(Freelance) That Girl (Chapter 2)

that-girl

That Girl.

ohmiyeon presented//GG’s Im Yoona-EXO’s Oh Sehun//Chapter Two//Rating 18+

When no one care about me, you come

.

“Percuma.”

“Hah?”

“Percuma. Sejauh apapun kau berjuang, sejauh apapun kau melangkah… Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan hatinya, Oh Sehun.”

.

So, start now, that’s the reason why i want her.”

.

“Kau sungguh merepotkanku. Aku yakin kau tahu itu.”

Yoona mendengus pelan dan tetap memakan potongan-potongan pizza yang tersaji dihadapannya. Mengabaikan seorang Park Chanyeol berceloteh kesal kepadanya.

“Yak! Im Yoona! Apa kau tidak mendengarkanku?”

“Aku mendengarkanmu pun tidak ada gunanya.”decak Yoona sebal.

“Benar. Seharusnya aku marah pada Tiffany. Bukan kau.”sesal Chanyeol. “Tiffany benar-benar tidak tahu diri! Karenanya aku harus menemanimu disamping kesibukanku dengan data Club dan ak…”

“Shut up, Channie! Kau seperti menginginkanku mati muda mendengar celotehanmu yang tidak akan berujung.”

Chanyeol mendengus sebal dan mengerucutkan bibirnya.

“Arrachi, Mianata. Yah, sebenarnya seorang Park Chanyeol selalu bersedia selama dua puluh empat jam untuk seorang Im Yoona.”

Yoona tersenyum senang dan mencubit kedua pipi Chanyeol gemas. Ia bangkit dari bangku nya dan menarik tangan Chanyeol dengan cepat.

“Kalau begitu, mari kita bersenang-senang dengan dua juta won semalam.”

.

“Jadi?”

Sehun mengerutkan dahi dan mengedikkan bahunya. Dengan santai ia membuka kulkas apartemen Jongin dan mengambil satu botol vodka.

“Aku serius, Oh Sen.”gerutu Luhan dengan tangan terlipat didepan dada bidangnya.

Sehun mendengus dan membuka vodkanya. Ia menuangkannya digelas hingga penuh dan menegaknya tanpa sisa.

“Aku lebih serius bahwa aku tidak mengerti apa yang sedang kalian bicarakan.”

“About last night.”sahut Baekhyun yang tiba-tiba keluar dari kamar Jongin dan merebahkan dirinya di sofa panjang milik Jongin.

“Geez.”dengus Sehun. Ia memutarkan bola matanya malas.

“Kau benar bercinta dengan Yoona, Oh Sehun?”tanya Jongin sambil memainkan PSPnya.

“Ya.”

“What the hell are you doing?!”bentak Luhan kesal. Walaupun Yoona adalah seorang ‘Wanita Malam’, tetap saja. Yoona adalah seperti sosok adik untuk Luhan. Maka ia berusaha menjauhkan temannya dari Yoona agar mereka tidak memakai Yoona.

Sehun hanya mengedikkan bahu dan memainkan ponselnya. Kepalanya sudah sangat sakit mendengarkan pertanyaan-pertanyaan yang menurutnya bahkan sama-sekali-tidak-bermutu. Tidakkah ada pertanyaan lain yang dapat orang-orang menyebalkan itu tanyakan?

“Mau bagaimana lagi, Hyung?”cibir Jongin acuh.

Luhan hanya menggelengkan kepalanya dan mendudukan dirinya di samping Kris yang tengah serius menonton Televisi. Jelas saja Kris sangat serius. Channel yang ia tonton sedang menunjukkan Running Man. Acara favoritenya dan Tao. Keduanya tidak akan pernah tertinggal acara tersebut.

“Lagipula, kenapa sikapmu terlalu over sih, Hyung?”

Luhan menghela nafas panjang dan menatap Baekhyun malas, “Yoona sudah seperti adikku. Aku menyayanginya dan kalian tidak tahu itu.”

“Walaupun ia seorang… pelacur?”

“Jangan pernah menyebutnya seperti itu, Baek!”bentak Luhan marah. Kemudian tatapannya teralih kepada Sehun yang masih memainkan ponselnya, “Kau sudah sangat dewasa rupanya?”

Sehun mengangkat kepalanya membalas tatapan Luhan. Ia melengos kesal dan bangkit dari duduknya. Botol vodka yang tinggal setengah ia habiskan dengan tiga kali tegak.

“Aku menyukainya, hyung.”

Luhan tertawa kencang dan menatap Sehun sinis, “Bagus kalau begitu. Ku anggap itu lelucon, Sehun.”

Rahang Sehun mengeras menandakan ia sedang kesal. Tetapi, ia hanya memilih diam dan mengambil jaket hitamnya. Dengan cepat ia membuka pintu apartement tersebut dan meninggalkan teman-temannya dengan bantingan keras pada pintu.

.

Ketika Pintu Club terbuka, bunyi lagu yang tengah diputar menyeruak memasuki telinga Yoona dan Chanyeol yang baru saja tiba dari kegiatan yang biasa mereka lakukan. Apa? Ya, tentu saja kegiatan menghambur-hamburkan uang. Uang ‘bayaran’, tepatnya.

“Kau tidak menjaga bar? Terlihat sangat ramai.”

Pria jangkung itu mengalihkan tatapannya menuju sudut ruangan. Tampak Bar yang biasa ia jaga sangat penuh oleh orang-orang yang tengah bercengkrama, melantur, berciuman, atau apalah. Chanyeol tidak peduli dan rasanya sangat malas untuk melayani orang-orang pemabuk tersebut. Bahkan untuk berjalan saja ia tidak ingin.

“Aku malas, Yoong.”desah Chanyeol sambil memutarkan kedua bola matanya.

Yoona hanya mendengus dan berjalan menuju bar yang lebih sepi. Chanyeol hanya mengekorinya dan masuk ke dalam bar untuk melayani Yoona yang pasti akan memesan banyak jenis minuman.

“Bourbon satu, Cocktail satu, Agasshi.”

Benar saja. Chanyeol hanya menghela nafas dan mengambilkan pesanan Yoona. Ia mengambil dua gelas yang terletak tepat diatas kepalanya dan meletakkannya dihadapan Yoona.

“Silahkan dinikmati, Nona Im.”

.

Layar ponsel Sehun masih setia menyala dengan tampilan Messages beserta nama Yoona tertera disitu. Ia terlalu ragu untuk mengirim pesan pada wanita tersebut. Walau hanya dua kata dan satu tanda tanya.

Nomor Yoona ia dapatkan ketika malam mereka bercinta dengan ganasnya kemarin malam. Tentu saja Yoona tidak tahu. Atau bahkan tidak akan pernah mau tahu.

‘Kau dimana?’

Jari telunjuk Sehun mengarah pada tombol ‘Send’ pada layar ponselnya. Ia menggelengkan kepalanya dan menarik tangannya kembali.

Beberapa saat, otak Sehun berfikir untuk mengirimkan pesan tersebut atau tidak. Ia hanya menghela nafas dan akhirnya memilih menekan tombol ‘Send’ dengan hati berdebar-debar.

Successfully send.

Sehun menghela nafasnya lega. Tapi hanya lega beberapa saat. Setelah itu hatinya kembali berdebar-debar menunggu balasan sang-pujaan-hati.

1 menit.

3 menit.

5 menit.

10 menit.

20 menit.

30 menit.

“Aish. Benar-benar tidak meng –“

Ponsel Sehun bergetar dan menandakan adanya pesan masuk. Tangan besarnya itu dengan cepat menggeser layar ponselnya untuk melihat siapa yang mengirimkannya pesan.

Dan benar saja.

Received 21.30
27 May 2014, Wednesday

Kau siapa?

From: Im Yoona.

Sehun membesarkan matanya melihat balasan Yoona. Setengah jam ia menyia-nyiakan waktunya demi balasan seorang Im Yoona dengan gelisah. Dan sekarang, balasannya hanya seperti itu?
Oh Tuhan, Sehun ingin mengubur dirinya dalam-dalam sekarang juga.

Tanpa membalas pesan singkat-padat-dan-jelas dari Yoona, Sehun bangkit dari ranjangnya dan menyambar jaket hitamnya. Tak lupa akan dompet tebalnya yang dimasukkan kedalam kantong celananya.

Sehun mengeluari pintu apartement nya dan segera memasuki lift menuju basement. Ia memasuki mobilnya yang berada di valey tepat didepan lift. Tanpa menunggu lama, Sehun menyalakan mesin dan mengegasnya cepat menuju tempat yang sekarang berada difikirannya.

.

.

Chanyeol dengan setia menemani Yoona yang masih saja berkutat dengan minuman-minumannya. Beberapa kali ia menghela nafas kesal melihat Yoona.

Tiba-tiba, seorang pelayan Club mendatangi Chanyeol dan membisikkannya sesuatu. Ia hanya mengangguk dan menyuruh pelayan tersebut pergi.

“Yoong.”

“Hmm?”

“Kau belum mabuk, bukan?”

Yoona mengerutkan dahinya dan menggeleng. “Sejak kapan hanya dengan tiga botol cocktail dan bourborn aku bisa mabuk, Park Chanyeol?”

“Kalau begitu, bantu aku ya?”rayu Chanyeol dengan wajah memelas andalannya jika sedang ingin memaksa Yoona untuk melakukan sesuatu. Yoona paling tidak bisa melihat wajah Chanyeol yang seperti ini. Seperti bayi besar.

“Aish. Aku akan membantumu tapi tolonglah singkirkan wajah itu. Tampangmu itu membuatku ingin memakanmu, Channie.”decak Yoona sebal.

Chanyeol tersenyum puas, “Gantikan Hyunwoo untuk malam ini.”

“Mwo?! Tidak. Aku tidak bisa.”tolak Yoona dengan cepat.

“Ayolah, Yoong. Hanya kau satu-satunya yang bisa menggantikan Hyunwoo.”rengek Chanyeol dengan wajah yang sama seperti pertama ia memohon pada Yoona tadi.

“Aish, Park Chanyeol tap–.. Baiklah.”dengus Yoona. “Lagi pula, kemana sih Dj bodoh itu? Bukankah tadi dia ada ditempatnya? Benar-benar merepotkan.”

Chanyeol memutar bola matanya kesal, “Hyunwoo ada urusan mendadak. Ia harus pergi sekarang juga. Cepat gantikan dia.”

Dengan malas, Yoona bangkit dari bangkunya dan meninggalkan Chanyeol menuju panggung yang berada di tengah-tengah club dengan peralatan Dj lengkap diatasnya.

“Malam ini aku akan menggantikan Hyunwoo si Dj bodoh itu.”kata Yoona dengan pengeras suara. “So, aku akan menemani kalian sepanjang malam.”

Suara Yoona disambut dengan tepuk tangan dan sorak riuh dari pengunjung Club yang semakin malam semakin ramai.

Yoona memakai headsetnya dan mengambil posisi yang nyaman untuk bermain dengan peralatan-peralatan konyol itu. Ia juga menyiapkan lagu-lagu yang akan dimainkannya.

Setelah semuanya siap, Yoona mengarahkan tangannya pada tombol ‘Play’ dan tombol ‘Fire’. Ditekannya kedua tombol tersebut bersamaan. Percikan api dan asap mengepul diudara (bayangin konser-konser gitu), lagu Showtex bergema disetiap sudut ruangan Club tersebut.

“Dance like its the last night, guys!”

.

Sehun memarkirkan mobilnya ditempat terdekat dengan pintu masuk Club yang ia datangi kemarin malam dengan teman-temanya. Dan tentunya Club dimana ia bisa bertemu dengan Yoona dan bercinta dengannya.

Sebelum turun, Sehun melepas jaket hitamnya. Ia tampak sangat tampan dan keren dengan penampilan seperti ini. Kaus putih polos dengan celana panjang hitam. Menurutnya sudah cukup menarik wanita manapun jatuh dalam pesonanya.

Kaki jenjang Sehun melangkah memasuki pintu Club. Suara bising menyeruak ke telinganya secara berebut. Ia melihat keadaan Club yang jauh lebih ramai dari biasa ia datang. Walau pada hari biasapun sudah bisa disebut sangat ramai.

Sehun berjalan menuju bar yang berada di sudut ruangan. Tempat dimana Chanyeol berada dengan botol-botol beer yang tersusun mengelilinginya.

“Dimana Yoona?”tanyanya to the point.

Orang yang ia tanyakan tidak menggubris pertanyaannya sama sekali dan justru memfokuskan matanya ke tengah panggung.

“Baru kali ini Rise Club memakai Dj wanita.”

Sehun menoleh ke asal suara. Tampak dua laki-laki yang mungkin seumurannya sedang mengobrol dan mata keduanya menatap ke arah yang sama dengan Chanyeol. Mata Sehun mengikuti arah pandang ketiganya. Dan berhenti tepat ditengah-tengah Dance Floor.

Diatas Panggung yang megah tersebut terdapat Im Yoona dengan tubuh indahnya melompat-lompat sesuai irama seperti pengunjung Club yang lain.

Sehun tersenyum miring dan berjalan menuju atas panggung.

“Boleh request, Nona?”

Yoona hanya mengangguk tanpa menoleh ke arah Sehun. Tangannya sibuk memainkan peralatan Dj dihadapannya.

“Tidur denganku malam ini.”bisik Sehun yang tentu saja terdengar Yoona.

Sesuai dugaan Sehun, Yoona menoleh kearahnya dengan cepat. Tapi lain dengan reaksinya, Yoona mengerutkan dahinya bingung dan menatap Sehun dengan tatapan kau-gila-ya-aku-sedang-sibuk.

“Baiklah, Nona. Aku mengerti. Putarkan Rip Off untukku dan temui aku di bar tempat Chanyeol berada setelah tugasmu selesai.”

.

.

“Ada urusan sehingga kau membawaku kemari?”

Sehun menoleh dengan cepat ke sumber suara. Yoona berdiri dengan segelas beer ditangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya terlipat di depan dadanya.

“Ah… aku hanya ingin bertemu denganmu, Nona.”

Yoona hanya mengangguk-ngangguk dan mendudukan dirinya dihadapan Sehun.

“Apakah kita pernah kenal sebelumnya? Sampai kau mengajakku bertemu dijam kerja ku.”tanya Yoona dengan raut wajah bingung.

Hati Sehun mencelos mendengar perkataan Yoona. Wanita ini benar-benar sama sekali tidak mengingatnya. Bahkan Sehun pun masih ingat dengan jelas bagaimana mereka bercinta. Bibir manis Yoona, tubuh indahnya, dan desahannya yang memenuhi apartemen Sehun.

“Ya, kurasa begitu.”jawab Sehun malas.

Yoona menatap wajah Sehun cukup lama dan tiba-tiba ia menjentikkan jari lentiknya.

“Ah! Aku ingat. Kau Tuan Oh dua hari yang lalu. Benar, bukan?”tebak Yoona.

Sorak sorai bergemuruh didada Sehun. Rasa senang itu datang ketika Yoona mengingatnya. Padahal, ia kira Yoona benar-benar lupa keseluruhannya. Termasuk ‘miliknya’ pada malam itu.

“Tepat sekali, Im Yoona.”

“Ada apa, Oh Sehun-ssi?”

Sehun menimbang-nimbang hatinya untuk berbicara keinginannya pada saat itu. Tujuan utamanya saat bertemu Yoona. Apakah ia harus berbicara begitu saja pada Yoona bahwa ia ingin melakukan ‘hal’ tersebut kembali? Apakah itu tidak memalukan untuknya? Sehun bisa gila.

“Ah –..”

“Lagi?”

“Ya. Tentu saja.”

“Dengan senang hati. Asal kau siapkan uang sewa mu.”

“Bukan hal besar.”

.

“Untuk beberapa saat ini bisakah kita menetap di Club dulu?”tanya Yoona.

Kondisinya sangat-sangat menggoda iman Sehun. Bagaimana tidak? Dalam keadaan mabuk seperti ini, Yoona berkali-kali lipat lebih seksi dari sebelumnya. Ingin rasanya tangan Sehun segera menggerayangi tubuh dihadapannya sekarang juga.

Tanpa membalas perkataan Yoona, bibir Sehun melumat bibir pink Yoona dengan ganas. Dengan tidak sabar, ia menggigit bibir Yoona hingga terbuka dan memainkan lidah didalam mulut Yoona. Sesekali bibirnya mengesap bibir Yoona dan menukarkan saliva.

Posisi mereka kini Sehun berada di atas dan Yoona dibawah. Tepatnya di sofa Club tersebut.
Tidak ingin terangsang lebih jauh dan melakukannya disitu, Sehun mengakhirinya dengan menjilat-jilat leher jenjang dan menggoda milik Yoona dan menggigitnya dengan keras. Sehingga meninggalkan tanda kissmark. Tanda bahwa malam itu Im Yoona hanya miliknya.

.

Sehun menggendong Yoona menuju kamarnya dengan gaya bridal. Selama itu juga Sehun dan Yoona tidak melepaskan ciuman panas mereka. Sehun terus saja melumat dengan ganas bibir Yoona yang terasa sangat manis untuknya. Ia meninggalkan semakin banyak tanda kissmark di leher dan dada Yoona yang terlihat saat ia menggendongnya.

Dengan perlahan Sehun meletakkan Yoona diranjang. Ia menindih Yoona tetap dengan ciumannya. Tangannya mulai memasuki kaus tipis Yoona dan meraba-raba payudara Yoona yang menggoda. Tangan kanannya meremas kedua payudara Yoona bergantian, tangan kirinya berusaha mencari pengait bra Yoona.

Ketika menemukan pengait bra yang menurutnya sangat mengganggu aktivitas senam tangannya (?) Sehun segera melepaskan dengan paksa bra Yoona dan merobek kaus tipis Yoona.

Kini kedua payudara Yoona tergantung bebas dihadapan Sehun yang tengah menatapnya dengan wajah kelaparan. Bibir tipis Sehun kini beralih pada gundukan kembar tersebut. Dijilatnya kedua payudara Yoona secara bergantian hingga puting kemerahan Yoona mengeras.

“Ahh.. Sehunahh..”

Mendengar Yoona mendesahkan namanya, Sehun semakin cepat mengulum payudara kiri Yoona dengan penuh nafsu. Sedangkan tangan kanannya meremas payudara kanan Yoona, tangan kiri Sehun mulai memasuki celana Yoona.

Dirasakannya vagina Yoona sudah basah karena aksinya. Dengan cepat, Sehun membuka celana panjang beserta boksernya. Miliknya menjulang tegak sudah siap dimanjakan. Oleh Yoona.

.

Yoona terbangun dari tidurnya dan merasakan kepalanya berdenyut-denyut. Ia menyipitkan matanya begitu sinar matahari berebut untuk menyinarinya.

Tangannya menyibak selimut dan mendapatkan tubuhnya sudah menggunakan kaus abu-abu dan hotpants putih. Berbeda dengan pakaiannya semalam.

Kaki jenjangnya melangkah keluar kamar yang entah siapa pemiliknya. Ia mendapatkan sosok Sehun sedang menonton Televisi dengan secangkir kopi di tangannya.

“Se –…”

“Sehun.”

“Ya, itu dia. Bisa kau siapkan uang sewa mu dan antarkan aku pulang? Aku semalam pun tidak membawa mobil.”mohon Yoona dengan wajah memelas.

Tanpa menjawab perkataan Yoona, Sehun memasuki kamarnya dan kembali dengan amplop tebal ditangannya. Ia letakkan amplop tersebut dengan bantingan di meja yang dekat dengan Yoona sekarang.

“Aku tunggu di basement lima menit dari sekarang.”

Sehun mengeluari apartemennya dan meninggalkan Yoona seorang diri dengan pintu yang terbanting cukup keras.

.

“Apakah kau pernah merasakan cinta, Yoona-ssi?”tanya Sehun.

Yoona terdiam tidak merespon. Tatapannya tertuju kepada rintik-rintik hujan melalui kaca jendela mobil Sehun.

“Tidak pernah selama dua puluh lima tahun hidupku ini.”

“Apakah kau sama sekali tidak pernah merasa berdebar saat bersama dengan pria?”tanya Sehun kembali. Tapi kali ini lebih berhati-hati.

“Tidak. Pria hanya hiburan sesaat, bukan?”

Sehun terdiam.

“Pasti kau pun begitu, Sehun-ssi. Wanita adalah kesenangan sesaat. Tapi itu lain halnya dengan mereka yang dididik baik-baik. Tidak seperti aku.”tawa Yoona dengan parau. “Memang siapa yang mau mendidik anak seperti aku.”

“Orangtua mu?”tanya Sehun ragu.

“Apa kau fikir aku tahu siapa orang tuaku?”decak Yoona.

“Ah.. Maaf. Aku sungguh tidak tahu.”sesal Sehun.

Sehun memberhentikan mobilnya di lobby apartemen Yoona. Saat Yoona hendak turun, ia menahan tangan Yoona. Membuat wanita itu menoleh padanya.

“Lalu, Yoona. Apakah kau akan membuka hati mu?”

Yoona memandang Sehun dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

“Tidak, Oh Sehun. Tidak akan pernah. Aku tidak mengenal cinta, Cinta tidak mengenalku. That’s all.”

Pegangan tangannya pada Yoona mengendur seiring jawaban Yoona. Ia menghela nafas kecewa. Sebegitunya kah Im Yoona pada cinta?

“Kalau begitu, terimakasih atas tumpangannya, Oh Sehun. Semoga harimu menyenangkan.”kata Yoona. Kemudian ia menutup pintu mobil. Meninggalkan Sehun sendiri dalam keheningan menyelimutinya. Merenungkan segala yang baru saja Yoona katakan.

Lalu, apakah ia harus bertahan dan berjuang, atau melepaskan dan mengikhlaskan?

.

A.N: hai maaf ya baru post. Gayakin masih pada inget gt. Tadinya kepikiran gamau lanjutin. Tp kok baca ulang comment kalian jd antusias lagi. Maaf ya kalo jadi melenceng gajelas gini jd ngebosenin atau apa maaf banget. Terus itu kiss sama adegan anunya kurang gimana gitu HAHAHAH maklum suci dan masih amatir. Review ya guys. Berharga banget loh buat aku ngelanjutin chapter 3. Jangan lupa juga yang comment terus bisa dapet pass kalo aja ada chapt yang di passwordin!

 

103 thoughts on “(Freelance) That Girl (Chapter 2)

  1. Semoga sehun tidak menyerah utk buat yoona jatuh cinta sama dia. Penasaran apa yg buat yoona jadi seperti itu. Semangat terus ya eon..

Leave a reply to Winda putri Cancel reply