[Freelance] Incise (Part One)

Incise
[Freelance] Incise (Part One)
By: luckygirl
Im Yoona – Kris Wu – Kim Jongin
Other cast : Find by yourself
Drama – Family
 

 
*Author point of view*
 
Lelaki manis dan berkulit tan itu melihat seorang gadis yang baru saja memasuki kawasan rumah mereka. Setiap hari dia harus melihat gadis itu memakai baju yang tak sesuai dengan seorang wanita. Celana jeans yang bolong di bagian lutut dan kemeja yang sepertinya terlihat kebesaran.
 
“Kenapa kau baru pulang?” Dia berkacak pinggang agar si gadis ini takut padanya.
Bukannya menjawab, gadis itu hanya menatap dia sinis. Melihat gadis ini menghiraukan pertanyaanya, dia hanya tersenyum.
 
“Apakah kau masih melakukan pekerjaan kotor itu?” pancing sang lelaki. Karena biasanya Yoona akan menjawab apa yang membuatnya emosi.
 
“Apakah pekerjaanmu tidak seseru pekerjaanku?” Yoona hanya membalas pertanyaannya dengan pertanyaan lagi. Kini Yoona menghampirinya yang berdiri di depan pintu dapur. Mereka berdua berhadap-hadapan dengan pikiran masing-masing.
 
Sebelum mejawab pertanyaan Yoona, lelaki itu menyenderkan tubuhnya di dinding rumah itu. “Ani, pekerjaanku jauh lebih seru dan menguntungkan.” Jawabnya, menekankan kata menguntungkan di akhir kalimat itu.
 
Yoona tertawa hambar “Kalau begitu, kau urusi saja pekerjaanmu itu. Jangan mengurusiku, kau sudah tahukan peraturannya?” Yoona menatap dia tajam sedangkan lelaki itu hanya acuh karena Yoona sudah biasa seperti ini.
 
“Baiklah” Dia mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah.
 
“Kau boleh masuk kamarmu setelah kau makan makanan itu” lanjutnya lalu menunjuk kearah meja dapur. Rupanya dia memasak untuk Yoona, tapi gadis itu hanya menggeleng dan berjalan.
 
“Aku tak mau memakan makanan yang dibeli oleh uangmu” Tanpa menatapnya, Yoona berjalan menuju kamar mereka.
 
“Ddrrtt… ddrrttt” Lelaki itu menghampiri ponselnya yang bergetar diatas meja dapur.
 
“Halo, Kim Jongin. Cepat kau ke Café Rotte sekarang. Aku punya pekerjaan baru untukmu!” sahut  seorang pria di sebrang telpon sana.
 
“Bagaimana bayarannya?” Tanya Jongin antusias
 
“Menguntungkan!”
 
 
 
 
**
 
 
 
“Kau harus dekati seorang gadis, buat dia menyukaimu dan percaya sepenuhnya padamu. Lalu setelah itu kau tinggalkan dia. Intinya, buat hidupnya hancur!” Kris tersenyum sinis pada Jongin yang ada di depannya.
 
“Mengapa harus aku? Bukan kau saja?” Jongin masih menatap Kris ini aneh.
 
“Aku tak bisa. Aku punya seseorang yang aku sukai. Dan aku tak mau jika—“
 
“Kau takut jatuh cinta pada gadis itu?” Jongin terkekeh dengan pernyataannya sendiri.
Kris memukul kepala temannya itu. Tanda dia tak setuju.
 
“Ckck, bukan itu. Aku hanya tak mau jika mengurusi hal tak berguna.” Kris mengaduk-aduk capuccinonya yang sudah dingin.
 
“Bukankah appamu bilang harus kau sendiri yang melakukannya?” Selidik Jongin.
 
“Ne, aku hanya mengatakan ‘ya’ saja, tapi kau yang melakukannya hahah—uhhkk-huukksh” Jongin hanya menatap aneh teman di depannya. Karena Kris sekarang sedang mempermalukan dirinya sendiri yaitu tersedak karena tertawa.
 
“Arraseo, arraseo.” Jawab Jongin sambil memukul-mukul punggung Kris.
 
“Aku akan membantumu.”
 
“Daebak!!! Sebelum itu kau harus baca data-data tentang gadis itu. Aish, bukan data-data sebenarnya. Disana hanya tertera namanya, tanggal lahirnya dan nama orang tuanya. Juga fotonya” Kris mengambil sebuah map yang ada di dalam tasnya lalu dia berikan kepada Jongin.
 
“Mengapa appamu ingin melakukan hal ini?” Jongin bertanya sebelum dia membuka map itu.
 
“Dia hanya mengatakan balas dendam” Kris mengangkat bahunya tanda dia masih belum yakin.
 
“Oh” Jongin lalu membuka map yang diberikan Kris tadi. Selama beberapa detik dia terdiam memperhatikan foto seorang gadis yang ada di dalam map itu.
 
“Jadi gadis ini…..” Jongin menggantung kalimatnya.
 
“Ya” jawab Kris.
 
Jongin tersenyum dan melihat wajah Kris yang penasaran dengan arti senyumannya.
 
“Berapa yang ingin kau berikan padaku?” Jongin menutup map itu dan menaruhnya di dalam tas hitam di sebelahnya.
 
“Kau tahu? Jika misi ini berhasil ayahku akan memberi seluruh harta warisannya padaku.” Kris membanggakan diri.
 
“Hahahahah, kau lucu sekali hahahaha” Jongin tertawa sambil menepuk tangannya.
Kris melihat Jongin seperti itu malah mendecak sebal. Dia kira pernyataannya barusan itu hanya omongan belaka.
 
“Tanpa melakukan misi inipun appamu pasti memberikanmu seluruh harta warisannya. Kau kan anak tunggal. Ckck” ucap Jongin di sela tawanya. Mendengar hal itu dari mulut Jongin, Kris pun menjitak kepala Jongin. Lagi.
 
“Auwh, appo” Jongin mengelus-ngelus kepalanya yang lemah itu.
 
“Kau ini, appaku bilang jika aku tak berhasil dengan misi ini. Dia akan mengusirku, sama seperti dia mengusir umma ku dulu.”
 
Kris melayangkan ingatannya dulu saat ayahnya mengatakan bahwa ummanya telah di usir oleh appanya sendiri. Dia sama sekali tak ingat kejadian itu karena dia masih berusia 4 tahun saat itu. Appanya hanya menceritakannya saja. Dan tak menjelaskan apa alasannya.
 
“Baiklah, jadi berapa?” lanjut Jongin.
 
“Lebih dari apa yang kau minta.”  Melihat sorot mata keseriusan dari Kris. Jongin menggangguk.
 
 
**
 
 
*Yoona Point of View*
                                    
“Aku lapaaaar!!!” aku merenggangkan tubuhku yang pegal-pegal ini. Beginilah jika tinggal seorang diri di dalam rumah ini. Tidak ada yang ku suruh untuk memijatku. Oh ya, aku melupakan Jongin. Tapi enak saja jika dia menyentuhku.
 
“Sudahku bilang makan saja makanan yang ada di dapur itu.” Jongin mendudukkan tubuhnya di sebelahku. Sejak kapan orang ini sudah ada di rumah. Bukankah dia barusan pergi?
 
“Aku baru saja datang” Aku menatap dia yang berani-beraninya bisa membaca pikiranku. Dan apa? Aku harus memakan makanan yang dia beli pakai uang dia sendiri. ANDWEE! Tidak mau dan tidak akan.
 
“Aww, yak! Kenapa kau menoyor kepalaku Kim Jongin!” aku mengelus jidatku dan tak lupa menghapus jejak tangannya yang tercetak di salah satu tubuhku ini.
 
“Tak usah menatapku seperti itu. Kau bisa menyukaiku nantinya” percaya diri sekali laki-laki ini. Aku lalu menghela napas malas.
 
“Aku tak mau mengambil resiko jika memakan makanan yang dibeli oleh uangmu.” Ucapku sarkastik.
“Yaa.. kalau begitu beli sesuatu pakai uangmu” ucapnya sambil menyalakan televisi.
 
“Aku tak punya uang sepeserpun.” Ucapku sedih. Kini remote yang ada di samping tubuhnya aku ambil. Enak saja, ini jadwalku memakai televisi.
 
“Waw, bukan kah kau sendiri yang membanggakan ‘pekerjaanmu itu’?” tanyanya sambil tertawa.
 
“Aku tak mau melakukan ‘pekerjaan itu’ lagi. Tadi aku hampir saja di bawa ke kantor polisi” ucapku mengingat kejadian tadi siang.
 
“Sudah berapa kali kau mengatakan kau tak mau melakukan itu lagi. Dan sudah ku duga pula jika matamu seperti monster sepulang dari ‘pekerjaan itu’ kau pasti habis menangis karena takut dengan polisi,ckck.” Jongin mencari-cari remote yang tadi ku ambil sepertinya. Sampai-sampai kini dia sudah ada di kolong meja karena tak menemukan itu.
 
Saat dia masih di kolong meja. Segera ku ganti channelnya ke drama korea kesukaanku. Mungkin karena dia mendengar suara backsound tv itu berubah, dia segera mengangkat kepalanya tapi alhasil kepalanya terjedot meja. Haha, melihat kejadian itu aku hanya tertawa terpingkal-pingkal.
 
Saat ini Jongin mengelus-ngelus kepalanya yang mungkin memang sakit. Karena aku tadi sempat mendengar suara ‘pletak’. Mianhae, Jongin. Tapi aku tak mau menyebutnya secara langsung.
 
“Yak!! Kau seharusnya bilang jika remote itu berada di tanganmu.” Dia masih mengelus-ngelus kepalanya sedangkan aku menatap kearah tv secara serius.
 
“Kembalikan remotenya!” Jongin menengadahkan tangannya meminta remotenya padaku. Aku menatapnya sekilas tapi mataku kembali menatap kearah tv.
 
“Ani, ini jadwalku.” Aku menggeleng dan mengatakannya dengan santai tanpa memperhatikannya.
 
“Kembalikan!” Suaranya terdengar dekat di telingaku. Saat aku membalikkan kepalaku ingin menghadapnya ternyata dia sudah ada di sampingku bukan lebih tepatnya dekat sekali denganku.
 
“Jangan mendekat” ucapku kepadanya sambil menyilangkan tanganku membuat bentuk silang. Dan dia tidak menghiraukannya.
 
“Sinikan remotenya!” tangannya berada di tanganku yang memegang remote. Omo, tanganku dan tangannya menyatu. Apa-apaan ini!
 
“Andwee, singkirkan tanganmu yak Kim Jongin. Atau ku tendang kelemahanmu?!!” aku dan Jongin sekarang sedang tarik menarik remote.
 
“Aku perlu remote itu sekarang karena pertandingan bola sudah dimulai. Yak Im Yoona!!” aku tak peduli dengan ucapannya. Yang terpenting remote itu harus ada di tanganku.
 
“Eh—“ aku dan Jongin terjatuh di sofa. Ya Tuhan, dia ada diatasku. Apa-apaan ini!! Ini tak boleh terjadi.  Tapi, omo! mengapa matanya sebagus itu? Mengapa jantungku berdetak kencang? Belum sempat aku mengatakan semua yang ada di pikiranku. Perkataan dia sudah keluar lebih dahulu.
 
“Sudah ku bilang, jika menatapku seperti itu kau akan menyukai ku, Im Yoona” Jongin tersenyum masih menatapku dengan posisi seperti ini.
 
Aku mendorong Jongin dan kepalanya terbentur lagi dengan meja. Tapi aku tak peduli hal itu. “Kim Jongin, kau sudah berani-beraninya menyentuhku. Kau lupa peraturannya hah??” ucapku marah. Emosiku masih memuncak, tapi drama kesukaanku sudah mulai dari iklan. Jadi ku pendam dulu kemarahanku dan akan ku lanjutkan jika iklan lagi.
 
“——- sama saja jika sudah menonton dramanya si Seohyun itu. Apa serunya sampai-sampai kalian menyukainya? Ahhh, pertandingan bola sampai jumpa nanti….”
 
Sejujurnya aku tadi tak mendengar apa yang dari awal Jongin ocehkan. Tapi  karena dia daritadi tak berhenti mengoceh aku melempar bantal kearahnya.
 
“Tutup mulutmu. Kau mengganggung konsentrasiku.” Ucapku tajam kearahnya dan dia hanya mengangguk.
 
Oh, betapa menakjubkan sekali Seohyun. Wajah cantiknya, aktingnya yang bagus dan orang-orang menyukainya. Ya Tuhan, kapan aku seperti itu?
 
“Ah, iklan, ck” malas sekali jika sudah menunggu iklan.
 
“Apakah kau mau pekerjaan?” Aku menatap Jongin yang sedang melahap mie ramen. Sejak kapan dia makan itu?
 
“Apa maksudmu?”
 
“Aku ingin memberimu sebuah pekerjaan di kantor tempatku bekerja. Gajinya lumayan. Jika kau mau aku bisa membuatmu masuk sana. Dan jika kau tak mau, tak masalah buatku.”
 
Jongin melanjutkan memakan mie ramen instannya. Sedangkan aku berpikir tentang apa yang dia bicarakan. Jika aku tak mendapat uang dari mana aku makan. Melaksanakan ‘pekerjaan itu’ juga tak menjamin. Paling-paling aku hanya memakan mie ramen dan membuat sup rumput laut. Melaksanakan ‘pekerjaan itu’ juga membuatku menangis setiap hari karena takut akan dosa dan di tangkap polisi. Tapi jika aku mengambilnya, ah—.
 
“Baiklah, aku mau.” Ucapku serius.
 
“Setiap bantuan dariku selalu ada syaratnya.” Aku memutar mataku karena sudah tahu bantuan dari dia tak ada gratisnya. Makanya aku malas memakan makanan yang di beli olehnya.
 
“Disana kita anggap kita tak saling mengenal sebelum perkenalan berlangsung, dan kau tidak boleh berbicara seenak-enaknya padaku. Juga kau harus selalu menuruti semua perintahku.” Jongin menunjuk-nunjuk jari telunjuknya.
Sombong sekali dia, memang siapa dia berani-beraninya menyuruhku seperti itu. Lagipula itu bukan kantornya sendiri.
 
“Karena aku adalah atasanmu disana.” Jongin tersenyum miring meremehkanku. Ini tak akan berjalan bagus.
 
**
 
*Kris point of view*
 
Lalu dia bilang ingin bekerja di kantormu” ucap Jongin. Aku hanya mengganguk-ngangguk tanda mengerti.
 
“Mudah sekali kau baru bertemu dengannya sudah seperti itu” aku terkekeh mendengar cerita Jongin daritadi.
 
Asal kau tahu, waktu aku menghampirinya di pinggir jalan. Dia hanya menatapku dari bawah kaki sampai atas kepala. Mungkin dia baru melihat lelaki tampan sepertiku. Hahaha”  aku ikut tertawa karena membayangkan bagaimana Yoona melihat Jongin. Ah, dia tak tahu bahwa aku lebih tampan dari Jongin.
 
Apa yang kau lakukan sampai-sampai dia mau bekerja di tempatku?” jawabku sambil mengotak atik ponselku yang satunya.
Aish, kan sudah ku katakan padamu bahwa aku mengiming-iminginya gaji yang besar daripada menjadi copet. Memangnya kau sedang apa sampai tak menghiraukan ocehanku daritadi?” Kesal Jongin.
 
“Ahaha, mian mian, aku sedang berchat ria dengan Seohyun” Jongin hanya menghela napas di sebrang telepon sana.
 
Sudah ku duga. Selalu seperti ini
 
TBC
 
Annyeong!! makasih untuk semua yang udah feedback sama prolognya kemarin. Di part pertama ini kalian udah ngerti belum jalan ceritanya? Ini memang masih awal perkenalannya kok. Jadi sama sekali belum ada klimaksnya. Rencananya cerita ini gak sampai 5 part. Tapi siapa yang tahu, hehe. Aku masih belajar buat ff, jadi aku perlu banget saran dari kalian. Sekali lagi, makasih yang udah mau feedback. 🙂

18 thoughts on “[Freelance] Incise (Part One)

  1. Masih blm ngerti.. tapi lumayan bagus, mungkin chapt selanjutnya bisa mulai paham.
    Tapi si kai ma yoona ni hubungannya apa? Suami istri bukan sih? Trus hub kris ma yoona apa? Bls dendam apa? Oke bnyak yang hrus di lihat di chapt brkutnya. Next thor..

  2. Aku gak ngerti sama ceritanya
    Jadi si jongin kenal yoona gara2 disuru kris?
    Lah kok kayak udah akrab gitu
    Tapi bagus kok
    Next chapt ditunggu yaa

  3. kyk’a kai suka sama yoona…trz kris suka sama seohyun,,,yoona nanti suka sama kris atw kai yach…
    yoona jadi copet trz bisa kenal kai darimana yach??Jadi penasaran..

Comment, please?