My Oh My! [1st]

Image

Presented by Hwang Ahra

Cast : Im Yoona – secret EXO’s member’s || Other Cast : Yukiko (OC) – Lee Taemin

Genre : Romance, Fluff, Family, Friendship, Comedy(?)

 Length : Series || Rating : T

Disclaimer :  Maybe other ff and some movies inspired me. But, main story are mine!

Notes:

A-yo, alliengator! 😀 kali ini aku datang bawa ff series. Ohya, judul ff ini sama sekali ga berhubungan sama lagu SNSD yang ‘My Oh My’ ya hehe cuma kebetulan._. terus posternya juga abaikan, aku ga sempet mesen poster soalnya-_-v Cast namja masih dirahasiakan haha :p aku juga pengen liat respon kalian sama part 1 ff ini, maaf sebelumnya karena aku ga ngasih teaser/prolog, semoga suka^^

NO BASH, SIDERS, & PLAGIATOR!

 

©hwangahra 2013

 

***

 

Yoona berjalan gontai menyusuri jalanan di pinggiran Kota Seoul yang mulai sepi itu, langit Kota Seoul di malam hari tampak sedikit mendung. Sesekali ia memainkan tas selempangnya yang sudah tampak lusuh, wajah cantiknya terlihat murung. Sambil berjalan, ia menendang-nendang kerikil kecil dengan kakinya yang jenjang.

“Aduh… bagaimana ini? Gajianku bulan ini belum tentu cukup membayar sewa kost untuk bulan kemarin dan bulan ini. Dan jika besok aku belum bisa membayarnya, nenek sihir itu mengancam akan segera mengusirku dari tempat kostnya. Argh! Mengesalkan!” Gerutu Yoona sepanjang perjalanannya pulang menuju kost-nya, setelah seharian ini bekerja lembur di cafe tempat ia bekerja.

Sepanjang perjalanan pulang, mulut Yoona tak henti-hentinya mengeluarkan berbagai macam kata-kata tajam untuk pemilik tempat ia menyewa kost. Rasanya ia sedikit lega setelah ia menyumpah serapahi pemilik kost-nya yang selalu ia sebut dengan ‘nenek sihir’ itu.

Yoona masih menggerutu kesal, “Huh, dasar, awas saja sampai di tempat kost nanti… aku akan—” Sampai tiba-tiba sebuah teriakan wanita, memotong ucapannya.

“LEPASKAN!!”

Yoona terdiam sejenak, dahinya mengerut heran. Darimana asal suara itu? Yoona menoleh ke belakang dan hanya mendapati beberapa orang yang tengah berlalu lalang, dan beberapa pekerja kantoran yang baru saja pulang bekerja.

Yoona menggeleng pelan. Tidak ada apa-apa, batin Yoona mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Akhirnya, gadis itu pun memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanannya menuju tempat kost.

“PERGI!LEPASKAN AKU!!”

Kali ini Yoona terdiam kembali ditempatnya, sekali lagi ia menoleh kebelakang, mencoba memastikan. Namun, pemandangan yang ia lihat tetap sama seperti sebelumnya, bedanya mungkin kali ini jalanan yang ia lewati terlihat lebih sepi daripada sebelumnya.

Dahi Yoona kembali mengerut, tidak mungkin ia salah dengar. Jelas-jelas ia mendengar suara teriakan seorang wanita. Tapi.. mengapa orang lain disekitar Yoona seperti tak mendengarnya? Mereka seolah-olah tak begitu peduli dan lebih sibuk mengurusi urusan masing-masing. Yoona berdecak pelan, tanpa berpikir dua kali, Yoona segera mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Dan pandangan Yoona terhenti tepat pada sebuah gang kecil yang terletak diantara dua apartement kecil dijalan itu. Apa mungkin…?

Yoona melangkah dengan pelan menuju ke arah gang itu. Saat ini jantungnya berdebar tak karuan, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Meskipun takut, rasa penasaran Yoona mampu mengalahkan rasa takutnya itu. Setahu Yoona, gang itu hanyalah gang tempat pembuangan sampah bagi para penghuni apartement yang memang mengapit gang kecil tersebut. Jarang sekali ada orang berada di dalam gang yang kotor, sempit, bau dan gelap itu. Mungkin hanya petugas kebersihan saja yang biasa menghampiri gang itu untuk mengambil sampah.

Semakin lama, Yoona semakin mendekat ke arah gang itu. Kedua tangannya ia tangkupkan disekitar area mulut dan hidung, mengingat bau busuk mulai tercium oleh indra penciumannya. Samar-samar, ia pun mendengar percakapan beberapa orang.

Setelah sampai di dekat tembok apartement yang dapat menghalangi tubuhnya. Yoona berhenti sejenak dan menengokkan kepalanya ke arah gang kecil itu. Dan tanpa Yoona sadari, ia tengah menahan nafasnya ketika menyaksikan kejadian yang terjadi di dalam gang itu. Meskipun gang itu tak memiliki penerangan, Yoona masih bisa melihat dengan jelas, beberapa pria menggunakan tuksedo hitam tengah mengepung seorang wanita paruh baya yang terlihat tak berdaya.

Seketika, gejolak amarah menguasai Yoona. Bagaimana bisa? Kumpulan pria dewasa yang terlihat rapi dan berpendidikan, menyerang seorang wanita paruh baya. Apa mereka sudah gila?! Yoona pun mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia segera mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Kali ini debaran jantungnya terasa lebih cepat dari sebelumnya. Setelah Yoona merasa cukup siap, ia pun mulai menghitung mundur di dalam hatinya.

Tiga..

Dua..

Satu..

“HENTIKAAAAN!”

Yoona, dengan segenap keberanian yang ada, tiba-tiba saja berlari dengan kencang ke arah wanita paruh baya yang mengenakan baju berwarna merah itu. Para pria yang mengenakan tuksedo hitam dan terlihat lengah itu pun cukup kaget melihat kedatangan Yoona yang berhasil menerobos mereka.

Yoona segera menatap wanita paruh baya itu yang sama terkejutnya dengan pria-pria bertuksedo hitam, “Nyonya, apa nyonya tidak apa-apa?” tanya Yoona khwatir.

Wanita paruh baya berbaju merah itu pun hanya bisa menatap Yoona lama, namun akhirnya ia mengangguk pelan. Melihat hal itu, Yoona pun menyunggingkan senyum leganya.

“Siapa kau?”

Mendengar hal itu, Yoona segera mengalihkan tatapannya ke arah pria bertuksedo hitam yang terlihat seperti pemimpin di antara pria dewasa yang lain.

“Aku siapa? Cih, itu tidak penting” Yoona menatap sinis ke arah pria-pria yang  memang bertubuh besar itu. Sempat terbersit rasa takut di dalam hati Yoona, namun berbekal jurus karate yang ia pelajari waktu kecil, Yoona mencoba tetap percaya diri. Ia pun menggerakan kedua tangannya, dan memasang kuda-kuda. Tak mungkin meminta tolong orang disekitar sini, mengingat hari yang memang sudah hampir tengah malam, dan daerah ini memang terkenal sangat sepi.

“A..ayo..maju! Satu lawan satu!” tantang Yoona, meski dengan nada suara bergetar.

Pria-pria bertuksedo hitam itu pun sempat terpana, namun sedetik kemudian mereka tertawa—tawa meremehkan tentu saja—membuat Yoona merasa makin kesal.

“Ya! Ja-jangan tertawa! Aku ini pemegang sabuk hitam di karate!” ucap Yoona dengan penuh percaya diri, meskipun sebetulnya itu hanya kebohongan semata.

Melihat itu, pria-pria bertuksedo itu pun terdiam sejenak, mereka seperti tengah mendengarkan instruksi seseorang. Yoona masih menatap mereka dengan dahi yang berkerut, dan debaran jantung yang semakin menjadi-jadi. Keringat dingin tak berhenti meluncur, membasahi pelipisnya.

“Ck, kita pergi!” setelah berdecak kesal, pria bertuksedo yang terlihat seperti pemimpin para pria itu menyerukan agar temannya yang lain untuk pergi.

Yoona mengangkat sebelah alisnya menatap kepergian pria-pria bertubuh besar dari hadapannya itu,  apa.. mereka takut padaku? Ah, tidak mungkin!

Seketika saja, Yoona menghembuskan nafas lega ketika dilihatnya geromobolan pria tadi benar-benar menghilang dari hadapannya.

“Ya Tuhan…rasanya aku hampir mau mati” keluh Yoona seraya mengusap dahinya yang memang dipenuhi keringat dingin.

Yoona pun segera tersadar tentang wanita paruh baya yang tadi ditolongnya, ia segera berjalan ke arah wanita yang berdiri di belakangnya itu.

“Nyonya…kita selamat!” dengan mata yang berkaca-kaca, Yoona menggenggam erat tangan wanita paruh baya itu.

Wanita paruh baya itu pun mengangguk, ia segera memeluk Yoona, “Terimakasih nak”

 

***

 

Setelah kejadian malam itu, wanita paruh baya yang kini Yoona ketahui bernama Yukiko, meminta untuk tinggal sementara bersama Yoona. Yukiko tidak begitu menjelaskan, mengapa pria-pria berbadan besar itu mengincarnya, ia hanya bercerita bahwa mereka tiba-tiba saja mendatanginya namun karena Yukiko takut, akhirnya ia pun melarikan diri dan berhasil terpojokkan di gang kecil itu, dan di saat itulah Yoona datang.

“Nyonya..apa—”

“Ingat, panggil aku nenek saja, Yoona-ya” ucap Yukiko ramah.

Dan Yoona hanya mengangguk, “Nenek, apa keluarga nenek tidak ada yang akan mencari nenek?”

Yukiko tersenyum tipis, “Mungkin..sebentar lagi”

Yoona mengangguk kecil, “Syukurlah”

“Bagaimana denganmu sendiri Yoona-ya?” tanya Yukiko

Yoona terdiam sejenak, “Ah, aku hanya tinggal sendiri di Seoul. Ibuku sudah lama tiada, sedangkan ayahku tetap tinggal di Mokpo, kampung halamanku. Aku hanyalah anak tunggal, jadi tidak memiliki saudara”

Yukiko merasa tak enak pada Yoona, “Maaf, aku tak bermaksud—”

“Sudahlah nek, aku tidak apa-apa. Lagipula aku senang bisa hidup mandiri disini” Yoona memaksakan seulas senyum, dan Yukiko menyadari hal itu.

“Lihat nek, air panasnya sudah matang. Bagaimana kalau secangkir teh hangat ditengah malam?” tawar Yoona seraya terkekeh pelan, tangannya dengan cekatan menuangkan air panas ke dalam dua cangkir, lalu menyeduhnya dengan teh hijau kesukaannya.

Yukiko tersenyum memandangi Yoona, “Sudah malam, apa besok kau tak berangkat ke sekolah Yoona-ya?”

Yoona terdiam sejenak, lalu ia menggeleng pelan, “Aku hanya sekolah hingga tamat SMA, nek. Dan aku tak melanjutkan kuliahku karena kehabisan biaya”

Yukiko kembali merasa bersalah, “Ah… maaf” lirihnya pelan.

“Tak perlu meminta maaf, aku sudah terbiasa nek. Ayo, teh hijaunya diminum selagi hangat, pasti nenek sangat lelah seharian ini bukan?” Yoona tersenyum ke arah Yukiko seraya menyodorkan secangkir teh hijau yang masih mengepulkan asap. Yukiko menerima cangkir teh itu, lalu meneguknya sedikit, terlihat seperti orang berkelas yang terbiasa memiliki tatakrama dalam hal sekecil apapun, contohnya saja minum, seperti tadi.

Perlahan, mata Yukiko menelurusi ruangan kecil yang kini ia tempati, yang disebut Yoona sebagai tempat kost-nya. Tak heran, mengapa Yoona sempat menolak Yukiko untuk bermalam dirumahnya. Ternyata, kondisi rumah Yoona atau lebih tepatnya kondisi kost Yoona, memang terlalu kecil untuk ditempati oleh dua orang.

 

***

 

“Astaga! Aku terlambat!” Yoona tak henti-hentinya mengucapkan kata-kata, ketika ia sadari bahwa jarum jam hampir menunjukkan pukul 7.00

Sedari tadi ia terus berjalan mondar-mandir, membereskan dengan cepat kasur lipatnya, namun ia terlihat pelan-pelan melakukannya ketika ia bergerak di dekat Yukiko. Tak berniat membangunkan wanita paruh baya yang masih terlelap dalam alam bawah sadarnya itu.

Yoona segera mengeluarkan roti dari dalam lemari kecilnya, mengolesnya dengan mentega dan menaburinya dengan coklat. Hanya itu dan tidak lebih sarapan yang Yoona siapkan untuk Yukiko, ia pun menyempatkan membuat secangkir teh hijau. Setelah semua beres, ia menaruh roti dan secangkir teh hijau di atas meja.

Sebelum berangkat, Yoona mematut dirinya di cermin. Rambut di ikat satu ke atas, wajah yang hanya dipoles bedak tipis dan tidak lebih. Kaus putih kebesaran milik Ayahnya, dan celana jeans. Ya, begitulah gaya Yoona. Yoona tersenyum miris, meskipun terlihat cuek dan santai, jauh di lubuk hatinya, Yoona pun merasa ingin berdandan layaknya seorang gadis seusia dirinya.

“Ah…apa yang kupikirkan? Makan saja susah, apalagi untuk sekedar berdandan. Berhentilah bermimpi Im Yoona” ucap Yoona kepada pantulan dirinya dicermin.

Tak lupa, Yoona menyelipkan sebuah memo diatas meja untuk Yukiko, kalau-kalau wanita itu mencarinya. Yoona melirik arloji lusuh dipergelangan tangannya, “Ah, terlambat!” seru Yoona. Ia pun segera menyambar tas selempang kesayangannya, lalu ia memakai asal sepatu kets nya yang sudah hampir tak berwarna. Dan segera, ia melesat menuju cafe tempatnya bekerja.

 

***

 

Setelah terdengar bunyi pintu tertutup, dan yakin Yoona sudah pergi. Diam-diam, Yukiko beranjak bangun. Ia sama sekali tak menyangka, tidur hanya beralaskan kain tipis—yang disebut Yoona sebagai kasur lipat— tak benar-benar membuatnya tertidur. Yukiko merenggangkan otot-otot tangannya, lalu tiba-tiba ia teringat perkataan Yoona saat dirinya masih pura-pura tertidur tadi, ‘Makan saja susah, apalagi untuk sekedar berdandan. Berhentilah bermimpi Im Yoona

“Yoona-ya…” lirih Yukiko.

Yukiko pun tak sengaja menangkap secarik kertas putih diatas meja melalui sudut matanya, ia membaca pesan yang ditujukan Yoona padanya itu, dan tanpa ia sadari, sudut bibir nya itu terangkat. Yukiko segera mengulurkan tangannya meraih secangkir teh hijau hangat yang disiapkan Yoona, sebelum meneguknya, wanita itu menghirup aroma teh hijau tersebut dalam-dalam. Ada aroma menenangkan tersendiri yang dihasilkan teh tersebut, namun belum sempat ia meneguknya, sebuah ketukan kasar di pintu berhasil membuat Yukiko menghentikan aktifitasnya.

Pintu itu masih terus diketuk dengan kasar—bahkan terkesan hampir didobrak—sehingga membuat Yukiko dengan terpaksa berjalan ke arah pintu dan membukanya.

Tepat dihadapannya berdiri saat ini, seorang wanita berusia sekitar kepala empat dengan dandanan super tebalnya dan bertubuh gempal, menatap tidak suka ke arah Yukiko.

“Maaf, anda siapa?” tanya Yukiko ramah.

“Seharusnya, aku yang bertanya seperti itu. Anda siapa?” tanya wanita itu dengan nada angkuh.

Yukiko terlihat kesal kepada wanita bertubuh gempal itu, “Aku neneknya Yoona, ada apa?”

Wanita itu terlihat menatap penampilan Yukiko, dari ujung kaki hingga ujung rambut, “Hm, pantas saja. Sama-sama kampungan” gumam wanita tersebut, kecil, namun dapat didengar oleh Yukiko.

“Jika anda memang tidak memiliki keperluan, sebaiknya anda pergi dari sini” ucap Yukiko, mulai tersulut emosi.

“Hei, wanita tua. Namaku Kim Ju Eun, pemilik kost ini, dan aku kemari untuk meminta tagihan kost Yoona yang belum dibayar sejak sebulan yang lalu, dan jika tidak dibayar saat ini juga…maka dengan sangat terpaksa, aku akan mengusir Yoona dari sini” wanita itu terlihat semakin angkuh seraya menyilangkan tangan didepan dada.

Yukiko menghembuskan nafas kasar, ia segera masuk ke dalam, lalu kembali lagi dengan membawa tas miliknya. Yukiko terlihat menatap sinis ke arah Ju Eun.

Sedangkan Ju Eun menatap heran ke arah Yukiko, “Apa anda mau membayarnya? Hm, kuyakin kalian tidak bisa membayar sewa kost-ku” ucapnya dengan nada meremehkan. Mendengar hal itu, Yukiko segera mengeluarkan dompet dari dalam tasnya, lalu ia segera menyodorkan beberapa puluh lembar won tepat dimuka Ju Eun.

“Apa itu cukup?” tanya Yukiko, ia sudah terlalu muak menghadapi tingkah sombong wanita gemuk itu. Melihat puluhan won terpampang di depan matanya, Ju Eun pun segera merebutnya dan sibuk menghitung won yang diberikan Yukiko, tanpa menoleh sedikitpun, Ju Eun berkata, “Uang ini bahkan cukup untuk membayar sewa kost Yoona sampai tahun depan”

Yukiko menatap tak suka ke arah Ju Eun, ia tak habis pikir, bagaimana Yoona bisa bersabar menghadapi tingkah angkuh wanita gemuk itu, “Kurasa tidak perlu. Yoona akan pergi bersamaku” ucap Yukiko cepat, membuat Ju Eun tadi menoleh kearahnya.

Ju Eun bahkan lupa bahwa ia baru saja mengejek wanita yang berada dihadapannya ini, karena ia yakin dia tak bisa membayar sewa kost, namun dugaannya salah besar. “Sudahlah, aku sudah memaafkan nyonya. Jadi nyonya tak perlu repot-repot membawaYoona pergi dari sini. Sepertinya uang kalian juga sudah habis untuk membayar sewa kost.”

Yukiko benar-benar sudah tak tahan, wanita itu bahkan tak mengucapkan terimakasih padanya. Ia segera mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, ia menempelkan ponsel itu setelah menekan tombol ‘dial speed’ dan nada sambung terdengar dari sana.

“Yoboseyo… ya, jemput aku… ya, alamatnya akan kukirim nanti. Bawa semua anak buahmu, dan bawa sebuah mobil pengangkut….tak usah banyak tanya, bawa saja” Yukiko segera mematikan sambungan, lalu ia menaruh kembali ponselnya kedalam tasnya.

Yukiko tersenyum—senyum palsu tentu saja—kepada Ju Eun, ia mengangguk, “Siang ini juga, aku dan Yoona akan pindah dari kost bobrokmu ini” Ju Eun terpaku ditempat, namun ia sadar setelah terdengar bunyi pintu yang ditutup oleh Yukiko.

Dengan nada gemetar, Ju Eun  berkata, “Ja..jangan-jangan..dia..dia..Nyonya Yukiko itu?!”

 

***

 

Yoona tengah mengelap meja, cafe sebentar lagi akan tutup karena sudah malam, namun pandangan gadis itu kosong, menerawang jauh, memikirkan harus bagaimana ia mendapat uang agar bisa melunasi kostnya, kalau tidak… ia pasti akan diusir. Sejujurnya, Yoona khwatir.

“Hei, melamun saja” sebuah senggolan pelan, Yoona rasakan pada sikunya. Yoona menoleh dan mendapati Taemin—sahabatnya yang bekerja di cafe yang sama dengannya—tengah tersenyum ke arahnya.

“Taemin-ah…” Yoona balas tersenyum. Taemin memiringkan kepalanya, lalu mengamati Yoona lama.

“Ap..apa yang kau lihat?” tanya Yoona risih—gugup sebetulnya—ketika diperhatikan oleh Taemin seperti tadi.

Taemin terkekeh pelan, “Kau terlihat berbeda Yoong,”

“Sungguh? Apa aku kelihatan jelek?” Yoona segera menangkupkan kedua pipi dengan tangannya.

Taemin kembali terkekeh, “Tentu saja kau tetap cantik Yoong,”

Blush

Pipi Yoona bersemu merah mendengar Taemin mengatakan itu, “Kau ini” ucap Yoona seraya meninju pelan lengan Taemin.

“Hei, tapi aku serius. Kau terlihat berbeda, mm.. maksudku terlihat lebih murung. Apa ada masalah?”

Yoona menggeleng, ia tidak mau berbagi cerita ini pada Taemin, karena ia tahu pasti Taemin akan memberikannya uang yang ia dapat dengan susah payah, dan Yoona tak mau merepotkan Taemin seperti yang dulu-dulu. “Tidak ada” sanggah Yoona.

Taemin menghela nafas, ia tahu betul Yoona pasti memiliki masalah, tapi ia tak mau memaksa gadis itu untuk bercerita, karena ia tahu. Yoona tak pernah mau dipaksa jika berhubungan dengan hal-hal yang menurutnya sensitif. “Hmm, Baiklah, kalau begitu..malam ini, kau harus ikut denganku”

 

***

 

Ternyata Taemin mengajak Yoona pergi ke kedai es krim langganan mereka dulu. Yoona—seperti biasa—memesan ice cream mint, dan Taemin memesan ice cream coklat.

“Sudah lama kita tidak ke sini” ucap Yoona seraya menjilati ice creamnya, wajahnya terlihat begitu senang menikmati ice cream mint kesukaanya. Taemin menatap Yoona lama dan mengangguk, “Kau senang, hm?”

Yoona berhenti menjilat ice cream, lalu ia menatap Taemin. Rupanya, sahabatnya itu memang ingin membuat Yoona senang. Yoona tersenyum manis ke arah Taemin, “Tentu saja, dan ini semua berkata kau. Terimakasih Lee Taemin”

Taemin sempat terpaku menatap Yoona, menatap mata rusa milik gadis itu. Dan Taemin bersumpah, bahwa ia baru saja mendengar detak jantungnya sendiri yang terdengar sangat keras ketika ia menatap senyum menawan milik Yoona.

 

***

 

Yoona terpaku ditempatnya. Ia menatap kamar kost-nya yang gelap, dan… kosong. Tidak ada apa-apa. Tidak ada satu barang pun di dalamnya. Dan, tidak ada nenek Yukiko.

Yoona merasakan panik mulai melandanya, apa benar pemilik kostnya benar-benar mengusirnya dari tempat ini. Ya Tuhan, bagaimana ini? Dimana semua barang-barangku? Dimana nenek Yukiko?

Yoona baru akan berlari keluar kamar kostnya, sampai tiba-tiba saja Kim Ju Eun muncul dihadapannya.

“Yoona-ya, kau sudah pulang?” tanya Ju Eun—sedikit—ramah

Yoona mengernyit heran menatap Ju Eun, tidak biasanya ia bersikap seperti ini. “Apa Bibi akan mengusirku dari sini?” tanya Yoona to the point.

Ju Eun menghela nafas, “Sebetulnya tidak, hanya saja—”

“Yoona-ya!” teriakan seseorang membuat Yoona dan Ju Eun menoleh dan mendapati Yukiko tengah berdiri di ambang pintu, wanita itu seolah bertransformasi menjadi wanita karier yang glamour namun juga rapi dan sopan.

Yoona berlari ke arah Yukiko, dan memeluknya. “Nenek kemana saja? Aku sangat khawatir tadi!”

Yukiko tersenyum seraya membelai rambut Yoona, “Aku tidak kemana-mana, aku justru kesini untuk mengajakmu pergi bersamaku. Bagaimana, Yoona-ya?”

Yoona mengernyit heran, “Maksud nenek?”

Yukiko tersenyum penuh arti, “Kau harus ikut denganku Yoona-ya. Aku tak ingin berpisah darimu. Kau sudah kuanggap sebagai cucuku sendiri”

“Tap-tapi nek…”

“Dia benar Yoona-ya, sebaiknya kau pergi bersama NyonyaYukiko. Yah, meskipun sewa kost-mu sudah dibayar penuh untuk tahun depan oleh Nyonya Yukiko.” Ju Eun menimpali

Yoona membelalakkan matanya tak percaya, “Apa?! Nenek, kau.. membayarnya untukku?” Yoona tak percaya, nenek Yukiko tidak terlihat seperti orang Kaya, ia terlihat seperti wanita sederhana. Tapi.. tampilannya saat ini menampik semua itu.

Yukiko tersenyum, “Tapi meskipun sudah kubayar, aku tetap akan mengajakmu untuk tinggal bersamaku. Oh ya, barang-barangmu juga sudah kami angkut kerumahku Yoona-ya”

Yoona bingung sekaligus senang. Ia bingung, jika ia harus ikut nenek Yukiko, berarti ia harus meninggalkan pekerjaannya dan… Taemin. Tapi, ia juga tak ingin meninggalkan nenek Yukiko sendiri.

“Kau akan kusekolahkan nanti. Bagaimana Yoona-ya?”

Sekolah?! Yoona hampir berteriak mendengarnya. Tanpa berpikir dua kali, Yoona pun mengangguk. Yukiko memeluk Yoona erat seraya tersenyum.

Setelah berpamitan dengan Ju Eun yang tak henti-hentinya menitikkan air mata sembari meminta maaf, Yoona dan Yukiko berjalan menuju jalan raya. Dan, lagi-lagi Yoona dikejutkan ketika beberapa pria bertuksedo hitam tengah membungkuk hormat ke arahnya—atau Yukiko lebih tepatnya—Yoona menoleh cepat ke arah Yukiko yang berdiri disebelahnya, “Nek..bukankah pria-pria ini.. yang—”

Yukiko tersenyum mengerti, “Mereka semua pelayanku, dan mereka semua baik Yoona-ya. Kau tak perlu khawatir”

Yoona masih mengernyit heran, membuat Yukiko menambahkan, “Nanti akan kuceritakan, tapi tidak disini”

Yoona mengangguk, lalu tiba-tiba salah seorang pelayan pria membungkuk hormat ke arahnya, “Selamat malam, nona muda. Biar saya yang membawakan tas anda”

Yoona tersenyum canggung, “Ti-tidak usah” namun, akhirnya Yoona menyerahkan tasnya juga ketika ia melihat Yukiko melakukan hal yang sama pada pelayan yang lain. “Terimakasih,” gumam Yoona pelan.

Yoona benar-benar tak menyangka bahwa ternyata Yukiko merupakan pemimpin perusahaan raksasa Jepang yang membuka salah satu cabang besar dan berinvestasi di Korea Selatan. Tak heran, Yukiko memang orang penting, bahkan statusnya sudah bisa disebut sebagai konglomerat. Yoona melangkahkan kakinya memasuki Porsche hitam keluaran terbaru milik Yukiko yang terparkir sempurna dihadapannya.

Porsche hitam itu mulai melaju, membelah kepadatan lalu lintas kota Seoul pada malam hari. Yoona tak henti-hentinya menyentuh setiap interior Porsche yang memang menakjubkan dan luar biasa mewah tersebut. Ia bahkan sampai mengabaikan Yukiko yang tengah bercerita panjang lebar.

“Jadi, para pelayan mencariku karena aku kabur—”

Duk

Yukiko menoleh kesamping dan mendapati Yoona sudah terlelap, dan kepalanya sudah menyender di bahunya.

“Nyonya, apa tidak apa-apa anda membawa gadis itu kerumah?” tiba-tiba saja kepala pelayan Kwon, yang duduk di depan bertanya.

Yukiko tersenyum seraya menggenggam erat tangan Yoona, “Tentu saja. Ia sudah kuanggap sebagai cucuku sendiri”

“Tapi nyonya, bagaimana dengan pendapat anggota keluarga yang lain?”

“Mereka akan kubuat bungkam, karena aku akan segera menjadikan Yoona sebagai cucuku yang benar-benar sah”

Kepala pelayan Kwon terlihat terkejut, “Ma-maksud Nyonya..?”

“Tunggu sampai ketiga cucu laki-laki ku yang pemalas itu bertemu Yoona”

“Tapi nyonya—”

“Tidak ada tapi-tapian! Ini keputusan yang sudah kupikirkan matang-matang!” potong Yukiko, membuat Pelayang Kwon terdiam.

Yukiko terus membelai surai coklat Yoona, sembari membayangkan sosok ketiga cucu laki-lakinya yang terlihat begitu lemah dimatanya. Yang satu pembuat onar dan suka bermain perempuan. Yang kedua pendiam, terlalu tertutup dan sulit untuk bersosialisasi. Dan yang terakhir, terlalu manja dan tidak bisa tegas. Apa yang bisa diharapkan Yukiko dari cucu-cucunya itu? Pewaris yang sah harus ditentukan oleh kompetisi agar semua orang bisa melihat, siapa yang lebih tangguh diantara yang lain. Dan Yukiko… sudah tahu bagaimana kompetisi itu akan dilaksanakan. Kunci jawabannya hanya satu. Yoona.

 

—TBC—

 

Fiuuuh, akhirnya selesai :’) part 1 belum muncul nih member EXO nya, yang muncul malahan member SHINee doang tuh *nunjuk2 Tetem* seperti yang dibilang, member EXO masih dirahasiakan, dan pasti kalian tahu kan kalau member EXOnya itu cucu nenek Yukiko? Wkwkwk :3 hayoo, bisa nebak ga cast namjanya siapa? Ada 3 orang member EXO loh :B Biasanya kalau orang bikin ff, sifat mereka itu sama persis kaya yang dijelasin diatas. Hayo ditebak hohoho 😀 Oh ya,Buat yang minta lanjutan “Marry Your Daughter” ditunggu sebentar ya hehe, masih dalam proses pengetikan._. Review dibutuhkan dengan sangat, makasih ^^

218 thoughts on “My Oh My! [1st]

  1. ya ampun aku baru baca cerita iniiiiiii. kok seru yaaaaaa. agak mirip sama drama lee seung gi yg legacy2 gtu *lupa judulnya* hahahaha
    but, ini ada kelanjutannya gak ya thor? please buat kelanjutannya yaaaaa 🙂
    komennya udah 200an loh thor itu

  2. Ini kapan dilanjutinnya huaaa *nangis dipojokan*
    aku udah penasaran 3 cast member exo itu, udah lama banget chapter 2 gak di post huaaaa.
    Aku berharap sih 3 namja itu Sehun – Luhan – Kris #eh tapi jangan deh thor kalo kaya gitu susah bakal nentuin yoona eonni sama siapa hehe 😀
    cepet updatenya yaa. Demo sama readers yang lain nih 😀

  3. Thor bagus banget T.T
    Luucu. Siapa ke-3 cucu nenek yukiko penasaran?
    Moga2 cepet ke luar chap 2 nya amin…

Comment, please?