Heart Attack Chapter 8

Image

Title : Heart Attack

Author : ohmija

Main Cast :

–          Im Yoona

–          Xi Luhan

–          Kwon Yuri

–          Oh Sehun

Genre : Romance,hurt,sad

Length : Chaptered

Disclaimer : This story belong is mine

Except the poster by www.cafepostart.wordpress.com

Don’t Like Don’t read

Warning : Typo,AU,alur aneh,gaje

NO BASH

Imsan Corp Building,22 September 2013

Yoona POV

“Sajangnim, ini faks yang dikirimkan Velvet untuk anda”kata SangHo menyerahkan sebuah map

“Dan anda mempunyai janji makan malam dengan investor asing”tambahnya

Aku mengalihkan pandangan dari berkas berkas dihadapanku dan menatap SangHo berdiri tidak jauh dariku

“Alihkan pada Baekhyun. Aku malas menghadapi direktur pria”kataku membuka map yang diberikan SangHo

“Velvet?Tidak menarik”dengusku menutup map itu

“Kirim kembali pada mereka. Aku menolaknya. Dan kau boleh keluar” lanjutku memberikan map itu pada SangHo

“Ne sajangnim”katanya membungkuk dan berjalan kembali pada ruangannya

Sepeninggal SangHo aku kembali memeriksa berkas berkas yang perlu kutanda tangani. Namun entah kenapa pikiranku melayang ke perjanjian yang dibuat aku dan direktur Oh—Sehun maksudku

Flashback ON

“Cukup berada di sampingku dan jadilah Im YoonAh yang selama ini kau sembunyikan”

Lagi lagi aku tersedak coke yang sedang kuminum. Sehun memutar matanya malas dan menepuk nepuk punggungku

“Apa maksudmu?”kataku setelah selesai acara batuk batuk

“Kau bodoh atau pura pura bodoh?”

“Jawab saja”

Sehun mendengus kesal dan menutup majalahnya keras “Hibur aku saat aku bosan”

“Aku tak mengerti”

Sehun lagi lagi mendengus kesal dan berkata ketus “Sekali lagi kau tak mengerti kuhajar kau”

Aku mendesah dan meminum coke ku perlahan “Menjadi diriku yang sebenarnya?”

“Ne, cukup menjadi Yoona yang selama ini kau sembunyikan”

Aku bisa merasakan mataku berkilat marah mendengar perkataan terakhirnya “Maksudmu aku perlu menjadi Yoona yang ceria dan begitu ekspresif?Maaf saja dia sudah lama mati”

“Oh ya? Baiklah sampai jumpa Yuri”katanya santai

Aku menatapnya sebal sebelum memukul kepalanya pelan “Apa maumu sebenarnya?Aku tidak mau menjadi tukang hibur pria sepertimu”

“Santai saja, aku hanya tertarik dengan perubahan mu tadi pagi” Sehun tersenyum lebar dan melipat tangannya di dada

Blush

Aku bisa merasakan rona merah menjalar di pipiku. Aku membuang muka untuk menyembunyikan pipiku

“Bagaimana?”tawarnya

Aku memikirkan Yuri. Yuri yang sangat mencintai Sehun. Yuri yang begitu bahagia disamping Sehun. Yuri yang bersemangat menceritakan Sehun padaku

Mampukah aku menghapus senyum itu?

Senyuman yang membuat semua orang begitu tenang. Senyuman yang selalu menenangkan ku saat ku gelisah

Tidak

Aku tidak mampu menghapus senyuman itu dari wajahnya. Aku menyayangi Yuri, sangat. Dia hal terbaik yang ada setelah Siwon meninggalkanku

“Arraseo”jawabku setelah menimbang nimbang sejenak

“Yuri jangan sampai tahu tentu saja”katanya tersenyum lebar

“Hey, jika dia tidak tahu dia akan berpikir aku selingkuh denganmu bodoh”gerutuku

“Makanya jangan sampai ketahuan bodoh”balasnya

“Kalau ketahuan bagaimana?”tanyaku khawatir

“Urusan pekerjaan. Santai sajalah kita kan rekan kerja”katanya tersenyum lebar

Aku mendesah kalah, sial “Jika Yuri sampai menjauhiku karena mu Oh Sehun. Akan kupastikan hidupmu akan berakhir”

Flashback Off

‘Apa yang kau lakukan Im Yoona?’pikirku memutar mutar bolpoint di tanganku

Drrt Drrt

From :Oh Sehun

To : Yoona

Nona darah biru, aku bosan. Akan kukirimkan alamat apartemenku

“Pucuk dicinta ulam pun tiba”dengusku membaca pesan yang baru saja masuk ke ponselku

Aku tidak bercanda saat mengatakan aku akan menghabisi hidup Sehun jika Yuri sampai membenciku. Bagiku Yuri adalah sosok sahabat yang lemah namun sangat mengertiku

Aku mendesah dan menyingkirkan berkas berkas dihadapanku. Aku menarik blazer yang tersampir di kursiku dan berlalu memenuhi janji dengan Oh Sehun

-u-

Sehun POV

Ting Tong

Aku buru buru melintasi ruang tamu begitu mendengar bel berbunyi. Tanpa melihat intercom aku membukakan pintu  untuk wanita yang berdiri kesal

“Lama seka—YAA!”

Aku memandang aneh wanita itu—Yoona yang sedang memejamkan mata erat “Kenapa?”

“Pakai bajumu bodoh”serunya membuka mata dan memandangku kesal

“Aish, aku sedang mandi saat kau menekan bel berkali kali”gerutuku menyingkir dari pintu. Beraksud memberikannya izin untuk masuk ke apartemenku

“Aku tidak suka menunggu tahu”gerutunya melangkah masuk. Dia memandang sekilas apartemenku yang sedikit berantakan dan menghempaskan tubuhnya ke sofa

“Aku tidak mau berbicara dengan seorang half-naked”katanya datar dan mengambil keripik kentang di meja

Aku mendengus dan mengambil kaos yang tergeletak begitu saja di lantai. Sembari memakai baju aku berjalan ke arah kulkas dan mengambil beberapa minuman kaleng disana

“Soju?”ujarnya mengangkat alis

“Jangan bilang kau tidak bisa minum bir murahan semacam ini”kataku mendudukan diri di sampingnya

“Kau mengejekku?”katanya merengut kesal. Aku tertawa dan membuka kaleng minumanku, meneguknya cepat

“Jadi?”tanyanya membuka perlahan minumannya

“Hibur aku”

“Aku bukan penghibur”

“Lalu kenapa kau datang?”tanyaku meraih segenggam kacang

“Aku bukan orang yang tak menepati janji”dengusnya dan mengambil kacang yang sama denganku

Aku menyeringai, “Kau tak bisa ingkar tentu saja”

“Aku tak suka basa basi”sahutnya datar

Aku menatapnya sejenak sebelum mengangkat kakiku ke meja dan merenggangkan otot lenganku “Katakan sesuatu kalau begitu”

“Kau mau aku mengatakan apa?”

“Cita cita, hidup atau apa sajalah. Aku pusing dengan berkas berkas gila itu”

Dia terlihat bepikir sejenak, tangannya sibuk mengambil cemilan dihadapannya “ Hidup, ya? Kata banyak orang, hidup itu bagai roda. Kadang kita ada diatas, kadang kita ada di bawah”

“Kata Forrest Gump, hidup bagai sekotak coklat, entah rasa apa yang bakal kita dapetin” kataku menimpali

Yoona manggut manggut setuju “Benar sekali”

Aku tersenyum dan menyandar pada lengan sofa, menghadapkan tubuhku pada Yoona “Menurutku, hidup itu kayak judi bola, Yoong”

“Judi bola?”

“Ya”kataku melanjutkan “Karena kita tidak akan tahu akan menang atau kalah. Waktu sebuah permainan sedang berjalan dengan sangat baik, di detik terakhir tiba tiba pihak lawan mencetak gol, dan kita kalah, padahal udah yakin menang. Persis”

Yoona terdiam mencerna kata kataku sebelum tertawa lebar “Boleh juga” pujinya.”Hidup juga seperti cuaca. Hari ini bisa hujan, besok bisa cerah. Tapi, kita tak akan memiliki hujan selamanya, atau kemarau selamanya. Kita butuh pahit dan manis secara bersamaan, sebuah bentuk keseimbaangan.Bittersweet”

“Pahit dan manis?” kataku dengan nada jahil setelah mengerti dengan cepat perkataannya “Kenapa jadi secangkir kopi?”

Dia memukul kepalaku dengan bantal “Siapa yang mulai berfilosofi?”

Aku terkekeh geli, “Baiklah aku serius. Jadi kau percaya pada konsep keseimbangan hidup?”

Yoona tersenyum lebar dan mengangguk mantap “Menurutku, tidak ada seorangpun yang bisa seratus persen bahagia atau seratus persen sedih.Hidup itu penuh emosi, untuk itulah dalam satu periode waktu kita bisa merasakan banyak emosi berbaur jadi satu. Karena itulah, kita menjadi seimbang”

“Misalnya…sedih, kecewa, tapi juga senang?” timpalku member contoh

“Bingung, marah, lega”

“Kesal, kaget, sedih”

“Senang, merasa bersalah, menyesal dan marah” Yoona tersenyum dan menyeruput soju nya lagi “Untuk itulah kita butuh keseimbangan, meskipun itu aneh kan Sehunna”

Aku tercenung. Tidak ada seorang pun yang memanggilku Sehunna. Bahkan Yuri dan Eomma memanggilku Sehunnie

“Cara pikirmu keren juga”kataku bertepuk tangan ria

“Kuanggap itu pujian lho”kekehnya menyilangkan kedua kakinya ke sofa

Aku tertawa kecil, melihat Yoona yang tampak begitu lega setelah berbicara tentang hidup tadi. Tentu saja, dia seperti mengeluarkan apa yang dirasakannya dalam bentuk kata kata dan filosofi

Dan entah bagaimana persisnya, emosi yang saat itu kurasakan adalah gabungan dari semua emosi yang menciptakan sebuah keseimbangan dalam diriku sendiri.Senang dan lega karna akhirnya bisa tertawa lepas dan mengistirahatkan pikiran dari segala bentuk berkas berkas bodoh tak berperikemanusiaan. Bingung kenapa harus bersama Im Yoona aku berbagi pikiran itu. Menyesal karna aku merasa telah menghianati kepercayaan Yuri

Senang, lega, bingung, menyesal dan satu lagi

Nyaman

-u-

Normal POV

Yoona memutar mutar cincin ditangan kanannya. Sementara itu Sehun memainkan psp nya, namun tidak ada yang tahu bahwa dia sedari tadi memperhatikan Yoona diam diam

“Hubunganmu dengan Luhan, bagaimana?”tanya Sehun tetap memainkan gamenya

“Baik”jawab Yoona tanpa menoleh

Sehun menatap layar psp nya yang bertuliskan ‘Game Over’. Dia meletakan psp nya dan berbalik memperhatikan Yoona yang tiba tiba terdiam

“Katakan saja”ucap Sehun tenang

“Apa?”

“Aku akan mendengarkan. Kau tahu menyimpan sesuatu itu tidak mengenakan”balas Sehun

Yoona menatap lantai dan perlahan melepaskan cincin pertunangannya “Ini berat sekali”

“Kadang aku merasa benar benar jahat karna membohongi Luhan. Kadang aku ingin sekali menyerah dengan hubungan semu ini”

“Semu bagimu. Nyata bagi Luhan”Sehun meneguk kembali kaleng ke-2 sojunya

“Mungkin”bisik Yoona menyentuh pelan sapphire blue yang menghiasi cincin mewah itu

“Kenapa tidak kau lepaskan? Seperti katamu,hidup tidak akan seratus persen sedih dan tersiksa. Banyak cara untuk menggapai impianmu selain cara ini”ucap Sehun

Yoona terdiam sejenak dan menatap Sehun sendu “Ini bukan perjodohan biasa, Sehun. Perjodohan ini bukan hanya untuk mencari pasangan hidup untuk penerus Imsan. Tapi perjodohan ini juga untuk melahirkan penerus keturunan garis darahku”

“Ini yang kubenci dari menjadi keluarga bangsawan”bisik Sehun

“ Ya. Kau tahu itu pasti. Kau tahu bahwa sepupumu baru saja ditunangkan dengan seorang yang bukan hanya penerus perusahaan yang cukup diperhitungkan di mata dunia. Tapi juga dengan seorang yang akan meneruskan darah bangsawan keluargaku. Darah Im yang terhormat”

“Dia pasti terkejut bahwa keturunannya nanti terjamin kehidupannya hingga tua. Dia pasti tak menyangka calon ayah mertuanya termasuk 100 orang paling kaya di dunia versi Forbes” timpal Sehun

Yoona meletakan cincinnya di meja dan menatapnya nanar “Semakin berjalan semakin sulit Sehun-ah, eotthe?”

“Time never lie Yoona. He will do something, trust me”ucap Sehun menatap Yoona prihatin

Beberapa saat kemudian, hanya isakan lirih Yoona yang terdengar

-u-

Yuri POV

“Loh? Yuri? Apa yang kau lakukan disini?”aku mendongak begitu mendengar suara familiar menghampiri telingaku

“Baekhyun” aku tersenyum “Pusing dengan pekerjaanmu?”

“Seperti itulah, kau sendiri?”tanyanya mengikutiku memasuki lift

Aku tersenyum dan mengangkat paper bag yang kugenggam “Aku membuat baju untuk sepupumu”

Ekspresi bingung Baekhyun berubah. Dia seperti sedang..memikirkan sesuatu?

“Yoona sudah pulang”

“Jam segini? Dia tidak akan pulang sebelum jam 22 KST bukan?”kataku mengerutkan kening

Baekhyun diam sejenak dan mengangkat bahu “Seingatku dia ada janji dengan Appa nya untuk makan malam bersama”

“Hah?”

“Waktumu kurang tepat. Kalau aku tidak salah mendengar Taehyan Ahjussi mengajak Yoona ke Busan mengunjungi rumah Halmeoni nya”

“Busan? Kenapa mendadak sekali?”

“Molla, sepertinya sekaligus mengurus investor asing disana”

Ting

“Kusarankan besok saja. Dia pasti ada karna ada meeting penting besok”katanya begitu pintu lift terbuka

“Geurre?Ah ye”jawabku mengangkat alis

“Ini lantaiku. Annyeong” dan pintu lift tertutup

Bodoh

Kenapa aku tidak tanya dulu? Andai aku tahu Yoona tidak ada, aku tidak akan membuang waktu percuma untuk mendatangi kantornya

Ting

Aku menghentikan pikiranku begitu aku sampai di lantai 21, lantai temapt ruangan Yoona berada. Aku berjalan pelan menyusuri koridor Imsan Building menuju ruangan di ujung koridor. Melewati meja SangHo—sekretaris Yoona yang kosong

Ceklek

Aku membuka pelan pintu kaca itu dan mendudukan diri di sofa, memandang ruangan besar yang tak berpenghuni

“Pabo-ya jika kau ke Busan, harusnya bilang aku” gerutuku melepas heels ku

Aku memutuskan untuk meletakan paper bag ku di meja kerja Yoona yang penuh dengan kertas kertas aneh

“Ini yang kau kerjakan?Duduk disini dan menandatangani berkas aneh ini?”gumamku duduk di kursi Yoona

Aku meraih secarik kertas dihadapanku “ahh, aku tak mengerti”

Ekor mataku menangkap salah satu laci di meja Yoona yang sedikit terbuka. Aku membukanya perlahan dan meneliti isinya satu per satu

Buku, kotak perhiasan, kaus kaki, Ipod, dan charger ditumpuk jadi satu diatas kertas kertas warna warni

Tidak ada yang menarik

Aku mengambil buku yang berada disana. Bermaksud melihat buku apa ini

Sret

Sebuah foto terjatuh begitu aku membuka halaman pertama buku itu

Aku mengerutkan kening melihat  foto yang ternyata adalah foto Luhan. Aneh, kenapa Yoona tidak meletakannya di pigura disamping foto nya? Ah mungkin saja tidak sengaja terselip, pikirku

Aku tersenyum

Halaman pertama buku itu berisi foto selca Luhan-Yoona berlatarkan pohon rindang. Yang menarik perhtianku adalah tulisan yang kukenali sebagai tulisan Yoona di bawah foto itu

“Banyak yang bilang kami cocok. Mungkinkah? Itu semakin membuatku merasa bodoh”

Foto kedua adalah foto Luhan yang berpose imut memegang sebuah gulali

“Dia sangat manis, hingga aku tak tega untuk menyakitinya”    

Fot ketiga adalah foto Luhan yang diambil dari samping dengan langit malam sebagai  pemandangannya. Sepertinya Luhan tak sadar bahwa diam diam Yoona mengambil potretnya

“Bisakah aku mencintaimu? Seperti kau mencintaiku?”

Aku memutuskan untuk membuka halaman terakhir buku yang ternyata adalah kumpulan foto foto yang diambil Yoona

Halaman terakhir buku itu berisi foto dia dan Luhan yang sedang memperlihatkan cincin di tangan mereka

“Bahkan sampai sekarang. Rasa itu tak pernah ada di hatiku,Lu”           

Aku merasakan mataku melebar membaca tulisan tangan Yoona. Benarkah ini tulisan Yoona?Kenapa dia menulis seperti itu? Bukankah mereka saling mencintai satu sama lain? Mereka sepasang kekasih bukan

Detik berikutnya aku tahu, bahwa Yoona benar benar menyembunyikan sesuatu dariku

-u-

Yoona POV

Ruang televise apartemen Sehun semakin hening. Tidak ada suara yang terdengar kecuali film komedi yang ditampilak di layar

Mendadak, aku merasa takut dan panik. Aku memeluk boneka rusaku dan menangis sekeras kerasnya, ingin menumpahkan segala resah yang terpendam. Ingin  berteriak pada semuanya, mengatakan betapa aku lelah harus berpura pura tidak terjadi apa apa

Dengan pikiran itu, aku memakai blazerku terburu buru dan segera bangkit meraih tasku yang tergeletak di lantai. Bermaksud untuk segera angkat kaki dari apartemen ini

Tanpa kusadari, air mata mulai bergulir kee pipi. Aku terisak dan menutupi muka dengan kedua tanganku

Gerakanku terhenti ketika sebuah tangan menggenggam tanganku halus. Dan menarikku untuk kembali duduk di sofa

Tangan yang lembut itu mengusap rambutku. Perlahan, bahkan ujung jarinya hampir tidak menyentuhku. Aku membiarkan Sehun membelai kepalaku sekali, dua kali, membiarkan dia menenangkanku dengan caranya sendiri, tanpa sepatah kata pun

Lalu, Sehun kembali menenggalamkanku dalam pelukan hangatnya. Membiarkanku tersedu di dada bidangnya

-u-

Luhan POV

Aku menatap kosong jalanan Seoul yang padat. Sama sekali tidak tertarik dengan lalu lintas yang cukup ramai untuk kulalui nanti

Pikiranku terfokus pada satu nama

Yoona

Entah mengapa, aku mulai merasakan ketakutan terhadap hubungan Yoona dan Sehun. Hati kecilku mulai meragukan hubungan mereka yang sebatas rekan kerja.

Semenjak keberangkatan mereka ke Jeju, aku merasakan hubungan kaku mereka perlahan mencair. Saat ini lebih terkesan…hangat? Mungkin ini konyol tapi aku menduga ada sesuatu yang terjadi di Jeju sana

Sebenarnya  bukan tanpa alasan aku mencuragai mereka. Aku tahu kadang mata Yoona mengekori sosok Sehun. Pernah sekali dia salah menyebut namaku, saat kami sedang nonton di bioskop beberapa jam setelah kepulangannya dari Jeju, dan saat kupanggil namanya dia menyahut, “Ada apa, Sehun?” Bukan Luhan, tapi Sehun

Tadinya, aku menganggap nya sebuah ketidak sengajaan karena kami memang cukup sering pergi berempat dan kadang kadang Yoona duduk disamping Sehun. Namun bukan hanya itu, namun aku menemukan beberapa potret Sehun di kamera Yoona. Meskipun ada foto Yuri dan aku juga, tetap saja foto Sehun seolah olah menonjol dari ratusan gambar yang diambilnya

Aku mendesah gelisah, aku belum bertemu Yoona sejak tiga hari yang lalu. Dia sangat sibuk dengan urusan kantornya dan aku sibuk dengan desain bangunan baruku

Sehun juga sangat sibuk dengan urusan ini itu yang mengikutinya. Begitu pula dengan Yuri yang kudengar akan mengadakan pagelaran fashion show butiknya

Sambil tetap memandangi padatnya kota Seoul, aku merogoh saku mengambil ponselku dan menekan tombol satu untuk panggilan cepat

Aku menghela nafas kasar setelah beberapa kali panggilan terhadap Yoona tidak diangkat gadis itu

Kualihkan pandanganku dari jalan raya dan beralih ke wallpaper ponselku

Fotoku, Yoona, sehun dan Yuri yang diambil di pertunanganku beberapa hari yang lalu

Yoona tersenyum lebar dan Sehun tersenyum seperti biasanya.Tampak tidak ada yang salah

Tapi entah kenapa hatiku berdenyut gelisah melihat mereka berdua

-u-

Sehun POV

Sedari tadi Yoona tetap sesenggukan di dadaku. Wanita itu tidak berhenti terisak dan mengeluarkan air mata. Membuatku panic karna tidak biasanya aku melihat waanita menangis

Biasanya aku jarang melihat seorang gadis menangis.Aku selalu bingung apa yang harus kulakukan jika ada seorang perempuan menangis di dekatku.Apa yang harus aku katakana untuk menenangkannya? Atau, apakah aku seharusnya membiarkan dia menangis sampai puas?

Akhirnya, ak melakukan apa yang dulu sering dilakukan kakak perempuanku, setiap kali aku menangis karena Appa dan Eomma terlalu sibuk untuk pulang ke rumah. Noona sering memeluk dan membelai kepalaku, mengelusnya lembut hingga aku berhenti menangis. Aku suka belaian itu, membuatku merasa lebih baik setiap kali Noona melakukannya

Setelah beberapa saat, isakan Yoona perlahan menghilang. Dia perlahan menggerakan tubuhnya gelisah dalam dekapanku

“Kau sudah tenang?”tanyaku lembut begitu dia mengangkat wajahnya yang basah oleh air mata

Yoona mengangguk pelan dan menghapus sisa air mata di wajahnya. Aku menatap Yoona yang terlihat lemah. Lebih lemah saat pertama kalinya aku melihat dia menangis di Jeju. Aku tahu dari isakannya tadi, aku tahu bahwa dia benar benar tersiksa dengan keaadaanya. Sangat berbeda jauh dengan yang ditunjukan di depan banyak orang

Yoona tampak begitu kuat, sebenarnya dia serapuh kaca yang perlu dijaga

Aku tersenyum miris. Yoona semakin lama semakin mirip dengan kakakku yang sudah tiada. Kakakku yang menenangkanku saatku menangis. Yang bersorak bersama saat Appa dan Eomma mengajak kami liburan. Kakak yang sangat kusayangi

Noona ku Oh Sehrin meninggal akibat penyakit yang dialaminya saat umurku delapan tahun. Aku ingat aku mengurung diri dikamar setelah pemakaman, tidak makan dan bolos sekolah selama seminggu. Hingga akhirnya aku sadar, noona akan semakin sedih melihatku seperti ini.

Kuputuskan untuk keluar dan menjalani hariku seperti biasa. Aku menerima posisiku sebagai pewaris tunggal Sanwell menggantikan noona. Aku menjalani pendidikan yang selama ini di terima noona sebagai bekal untuk mengurus perusahaan Appa. Pendidikan yang sangat berat dan sulit untuk ukuran anak berusia sebelas tahun. Aku heran bagaimana noona mampu bertahan dengan segala didikan keras Appa terhadapnya

Hingga aku tahu bahwa selama ini Sehrin Noona benar benar tersiksa dengan pendidikan yang diberikan Appa kepadanya. Dia memendam semuanya sendirian, tidak ada yang tahu dibalik senyum nya setiap malam dia menangis dibalik bantal.

Aku juga baru tahu Sehrin Noona begitu menyukai dunia kesehatan dan ingin mendalaminya lebih jauh lagi. Hanya saja karena terbentur statusnya sebagai penerus perusahaan keluargaku dia tidak dapat melanjutkan lebih jauh lagi

Persis

Seperti Sehrin Noona, Yoona juga memiliki mimpi yang tidak bisa diraihnya. Dia tertekan dengan keadaannya sekarang dan ingin bebas. Baru kusadari persamaan tak kasat mata inilah yang membuatku tertarik begitu aku mulai mendalami kepribadian Yoona

Aku tahu seberapa besar kesukaan Yoona terhadap fotografi. Matanya benar benar terlihat begitu lepas saat dia memegang kamera

Dan aku tidak akan membiarkannya begitu saja. Cukup Noonaku yang mengalami nasib buruk, terlalu setres hingga sakit dan meninggal dunia.

Tidak akan kubiarkan

“Sehun” aku menoleh begitu suara serak Yoona memanggilku

“Ya?”

“Terima kasih. Lagi lagi kau yang menenangkanku disaat tak terduga”ucapnya pelan

Tanganku tergerak untuk meraih wajahnya yang kembali dialiri air mata. Kurengkuh wajah nya hati hati seolah olah dia adalah barang mudah pecah, perlahan kuhapus air mata yang mengalir dari matanya

“Kapanpun kau butuh aku Yoona. Kau bisa datang padaku”bisik ku pelan.

Yoona mendongak dan pandangan kami bertemu. Cukup lama kami berpandangan sebelum akhirnya Yoona mengangguk pelan

Aku merasakan sudut bibirku terangkat dan entah mendapat dorongn dari mana, perlahan aku mendekatkan diriku. Mengeliminasi jarak antara aku dengannya

Yoona tetap bergeming dalam posisinya. DIa terdiam dan tidak melakukan apa apa ketika aku bahkan sudah mampu merasakan hembusan nafasnya di wajahku

Aku mengecup bibir Yoona lembut. Cukup lama hingga akhirnya Yoona membuka sedikit mulutnya, menerpa bibirku dengan nafas lembutnya

Tidak membuang waktu, aku segera melumat bibir nya lembut dan tanpa nafsu. Kurasakan Yoona mengerjap ngerjap matanya dan sedetik kemudia mengalungkan tangannya di leherku, membalas ciuman ku

Kami saling melumat satu sama lain, sejenak aku menjauhkan wajahku sedikit. Memberinya jeda untuk mengambil nafas dan kembali melumat bibirnya penuh nafsu. Kueratkan pelukanku ditubuhnya dan tetap mengeksplorasi bibirnya, kugigit bibirnya meminta akses lebih. Membuatnya mengerang menahan sakit dan memberikan jalan untukku memasuki rongga mulutnya.Kuabsen giginya satu persatu dan menautkan lidahku dengan lidahnya, saling berperang lidah dan bertukar saliva, cukup lama kami seperti ini dan harus dilepaskan karena kami membutuhkan udara untuk bernafas.

Untuk waktu yang lama barulah bibir kami terpisah merasakan deru nafasnya yang memburu yang masih memejamkan mata, jemarinya masih berada di leherku dan tanganku masih menahan tengkuk nya. Diangkat wajahnya menatapku dan kembali tatapan kami bertemu, tak ingin membuang waktu kulumat lagi bibir manisnya yang membuatku semakin gila tak terkendali

-u-

Normal POV

Yoona dan Sehun terus berbagi ciuman panas di sofa, kedua insane berbeda gender itu terlihat menikamati penyatuan bibir mereka tanpa berniat melepaskannya

Na na na na na, na na na Love and Girls

Keduanya berjengit begutu ponsel di meja bordering. Dengan berat hati kedua anak manusia itu melepaskan tautan bibir mereka dan menatap satu sama lain

Blush

Sehun membuang muka dan menggigit bibirya canggung. Sedangkan Yoona segera mengambil ponselnya yang terus berbunyi

Dan kemudia Yoona merasakan detak jantungnya berhenti sejenak melihat caller ID

Luhan Oppa Calling

“Ngg…aku pergi dulu Sehun. Annyeong”ucap Yoona terburu buru mengambil barang barangnya secepat kilat dan berlari kecil menuju pintu tanpa membiarkan Sehun menjawab

Di pintu gerakan Yoona terhenti saat memegang gagang pintu, dia menoleh ke belakang dan menatap pria yang baru saja berciuman intens dengannya itu gugup. Dia menghela nafas dan buru buru membuka pintu dan melangkah pergi

Tanpa Yoona ketahui, Sehun mengacak rambutnya frutasi begitu Yoona suah keluar dari apartemennya

“APA YANG KAU LAKUKAN OH SEHUN?”teriaknya seorang diri

TBC

Waduh ._. jalan ceritanya makin serem yak ._. horror beut ._. terus itu lagi aku nyoba nyoba masukin French kiss/?. Sumpah itu gemeter pas nulisnya ._. perlu berlajar banyak rupanya(?)

Dan aku janji cuman chapter ini aja yang ciumannya rada ‘gila’ aku ga berani soalnya ya…kan puasa ._. ini juga begini karna udah dibuat dari sebelum sebelumnya(?) tapi baru di post karena sinyal minta di hajar emang

Oh iya aku mau nanya kalo misalnya ff ini endingnya luyoon atau Yoonhun apakah bakal ada yang tetep mau baca? Aku khawatir kalo endingnya luyoon ada yang gak setuju. Kalo endingnya yoonhun juga entar ga setuju lagi ._. gimana? Aku bingung ._.

Seperti biasa jangan lupa RCL dan see you next chapter guys ‘-‘)/

PS : Karna kita lagi puasa, aku minta maaf ya kalau ada salah salah kata 😀 . selaat menjalankan ibadah puasa bagi yang muslim 😀 Allah Bless You guys J

77 thoughts on “Heart Attack Chapter 8

  1. awalnya aku pngen luhan jdi sma yoona lagian mrreka jga udah tunangan tpi tiap kli ada adegan kiss seyoon aku jdi berharap mreka jdian tpi aku ksihan sma luhan dan yuri argghhhhh mkin tegang>.< cuss otw chap brikut:D

  2. Nah kan Luhan udah mulai ngerasa ada yang janggal. Eh sumpah ya, thor td waktu mereka kissing aku mikir kalo yuri bakalan tiba-tiba masuk terus nemuin mereka yang lg kissing hot benget kek tadi, wah ga kebayang tuh, untungnya sih enggak. hehehe

  3. aku suka sama kata ‘hidup itu penuh emosi’ huhu sebenernya disini semua tersakiti ya thor huhu biar seru lagi aku next baca ya. Hihi

  4. well done banget ^^ ayo thor ngaku! pasti ada bagian yg ngambil cerita dari novel “Remember When” :p i think that i’m similar with this story. and my feelin’ is right 🙂 thought that this ff similar with remember when kekekekek^^

  5. Waaa sehun sama yoona aja sih tapi kasian juga ya yurinya -_-
    Udh yuri sama luhan aja hehe

    Soalnya yoona kalo sama sehun selalu bahagia 🙂

  6. yoonhun semakin lama semakin kuat perasaan mereka, jgn ada deh halangan buat mereka,
    luhan jgn ikutan jealous kayak yuri dong,

  7. kyaaa… YoonHun french kissan di apartemen Sehun (o_o;), kalo aja gak da dering hp yg mengganggu, bisa2 mereka melakukan lbh *mikir yadong* jd ikut dilema antara LuYoon ato YoonHun, tp kalo disuruh milih 1, dgn berat hati sy milih YoonHun…

  8. Sayang bangat aku baca ff ini past udah end, jadi ga bsa ikut poting…:I

    berdo’a dr sekarang semoga akhirnya yoonhun…amien

Comment, please?