,
    Next chap, please happy ending wkkwkw harus ! musti ! kudu ! Wajib ! buingbuing :)) semangat lanjutin nya, your ff is my favorite, im always waitinggggg 🙂 fighting^

Comment, please?